24 – 30 |
Tema Bulanan: Tema Mingguan: |
Bahan Alkitab: Yunus 4:1-11 |
A. ALASAN PEMILIHAN TEMA
Dalam konteks Indonesia yang majemuk dewasa ini sering kita menemui kesulitan untuk menjalin hubungan baik dengan yang berbeda agama. Kecenderungan sikap ini muncul dari pemahaman yang menjadikan agama sebagai tujuan dan kemudian mempertaruhkannya dengan kebenaran masing-masing, bahwa Allah hanya mengasihi kita, yang berbeda keyakinan dengan saya adalah salah, sesat, menyimpang, sorga hanya untuk kita dan yang lainnya pasti neraka.
Tema ini hendak mengingatkan kita bahwa Allah berkehendak bebas dan memiliki kewenangan mutlak bagi kehidupan manusia dan bahwa Allah mengasihi semua orang yang kepadanya Ia berkenan, sebagaimana kita yang dahulunya adalah orang-orang yang tak layak tetapi kemudian oleh kasih dan anugerah-Nya kita dilayakkan, demikian juga hal sama mungkin berlaku bagi orang lain yang kita anggap berbeda tersebut.
B. PEMBAHASAN TEMATIS
B.1. Pembahasan Teks Alkitab (Exegese)
Sebagai nabi Yunus diutus Tuhan ke Niniwe akan tetapi Yunus menolak ke sana karena Yunus membenci orang-orang Niniwe yang adalah musuh bangsa Israel. Yunus berusaha melarikan diri dari Tuhan dan berlayar ke Tarsis. Pelarian itu gagal dan Yunus ditelah oleh seekor ikan besar (psl. 1). Pengalaman tiga hari dalam perut ikan membuat Yunus bertekad untuk membayar nazarnya (psl. 2) Yunus pun pergi ke Niniwe seperti yang diperintahkan Tuhan sehingga terjadilah pertobatan di seluruh Niniwe dan Allah-pun mengurungkan untuk menunggang-balikkan kota itu (psl. 3).
Akan tetapi pertobatan yang terjadi di kota Niniwe membuat Yunus merasa tidak puas dan menjadi sangat marah bahkan mau mati. Dalam hatinya Yunus bertanya-tanya: “Mengapa Allah harus mengampuni orang-orang jahat itu?” Lalu Tuhan datang dan berbicara kepadanya dengan menggunakan pohon jarak, seekor ulat dan angin kencang (psl. 4). Dari ketiga hal ini Yunus mendapat pelajaran yang penting yaitu jikalau Yunus menyayangi pohon jarak yang bukan dibuatnya, maka terlebih Tuhan mengasihi orang-orang Niniwe sebagai ciptaan-Nya, sekalipun mereka bukan bangsa Yahudi.
Bangsa Israel memahami bahwa Allah hanyalah Allah mereka adalah satu-satunya bangsa kepunyaan Allah (partikularistik). Bagian bacaan ini hendak mengemukakan bahwa Allah adalah Allah segala bangsa (universalitis) yang dalam kehendak bebas-Nya menerima orang dengan apa adanya.
B.2. Makna dan Implikasi Firman
Ketika Allah ingin memberi pengampunan bagi orang Niniwe, Yunus marah! Mengapa orang Niniwe yang jahat menerima pengampunan. Apakah Allah tidak menghukum kejahatan mereka? Apa yang dipikirkan Yunus bukankah juga sering kita lakukan? Kita mungkin pernah mengajukan keberatan kepada Allah karena Ia juga mengasihi orang yang melakukan kejahatan atau orang yang pernah membuat kesalahan terhadap kita.
Jika itu yang kita pikirkan maka tanpa disadari sebenarnya kita telah melakukan penilaian pantas atau tidaknya seseorang menerima kasih Allah. Kita memahami Allah menurut konsep pikir manusia, oleh pikiran kita menjadi tidak mengenal Allah sebagai Allah yang penuh cinta kasih, di mana kasih-Nya melampaui dosa manusia.