5 Mei 2016 Hari Kenaikan Tuhan Yesus ke Sorga

1
3336

TEMA: “Menjadi Saksi Kristus”
Bahan Alkitab : Kisah Para Rasul 1 : 6 – 11

Saudara-saudara yang dikasihi Tuhan. Shalom bagi kita sekalian.

Bagi kita di lingkungan Gereja Masehi Injili di Minahasa, banyak perayaan-perayaan gerejawi yang dirayakan baik dalam hu-bungan dengan perayaan gerejawi yang dirayakan orang Kristen di seluruh dunia, tetapi juga perayaan-perayaan gerejawi lokal atau setempat sehubungan dengan peristiwa-peristiwa khusus gerejawi atau merefleksikan hari-hari raya gerejawi itu dalam persekutuan hidup untuk memperkuat persekutuan, kesaksian dan pelayanan gereja.

Demikianpun gereja kita, merayakan hari kenaikan Yesus ke Sorga sebagai pengakuan  bahwa Yesus yang mati dan bangkit, naik ke sorga disaksikan oleh para rasul, dan telah berjanji akan datang kembali dengan cara yang sama. Dan hari kenaikan ini dijadikan juga sebagai hari persatuan Wanita/ Kaum ibu GMIM. Dalam perayaan HAPSA W/KI tahun ini, yang jatuh pada tanggal 5 Mei 2016, W/KI GMIM diajak lagi bukan hanya menyampaikan syukur untuk berbagai berkat Tuhan yang dinik-mati, tetapi kita juga diajak untuk melakukan evaluasi bahkan introspeksi diri dan kelembagaan gereja.

Melalui Kisah Para Rasul 1 : 6 – 11 yang menjadi pembacaan kita dalam perayaan HAPSA W/KI ini, kita dapat belajar beberapa hal :

Pertama: kita harus memohon pemulihan Tuhan atas realita hidup yang sementara berlangsung kini. Dalam ayat 6 disebut-kan bahwa para murid yang berkumpul itu, bertanya kepada Yesus “Tuhan, maukah Engkau pada masa ini memulihkan kerajaan bagi Israel?”. Pertanyaan mereka ini berangkat dari pemahaman bahwa kerajaan Allah berarti suatu kerajaan Israel yang bersifat politik dan sangat berharap bahkan memaksa Yesus untuk menjadi raja atas mereka. Permintaan mereka ini memang tidak sesuai dengan maksud Yesus karena misi Kristus bukan untuk mendatangkan kerajaan dengan kemegahan dunia-wi tetapi dengan kuasa rohani. Tetapi permintaan seperti itu menunjukkan adanya keprihatinan terhadap situasi sosial dan pemerintahan yang tidak mendatangkan kesejahteraan banyak orang.

Bagi kita warga gereja, termasuk W/KI keprihatinan kita terhadap situasi kita sekarang harus menjadi perhatian khusus. Kita ber-hadapan dengan realita banyaknya orang miskin, orang sakit, diperlakukan tidak adil, korban kekerasan dalam rumah tangga, perlakuan yang tidak adil, perilaku seks bebas, obat-obat ter-larang, penjualan manusia, eksploitasi anak di bawah umur dan deretan panjang masalah lainnya. Oleh sebab itu, sebagai warga gereja, mari kita bangun kehidupan bersama bukan dengan kekuatan duniawi, tetapi dengan kekuatan rohani seperti cinta kasih, keteladanan, kejujuran yang mewujud dalam tugas dan tanggung jawab kita sesuai dengan talenta-talenta yang ada pada kita. Kita harus peka terhadap berbagai perilaku yang tidak mendatangkan kesejahteraan, lebih khusus kepekaan untuk membangun keluarga kita. Perlu menjaga dan meningkatkan kwalitas hubungan yang harmonis antara suami isteri. Kwalitas perhatian, cinta kasih dan pendidikan anak-anak sehingga anak-anak tidak terjerumus pada perilaku yang tidak berkenan pada Tuhan.

Kedua: Hiduplah dalam kuasa Roh Kudus. Keprihatinan bagi dunia untuk diubahkan tak dapat dilakukan tanpa kuasa Roh Kudus. Hal ini dapat kita belajar dari  jawaban Yesus terhadap murid-murid-Nya. Ia berkata : “Engkau tidak perlu mengetahui masa dan waktu, yang ditetapkan Bapa sendiri menurut kuasa-Nya. Tetapi kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi.” Hal ini berarti bahwa soal mendirikan pemerin-tahan Allah sebagai keprihatinan atas dunia ditetapkan menurut kuasa Allah.

Kalau para murid dalam teks ini menanti pencurahan Roh Kudus, maka kita sekarang telah hidup dalam kuasa Roh Kudus sejak kita percaya pada-Nya sebagai Tuhan dan Juruselamat. Oleh sebab itu kita harus hidup sesuai kehendak Roh Kudus sehingga dapat mengubah dunia melalui pekabaran Injil yang harus dimulai dari diri kita sendiri, kemudian keluarga dan selanjunya kepada masyarakat dan bangsa kita. Hidup dalam tuntunan Roh berarti meninggalkan keinginan-keinginan daging dan hidup dalam keinginan Roh sebagaimana yang dikatakan dalam Galatia 5:16-26.

Ketiga: memiliki keyakinan iman, untuk tetap menanti Yesus yang akan datang kembali. Dikatakan bahwa ketika Yesus sedang terangkat ke sorga, berdirilah dua orang yang berpakaian putih dekat para murid dan berkata kepada mereka: “Hai orang-orang Galilea, mengapakah kamu berdiri melihat ke langit? Yesus ini, yang terangkat ke sorga meninggalkan kamu, akan datang kembali dengan cara yang sama seperti kamu melihat  Dia naik ke sorga.”

Berita sorgawi melalui para malaikat menegaskan bahwa Yesus yang kita imani adalah Allah yang hidup. Ia kini telah berada di sorga dan akan datang kembali dengan cara yang sama. Oleh sebab itu jangan kita ragu beriman kepada Yesus. Banyak orang meragukan Yesus bahkan mengatakan bahwa Yesus bukan Tuhan. Ia hanya manusia biasa dan mengatakan bahwa orang Kristen adalah pembohong sehingga sering disebut sebagai orang kafir oleh orang atau kelompok-kelompok tertentu.

Ibu-ibu yang dikasihi Tuhan.

Jika kita melakukan ketiga hal yang direfleksikan di atas berarti kita siap menjadi pribadi-pribadi yang menjadi saksi Kristus di dalam dunia ini. Seorang saksi pasti prihatin untuk mengubah dunia ini sesuai kehendak Allah. Seorang saksi harus hidup dalam tuntunan roh Kudus dan seorang saksi adalah orang yang setia menanti kedatangan kembali Yesus ke dalam dunia ini.

Dengan demikian kita berharap melalui perayaan Hari Persatuan W/KI Sinode GMIM ini, dengan berbagai kegiatan yang dilaksanakan di aras kolom, jemaat dan sinodal akan menjadikan kita pribadi-pribadi yang bersedia menjadi saksi Yesus yang baik, setia dan tabah. Dan ini harus memperkuat citera perempuan gereja yang menghargai dirinya sebagai gam-bar Allah dalam kesetaraannya dengan laki-laki, membina hu-bungannya yang akrab dengan Tuhan dalam pelayanan sambil mengandalkan doa dan rajin membaca firman serta turut serta dalam pelayanan gereja dan masyarakat tanpa mengabaikan pendidikan bagi anak-anaknya serta membangun rumah tangga bersama suami. Selamat merayakan HAPSA W/KI Sinode GMIM. Mari kita hidup dalam kesatuan, walau kita datang dari berbagai latar belakang. Tuhan memberkati kita sekalian. Amin.