TEMA BULANAN : “Peningkatan Kapasitas Kelembagaan Gereja”
TEMA MINGGUAN : “Kemandirian Gereja”
Bahan Alkitab : Efesus 4:1-16
ALASAN PEMILIHAN TEMA
Kemandirian secara umum adalah suatu keadaan dimana seseorang atau lembaga dapat berdiri sendiri tanpa keter-gantungan pada pihak lain. Khususnnya kemandirian gereja adalah suatu usaha bersama terus-menerus mengembangkan semua potensi pemberian Tuhan secara bebas dan bertanggung jawab bagi persekutuan, pelayanan dan kesaksian yang berpusat pada Yesus Kristus sebagai Kepala gereja.
Perwujudan kemandirian GMIM sejak bersinode di tahun 1934 terus berkembang dalam hal teologi, daya dan dana sampai kini GMIM menjadi gereja global yang menjawab amanat Agung Yesus Kristus (Matius 28:19-20). Meskipun demikian harus diakui bahwa semua itu tidak pernah lepas dari tantangan yang datang dari dalam maupun dari luar.
Tema: “Kemandirian Gereja” disaat GMIM akan memperingati HUT bersinode ke-83, merupakan evaluasi guna mendisain (merancang) langkah-langkah teologis bagi kesinambungan kemandirian gereja milik Tuhan.
PEMBAHASAN TEMATISPEMBAHASAN TEMATIS
Pembahasan Teks Alkitab (Exegese)
Efesus adalah sebuah kota Yunani kuno di pesisir barat Asia Kecil, Provinsi Izmir di Turki. Kota Efesus terkenal dengan kuil dewi Artemisnya, tempat para pedagang menjual hasil karya seni seperti lukisan dan patung dewi Artemis dan di situ ditemui adanya praktek pelacuran. Paulus mengunjungi Efesus (Kisah Para Rasul 18:18–19) dan dia tinggal selama dua tahun. Sepertinya Paulus menulis surat kepada jemaat di Efesus ketika berada di penjara (Efesus 3:1, 4:1, 6:20). Keadaan jemaat Efesus waktu itu dalam perkembangan kemandiriannya mengalami tantangan karena ada kelompok yang berusaha menciptakan perseteruan yang memecah belah kesatuan jemaat. Dua kelompok itu adalah mereka yang bersunat dan yang tidak bersunat (Efesus 2:11-14).
Berkaitan dengan kondisi jemaat maka Paulus berupaya menyadarkan jemaat dengan menasehati mereka tentang pentingnya panggilan hidup bersama sebagai orang percaya kepada Tuhan Yesus. Paulus menjelaskan bahwa mereka harus hidup berpadanan dengan panggilan Tuhan. Kata Panggilan adalah kata Yunani eklēthēte dari kata dasar kaleó menunjukan pada kewibawaan panggilan yang sumbernya dari Tuhan Yesus (ayat 1). Paulus menjelaskan bahwa panggilan itu menyangkut ajakan kepada jemaat untuk memiliki sikap rendah hati (tapeinos), lemah lembut (prautes), sabar (makrothumia) lihat ayat 2.
Paulus pun memandang betapa penting bagi jemaat untuk memelihara kesatuan Roh dalam ikatan damai sejahtera, yang menempatkan kemahakuasaan Kristus di atas segala-galanya (ayat 3 -10).
Pemahaman lebih lanjut mengenai kesatuan Roh yang diikat oleh damai sejahtera (ayat 4-6) adalah satu tubuh (hen sôma), satu Roh (hen pneuma), satu pengharapan (mia elpidi), satu Tuhan satu iman (pistis) dan satu baptisan (baptisma), satu Allah dan Bapa dari semua. Maksud “Bapa dari semua” (ho epi pantôn) , di atas semua; oleh semua dan di dalam semua, menyatakan tentang kemahakuasaan Bapa lebih tinggi dari pada semua, yang memerintah semua dan mempersatukan semua anggota gereja di bawah pemerintahan-Nya, dan memberikan kasih karunia kepada setiap orang dalam Kristus Yesus. Seperti yang dijelaskan dalam ayat 7, bahwa kepada “kita” (orang yang dipanggil Tuhan) masing-masing dianugerahkan kasih “karunia” (kharis) menurut kehendak Kristus. Siapa yang dimaksud dengan Kristus dijelaskan dalam ayat 8-10, yaitu menunjuk pada Yesus yang turun ke dunia menderita dan mati, selanjutnya menegaskan tentang kemaha-kuasaan Kristus atas segala sesuatu baik di langit maupun di bumi.
Dalam proses kemandirian gereja, Paulus menegaskan tentang peran penting para hamba Tuhan (rasul-rasul, nabi-nabi, pemberita Injil, gembala dan pengajar) untuk melaksanakan tugas pokok dan fungsi mereka masing-masing dengan baik, yaitu memperlengkapi orang-orang kudus. Untuk apa? Pekerjaan pelayanan dan pembangunan tubuh Kristus. 11-12
Pembangunan Tubuh Kristus menunjuk pada gereja yang terus bergerak maju, dimana semua potensi dan tugas pelayan Tuhan diarahkan untuk memperlengkapi jemaat (orang-orang kudus) bagi pekerjaan pelayanan, sehingga “semua jemaat berjalan bersama” (bnd. “kita semua” ayat 13) mencapai tujuan; yaitu: 1) kesatuan iman, 2) pengetahuan yang benar tentang Anak Allah, 3) kedewasaan penuh, dengan tingkat pertumbuhan sesuai dengan kepenuhan Kristus. Paulus menggambarkan bahwa gereja bukan lagi seperti “anak-anak”, yang diombang-ambingkan oleh rupa-rupa angin pengajaran, permainan palsu manusia, kelicikan yang menyesatkan (ayat 14). Tetapi suatu gereja yang teguh berpegang kepada kebenaran; bertumbuh dalam kasih ke arah Kristus yang adalah Kepala Gereja (ayat 15). Paulus tegaskan dalam ayat 16 bahwa gereja itu bersumber dari Kristus dan harus rapi tersusun dalam ikatan kesatuan pelayanan dari semua bagian, dimana tiap-tiap anggota terus bertumbuh dan membangun dirinya dalam kasih.
Makna dan Implikasi Firman
- Kemandirian adalah suatu keberadaan dimana semua kasih “karunia” (kharis) potensi pemberian Tuhan yang dimiliki oleh tiap-tiap anggota jemaat difungsikan dalam pekerjaan pelayanan dan pembangunan gereja.
- Ciri-ciri kemandirian gereja diantaranya adalah memiliki sikap rendah hati, lemah lembut, sabar dan memegang teguh prinsip kesatuan jemaat di dalam Tuhan Yesus sebagai Kepala Gerja.
- Kemandirian gereja efektifnya dengan memperhatikan beberapa langkah strategis yaitu:
- Membangun kesatuan jemaat dan menjauhkan perseteruan dan perpecahan.
- Menghormati dan memperkembangkan kasih karunia Allah yag berbeda-beda termasuk dalam fungsi kepel-bagaian jabatan pelayanan dengan tujuan yang sama.
- Memperjelas tugas pokok dan fungsi hamba-hamba Tuhan yaitu memperlengkapi jemaat untuk mengem-bangkan potensi bagi kerja pelayanan.
- Adanya skala prioritas pada program dan pembiayaan pelayanan yang bermanfaat dalam “memperlengkapi” (pembinaan) seluruh potensi jemaat untuk terlibat aktif dalam kerja pelayanan dan pembangunan gereja. Program pembinaan warga gereja mesti berbasis keluarga karena bisa menjangkau semua jemaat mulai dari anak-anak, remaja, pemuda, ibu, bapak dan lanjut usia.
PERTANYAAN UNTUK DISKUSI:
- Apa yang menjadi ide tentang kemandirian gereja dalam Efesus 4:1-16?
- Apakah jemaat kita sudah ada dalam kemandirian berteologi, daya dan dana?
- Bagaimanakah mengembangkan bentuk-bentuk program pelayanan jemaat yang pro-kemandirian gereja?
NAS PEMBIMBING: 1Korintus 1:10
POKOK – POKOK DOA :
- GMIM semakin mencapai kemandirian dalam berteologi, daya dan dana.
- Semua warga GMIM memiliki semangat keesaan, dan meningkatkan partisipasi dalam pekerjaan pelayanan.
- Pelayan Khusus memiliki kesadaran tentang pentingnya kebersamaan dalam melaksanakan pelayanan.
TATA IBADAH YANG DIUSULKAN: HARI MINGGU BENTUK IV
NYANYIAN YANG DIUSULKAN:
Persiapan : PKJ. No. 2 Mulia, Mulia Nama-Nya
Ses Pembukaan : KJ No 252 Batu Penjuru Gereja
Pengakuan Dosa & Pengampunan: NKB. No. 10 Dari Kungkungan Malam Gelap
Ses Pembacaan Alkitab: KJ. No. 257 Aku Gereja Kau pun Gereja
Persembahan: NKB. No. 111 Gereja Bagai Bahtera
Penutup : KJ. No. 418 Baht’ra Yang Dipandu Yesus
ATRIBUT:
Warna dasar hijau dengan simbol salib dan perahu di atas gelombang.