GMIM.or.id Sejak lama Gereja Masehi Injili di Minahasa menghasilkan duta-duta Kristus yang berkaryadi berbagai penjuru tanah air. Baik lewat Tenaga Utusan Gereja (TUG) yang saat ini kembali digalakkan BPMS GMIM maupun warga GMIM yang menjalankan amanat lewat tugas dan penempatan di berbagai instansi.
Salah satunya adalah Julius Walenta. Opa Lius, sapaan akrab Pensiunan AURI ini merupakan salah satu pendiri Jemaat Nazareth Isimu Sinode GPIG (Gereja Protestan Indonesia di Gorontalo). Kepada GMIM.or.id Opa Lius yang kini berusia 84 tahun menceritakan tentang awal berdirinya Jemaat GPIG Nazareth Isimu yang berada di kompleks Bandara Djalaluddin Gorontalo.
Sekitar Tahun 1957, dengan menyisihkan sebagian gaji, Julius Walenta dan beberapa rekannya yang beragama Kristen yang bekerja di pangkalan TNI Angkatan Udara (kini Bandara Djalaluddin) berkerinduan memiliki rumah ibadah sendiri. Setelah mendapatkan ijin dari petinggi AURI dan mendapatkan sebidang tanah milik AURI yang dipinjam pakaikan, Julius dan rekan-rekannya mendirikan sebuah gereja kecil yang diberi nama Nazareth.
Menurut Opa Lius, penamaan tersebut diilhami oleh tempat Yesus dibesarkan. “Yang berasal dari Nazareth, di zamannya selalu ditolak keberadaannya. Di masa muda kami saat itu, sebagai kaum minoritas mengalami hal serupa” tutur Opa Lius.
Kini, Jemaat Nazareth Isimu bertumbuh pelan namun pasti di antara 70 Gereja yang bernaung di bawah GPIG. Pertama kali terbentuk dengan 12 KK, saat ini jemaat tersebut memiliki 42 KK 175 jiwa, dimana anggotanya tersebar hingga 20 km jauhnya dari Gereja Nazareth.
Opa Lius mengungkap harapannya, apa yang sudah dirintis bersama rekan-rekan lainnya tidak berakhir dengan sia-sia, tetapi menghasilkan generasi penerus cita-cita yang belum sempat diwujudkan oleh opa Lius dan rekan-rekan pendiri jemaat Nazareth Isimu.
Terkait Pembinaan/Pelatihan Guru Sekolah Minggu yang digelar secara Sinodal oleh GPIG, dimana kegiatan tersebut dipusatkan di Jemaat Nazareth Isimu, opa Julius mengapresiasi kunjungan KPA SAG Sulawesi Bagian Utara dan Tengah (Sulutteng), dimana menurutnya hal ini sangat penting. Apalagi Guru Sekolah Minggu memiliki peranan penting dalam membentuk generasi muda penerus cita-cita gereja. “Apa yang Tim Pembinaan dari KPA SAG Sulutteng lakukan di jemaat kami merupakan hal penting.” Ungkap opa Lius, seraya menambahkan sekalipun penting, tapi kalau tidak ditindaklanjuti pasti sia-sia. Itu sebabnya opa Lius berharap agar apa yang sudah diberikan oleh Tim Pembinaan KPA SAG Sulutteng, dapat diaplikasikan oleh peserta di jemaat masing-masing.
Opa Lius menambahkan, jika pembinaan dan pertumbuhan rohani jemaat tidak dimulai dari anak-anak, apalagi di daerah pemeluk Kristen sebagai kaum minoritas, bukan tidak mungkin 10 tahun kedepan hal-hal yang tidak diinginkan benar-benar menjadi kenyataan. “Menurut saya, tentang gereja masa depan yaitu anak-anak merupakan langkah yang sangat penting. Saya berharap, dalam waktu dekat Tim Pembinaan KPA SAG Sulutteng berkenan untuk berkunjung kembali ke jemaat kami,” ungkap opa Lius mengakhiri percakapannya.
(Penulis dan Foto: Frangki Noldy Lontaan . Editor : Pdt. Janny Ch. Rende,M.Th)