TEMA : “Spiritualitas yang Dibaharui untuk Membaharui”
Bacaan Alkitab : Hosea 14:2-10
Saudara –saudara yang kekasih,
Hari ini, bagi umat Kristen Protestan merupakan hari yang bersejarah, berkaitan dengan sejarah Pembaruan (reformasi) Gereja, yang diawali dengan peristiwa penempelan 95 dalil oleh Marthin Luther di depan gereja Wittenberg, Jerman, pada tanggal 31 Oktober 1517. Peristiwa itu kemudian dirayakan sebagai Hari Reformasi dan juga Hari Doa Alkitab.
Gerakan pembaruan yang dilakukan Marthin Luter ini “identik” dengan apa yang dilakukan Nabi Hosea bin Beeri pada zaman ia hidup sebagai nabi yang berkarya di Israel Utara sekitar tahun 755-722 SM atau abad ke-8 SM. Israel Utara yang terdiri dari 10 suku Israel pada zaman Hosea mengalami masa-masa pemurtadan yang luar biasa, karena umat Israel telah begitu jauh membelakangi Allah (Yahweh) dan telah jatuh dalam penyembahan berhala (Hosea 1:2). Dalam zaman Hosea, orang Israel telah jatuh dalam pengaruh kepercayaan kepada dewa Baal orang Kanaan. Sehingga di satu sisi mereka mengakui Allah (Yahweh), tapi di sisi lain juga menyembah dewa Baal (sinkretisme).
Oleh karena kejahatan yang dilakukan oleh umat Israel itu, maka Hosea dipakai Tuhan untuk menyampaikan Firman-Nya, dengan disertai kecaman dan hukuman yang dijatuhkan terhadap perbuatan mereka. Mereka kemudian jatuh di tangan bangsa Asyur, dan penduduknya diangkut dalam pembuangan.
Setelah mereka mengalami penghukuman, maka Allah dengan penuh kasih, memanggil mereka kembali untuk dipulihkan. “Bertobatlah hai Israel, kepada Tuhan Allahmu, sebab engkau telah tergelincir karena kesalahanmu.” (14 : 2).
Allah ingin mereka menyatakan penyesalan, dan bertobat kepada Dia, dengan memohon pengampunan atas kesalahan mereka. Karena dengan pertobatan dan penyesalan mereka, akan menjadi langkah awal pembaruan.
Dengan pembaruan itu, umat Israel akan kembali mendapat kasih sayang Tuhan. Tuhan berjanji, jika umat Israel hidup dalam ketaatan kepada-Nya, maka Tuhan akan memelihara mereka. Dan Israel akan menjadi seperti Bunga Bakung, Pohon Hawar, Pohon Zaitun, dan akan berbau harum. Mereka juga akan diam dalam naungan Tuhan dan tumbuh seperti gandum dan menjadi pohon anggur yang termasyur.
Bagi mereka yang telah mengalami pembaruan itu, maka Tuhan akan menjadi seperti Pohon Sanobar yang menghijau dan umat Israel akan mendapat buah dari pembaruannya itu. Sebagai umat yang telah dibarui, maka umat Israel juga dapat melaksanakan panggilannya untuk membarui sesama.
Dari latar belakang pembacaan Kitab Hosea ini, kita pun dapat melihat kondisi yang ada saat ini dalam negara dan daerah kita sendiri. Penyembahan berhala sebagaimana terjadi di zaman Hosea, mungkin tidak ada lagi. Tetapi yang ada saat ini adalah berhala-berhala modern. Dengan semakin meningkatnya ilmu pengetahuan dan teknologi, disertai dengan kemajuan ekonomi, manusia semakin hari semakin terjerat oleh kuasa-kuasa materialisme, hedonisme, dan ketergantungan pada nilai-nilai ekonomi, serta pengkultusan individu.
Manusia semakin menjadi hamba uang, hamba teknologi, dan hamba dari yang berkuasa (pejabat tertentu). Dalam mencapai tujuan tertentu, orang-orang tidak lagi mengandalkan Tuhan, tetapi mengandalkan uang (materi) atau individu (pejabat atau orang berpengaruh). Demikian pula dengan teknologi, bukannya manusia yang menguasai teknologi, tetapi sebaliknya, teknologilah yang menguasai manusia. Dalam kehidupan sehari-hari misalnya, banyak orang sudah terikat dengan barang-barang hasil teknologi seperti handphone (dengan berbagai aplikasi), televisi, laptop, game, dan lain sebagainya.
Akibatnya, waktu-waktu untuk memuliakan Tuhan tersita dengan waktu online, game, dan tontonan televisi. Kalau beribadah di gereja misalnya, ketika ada khotbah yang dinilai panjang, banyak umat yang mulai gelisah. Tetapi ketika membuka Facebook, Twitter, Instagram atau bermain game, tidak mengenal waktu.
Selain itu di era persaingan global saat ini, menuntut kerja ekstra dan produktivitas, serta kualitas hasil kerja itu sendiri. Sebagaimana juga dengan diberlakukannya Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) saat ini, tentu akan menimbulkan berbagai dampak, baik itu positif maupun negatif. Masyarakat Indonesia, termasuk di dalamnya warga GMIM dituntut untuk mampu bersaing dalam berbagai bidang. Tugas gereja adalah membekali umat-Nya untuk mampu menghadapi semua itu dengan iman. Bahwa di dalam Tuhan, akan ada selalu pertolongan dan pemulihan. Bahkan Tuhan akan memampukan umat-Nya yang percaya untuk bersaing dalam berbagai hal. Sebagai gereja Reformasi, GMIM harus terus menerus secara berkesinambungan dari zaman ke zaman, menyuarakan pembaruan hidup, sehingga akan selalu tercipta masyarakat dan jemaat yang selalu memuliakan Tuhan di dalam hidupnya. Sebagai gereja yang telah dibarui, kita dituntut juga untuk membarui orang lain, sebagai bukti dari pertobatan dan pembaruan itu sendiri. Pembaruan itu tidak bersifat ekslusif (hanya sebatas kelompok atau komunitas tertentu), tapi harus menyentuh secara inklusif tanpa memandang perbedaan. Dengan demikian pembaruan itu akan dimulai dari keluarga, jemaat, dan masyarakat, serta meluas di tengah bangsa dan negara, dan juga antarbangsa (internasional).
Selanjutnya, saudara-saudara yang kekasih di dalam Tuhan…
Dalam bulan-bulan terakhir tahun 2017 hingga awal tahun 2018, ada agenda gereja kita untuk melaksanakan pemilihan pelayan khusus (pelsus), mulai dari aras kolom, jemaat, wilayah, hingga Sinode. Proses pemilihan ini, hendaknya dilihat sebagai upaya gereja Tuhan untuk selalu membarui umat-Nya. Untuk itu diharapkan agar pemilihan pelsus ini tidak dijadikan ajang untuk mencari jabatan gereja, tapi berilah tempat bagi kehendak Tuhan untuk memilih pelayan-pelayan-Nya. Sebagaimana diungkapkan dalam Mazmur 65 : 5, “Berbahagialah orang yang Engkau pilih dan yang Engkau suruh mendekat untuk diam di pelataranMu. Kiranya kami kenyang dengan segala yang baik di rumah–Mu, di bait–Mu yang kudus.” Selamat merayakan Hari Reformasi dan Hari Alkitab Tuhan Yesus memberkati kita sekalian. Amin.