Khotbah HUT ke-80 GMIM BERSINODE, 30 Sept 2014

0
12373
TEMA: “Berakar, Bertumbuh dan Berbuah Dalam Kebersamaan”
Bahan Alkitab: Matius 13:18-23; Yesaya 27:6

Saudara-saudara yang dikasihi dan diberkati Tuhan !

Hari ini merupakan hari yang bersejarah bagi kita sebagai gereja, karena boleh merayakan  HUT ke 80 GMIM BERSINODE. Ini adalah anugerah Tuhan  yang luar biasa, maka patutlah kita bersyukur dan bersukacita, karena Tuhan adalah omni –present (Maha Hadir) dan setia pada janji-Nya dalam perjalanan gereja. Delapan puluh tahun sudah kita berjalan bersama, membangun bersama dan menata bersama pelayanan gerejawi, kini dan di sini kita diajak untuk memaknainya dalam kebersamaan lewat sembah sujud pada-Nya. Momen ini merupakan kesempatan bagi kita untuk mengevaluasi diri dan bertanya, apakah kebersamaan kita telah berakar, bertumbuh dan berbuah ?

Firman Tuhan dalam Matius 13:18-23 dan Yesaya 27:6, menjadi dasar untuk kita berefleksi tentang perjalanan bersama sebagai gereja. Ada tiga kata kerja yang akan kita bahas dalam memaknai HUT ke 80 GMIM Bersinode, yaitu: berakar, bertumbuh dan berbuah.

Berakar. Akar merupakan bagian dari tanaman yang sangat penting. Bagian dari pohon yang terletak di bawah dan tidak kelihatan tetapi yang sangat menentukan “yang kelihatan”  yaitu apakah pohon itu kokoh, bertumbuh dan berbuah. Akar mempunyai beberapa ciri khusus: mencari kebutuhan tanaman, menguatkan pohon, umumnya akar tertancap ke dalam tanah. Pohon tidak dapat hidup jika ia tidak berakar ke dalam tanah, demikian pula pohon kehidupan iman gereja tidak akan bertumbuh dan berbuah kecuali ia memiliki akar di dalam Kristus. Akar ibarat fondasi bangunan gereja, yaitu iman. Memiliki akar yang kuat berarti hidup intim dengan Yesus, hidup hanya bergantung pada-Nya sehingga tidak mudah goyah walau diterpa badai kehidupan.

Iman gereja “yang tidak kelihatan” tetapi yang menentukan kehidupan kita yang kelihatan. Ketika iman tidak berakar itulah yang disebut benih yang ditabur/jatuh ke tanah yang berbatu-batu adalah orang yang menerima firman dengan gembira tetapi tidak berakar. Firman Tuhan adalah nutirisi (vitamin) yang memberikan pertumbuhan pada iman agar memiliki kekuatan yang kokoh pada kehidupan percaya gereja untuk terus bertumbuh dan menghasilkan buah. Iman adalah akar sebagai fondasi kehidupan. Iman bagi gereja ibarat akar yang memberi kekuatan pada Gereja dalam bersaksi, bersekutu dan melayani. Tanpa akar yang kuat, gereja tidak akan bertumbuh dan berbuah. Gereja yang berdasar pada firman Tuhan akan memberi pertumbuhan, hingga  berbuah kasih. Kasih yang mencari, merangkul dan menyelamatkan

Bertumbuh.Akar yang sehat dan kuat akan menghasilkan pertumbuhan. Gereja pun harus bertumbuh dalam pengenalan pada Kristus, pada firman Tuhan dan bertumbuh dalam pelayanan bersama. Memang kita sadari bahwa tidak ada pertumbuhan yang instan dan mendadak, semuanya berproses. Dalam proses inilah, pertumbuhan diperhadapkan dengan tantangan dan pergumulan. Benih yang ditaburkan di pinggir jalan adalah orang yang mendengar firman tetapi tidak masuk ke dalam hatinya, sehingga iblis merampasnya. Kebanyakan kita pun demikian menganggap firman tidak penting, karena hanya cukup diucapkan dan didengar dan tidak perlu dipraktekkan. Ketika  tantangan datang baik dari luar maupun dari dalam kita tidak siap dan akhirnya hancur. Namun ketika berakar dalam iman pada Yesus, tantangan dan pergumulan kita akan mampu pahami itu sebagai proses yang memberi pertumbuhan pada iman untuk menjadi lebih dewasa. Pertumbuhan adalah sebuah kehidupan yang terikat terus menerus dalam hubungannya dengan sumber kehidupan, yaitu Yesus Kristus.

Berbuah. Buah adalah akibat dari pertumbuhansebab pertumbuhan tanpa buah adalah percuma. Akar yang kuat memberi pertumbuhan yang baik sehingga menghasilkan buah yang berkualitas. Mereka inilah ibarat benih yang ditabur di tanah yang baik, mereka mendengar firman dan mengerti sehingga berbuah lebat. Mereka inilah yang menjadikan firman sebagai dasar kehidupan sehingga berbuah walau tidak sama banyaknya. Berbuah memberi arti, menikmati dan hidup dalam keselamatan serta mengerja kannya lewat tindakan, seperti penabur benih. Ketika kita tidak berbuah maka kata Tuhan, potonglah pohon itu dan buanglah kedalam api. Inilah yang diibaratkan benih yang jatuh di tengah semak duri. Orang yang mendengar dengan baik firman Tuhan, tapi karena tidak berakar kuat dan bertumbuh dengan baik maka kekuatiran melanda dan keinginan akan kekayaan mempengaruhi kehidupan sehingga mereka tidak berbuah, gagal menjadi pengikut Kristus yang yang sejati.

Matius 13:18-23, menggambarkan bermacam-macam orang yang mendengar dan menerima firman dan Injil; ada yang acuh tak acuh, yang dangkal, yang duniawi dan yang menyambut baik. Benihnya sama, tapi tanahnya berbeda. Ditegaskan bahwa ada permusuhan dari si jahat (iblis), dari dunia dalam bentuk penindasan dan penganiayaan dan dalam kekuatiran dan kesenangan duniawi. Penabur itu baik Tuhan Yesus, murid-murid bahkan kita gereja masa kini harus yakin walaupun banyak benih yang terbuang percuma tapi akan ada tuaian yang melimpah.

Yesaya 27:6, merupakan janji Allah  kepada bangsa Israel yang telah memilih jalan damai dengan Allah melalui pertobatan bahwa umat akan berakar, berkembang, bertunas (bertumbuh) dan berbuah lebat memenuhi seluruh muka bumi. Janji inipun diberikan pada gereja yang telah berakar, bertumbuh dan berbuah dalam iman kepada Tuhan yang telah menunjukkan peranannya bagi keselamatan manusia, sehingga menjadi berkat bagi seluruh bangsa di dunia.

Gereja adalah penabur, sebagai hamba Tuhan yang diutusnya untuk menabur benih (firman) yaitu, Injil (Kabar Baik) bagi kehidupan. Penabur yang bertugas untuk menghadirkan tanda-tanda Kerajaan Allah di tengah-tengah dunia lewat benih-benih yang mewujud dalam tindakan-tindakan yang menghidupkan dan mempersatukan.

Di HUT ke 80 GMIM Bersinode saat ini, kita diajak untuk berakar, bertumbuh dan berbuah dalam kebersamaan agar peranan kita sebagai penabur benih nyata sehingga keselamatan Tuhan menjadi milik dan dinikmati oleh semua orang. Kehidupan beriman gereja dilihat dari buahnya yaitu tindakan dan perbuatan, sebab kita dikenal hanya dari perbuatan dan karya kita. Jangan pernah berhenti dan puas dengan pengalaman keselamatan sehingga kita tidak lagi menabur benih, tidak lagi bertumbuh dan berbuah.

Semboyan pembaruan (reformasi) berbunyi: Ecclesia reformata semper reformanda (Gereja yang telah dibarui, selalu membarui dirinya). Gereja harus terbuka terhadap gerak pembaruan Allah yang mendamaikan, itulah akar yang memberi pertumbuhan sehingga menghasilkan buah. Amin.