Khotbah Pentakosta II, 9 Juni 2014

0
5558

TEMA: “Peranan Roh Kudus dalam Kepemimpinan Keluarga”
Bahan Alkitab: 2 Samuel 23:2-5; Lukas 1:67-76

Kita tentu sudah pernah mendengar nama Mahatma Gandhi. Ia adalah seorang pemimpin di India, bahkan yang kepemimpinannya disegani oleh negara-negara lain. Ia tewas dibunuh dan di kuburannya tertulis pengajarannya tentang 7 dosa sosial, yaitu: politics without principle, wealth without work, pleasure without conscience, knowledge without character, commerce without morality, science without humanity, worship without sacrifice. Artinya politik tanpa prinsip, kesejahteraan tanpa kerja keras, kesenangan tanpa kesadaran, pengetahuan tanpa karakter, keuntungan tanpa moralitas, ilmu pengetahuan tanpa kemanusiaan, ibadah tanpa pengorbanan. Hal-hal itulah yang menjadi dosa

dalam masyarakat. Ia melihat bahwa kehancuran masyarakat terjadi diantaranya karena pemimpin yang tidak memiliki integritas (kesamaan kata dan perbuatan) dan kerohanian yang tinggi. Nah, darimana seorang pemimpin bisa memperoleh integritas dan kerohanian yang tinggi?

 

Tuhan sendiri memberi kriteria tentang kualitas pemimpin (raja) yang sejati. Karena melalui Daud yang dipenuhi Roh Kudus, Tuhan menyatakan bahwa integritas dan kerohanian yang tinggi dapat dicapai apabila ia takut akan Tuhan. Menurut penjabaran dalam Amsal 8, takut akan TUHAN ialah membenci kejahatan, kesombongan, kecong kakan, tingkah laku jahat, dan tipu muslihat; tetapi suka pada pengertian, keadilan, kebenaran dan penuh kasih. Jelaslah bagi kita bahwa kalau seorang pemimpin takut akan Tuhan, maka pasti ia akan memerintah dengan adil dan benar. Pemimpin yang takut akan Tuhan adalah pemimpin yang hidup saleh, punya hubungan yang akrab dengan Tuhan dan melakukan kehendak Allah dalam kepemimpinannya (bandingkan 1 Sam. 12:14).

Seorang raja yang hidup saleh, maka ia akan seperti sinar fajar pagi hari yang indah dan seperti segarnya rumput sehabis hujan (2 Sam 23:4). Bukankah sinar matahari dan air adalah dua unsur yang membuat tanaman bertumbuh subur? Mazmur 72:1-7 mengungkapkan juga bagaimana seorang pemimpin menjadi berkat, bagaikan alam yang indah dan subur. Pemimpin yang tampil bagaikan sinar mentari membuat rakyat atau orang yang dipimpinnya bertumbuh subur, yakni menikmati kemakmuran dan kesejahteraan. Bagi Daud, kesalehan inipun menjadi syarat untuk keluarganya. Daud sebagai kepala rumah tangga, pemimpin dalam keluarga, ia juga hidup saleh, maka keluarga dan kekuasaannya akan tumbuh subur, tidak akan mati; melainkan akan kokoh dan lestari (2 Sam 7:26). Dan kita semua tahu, bahwa ini berpuncak pada Yesus, Sang Mesias, yang menjadi isi puji-pujian Zakharia.

Ketika Daud mengucapkan kriteria dari pemimpin yang sejati, ia sedang dipenuhi oleh Roh Kudus. Sama seperti Zakharia, ketika mengucapkan puji-pujian tentang Mesias, pemimpin yang ditunggu-tunggu itu, ia juga sedang dipenuhi oleh Roh Kudus. Mereka berdua adalah contoh dari pemimpin-pemimpin yang hidup benar dan saleh di hadapan Tuhan. Karena itu, dengan mudah Roh Kudus memakai dan memenuhi mereka. Ketika seorang pemimpin dipenuhi Roh Kudus maka itu adalah pertanda bahwa mereka memang benar dipakai oleh Tuhan.

Pujian Zakharia ini, yang biasa juga dikenal dengan istilah Benediktus, berisi tentang harapan bahwa umat akan dipimpin oleh Pemimpin yang sejati, yaitu Mesias (1:68-75). Karena Zakharia sedang dipenuhi oleh Roh Kudus, maka pujian ini menjadi pujian yang diinspirasikan oleh Roh Kudus (band. 1 Kor. 14:14-26). Artinya bahwa Tuhan sendiri menghendaki seorang pemimpin sejati, yang membawa kelepasan bagi umat-Nya. Ia juga ingin melihat umat-Nya menikmati keselamatan dan hidup dalam kerajaan Sorga dengan semua aspek damai sejahteranya. Dan pemimpin itu, Mesias, akan datang dari keturunan Daud, raja yang saleh sehingga ia berhasil dalam kepemimpinannya.

Dari Daud dan Zakharia, kita belajar tentang peran pemimpin sejati sebagai nabi, imam dan raja. Daud adalah seorang raja yang takut akan Tuhan. Dalam teks disebutkan ia memposisikan sebagai orang yang mengucapkan firman, artinya ia mengambil peran sebagai nabi Allah. Zakharia adalah seorang imam yang hidup takut akan Tuhan (Luk. 1:6), tetapi ia juga bernubuat. Artinya bahwa ia pun mengambil peran sebagai nabi Allah. Peran-peran mereka ini ditandai dengan spesifik ketika disebutkan mereka dipenuhi oleh Roh Kudus. Artinya bahwa kepemimpinan mereka adalah karena dipimpin oleh Roh Kudus. Dan semua peran ini, nabi, imam dan raja menjadi sempurna di dalam Yesus Kristus.

Betapa pentingnya peranan Roh Kudus dalam kehidupan, khususnya ketika kita bicara tentang pemimpin dan kepemimpinan. Inti spiritualitas/kerohanian mereka harus bersumber dari kesalehan hidup, yaitu takut akan Tuhan. Dan oleh kesalehan hidup itu, maka Roh Kudus akan memenuhi dan memakai mereka. Hanya oleh karena dipenuhi Roh Kudus, maka seseorang dimampukan untuk tampil menjadi pemimpin yang sejati. Pemimpin yang menjadi berkat bagi yang dipimpinnya. Bukankah itu juga yang dicontohkan Daud? Pemimpin harus bisa menjadi seperti sinar mentari dan air hujan yang membuat subur dan indah tanaman. Ia harus dapat membawa kelepasan dan keselamatan, kata Zakharia. Celakalah, pemimpin yang mematikan yang dipimpinnya, merampas dan menghancurkan harapan mereka, ia akan berhadapan langsung dengan penghakiman dan peng hukuman Allah (Yer. 34:2b-4).

Jemaat yang dikasihi Tuhan, sudahkah kita menjadi teladan dalam membaca Alkitab sebagai sumber firman Allah, layaknya seperti seorang nabi Tuhan? Adakah kita setia beribadah, seperti seorang imam yang selalu ada di Bait Allah? Mungkinkah sebagai “raja kecil” atau kepala dalam rumah tangga, kita sudah membawa kesejahteraan bagi keluarga?

Sebagai pemimpin dalam masyarakat, organisasi, lembaga, instansi, kelompok, jemaat dan dalam keluarga, maka jadilah pemimpin yang dikuasai oleh Roh Kudus. Mainkanlah peran sebagai “nabi, imam dan raja” secara baik. Kuncinya cuma satu, tingkatkan integritas dan kerohanianmu, yaitu takut akan Tuhan. Ingat, takut akan Tuhan  adalah sumber dari kehidupan, umur panjang, kekayaan dan kehormatan (Amsal 10:27; 14:27; 22:4). Bahkan, dalam Ayub 1:9,10 mengajar bahwa dampak dari takut akan Tuhan adalah diri kita dijaga oleh Tuhan, rumah dan harta dipelihara, pekerjaan sukses dan berkembang. Jadi, mengapa kita tidak mengejar takut akan Tuhan itu? Apalagi yang kita tunggu? Selamat belajar takut akan Allah, maka kamu akan menjadi pemimpin yang dipenuhi oleh Roh Kudus. Amin. 

TATA IBADAH YANG DIUSULKAN: HARI PENTAKOSTA II

NYANYIAN YANG DIUSULKAN:
Persiapan : NNBT No. 4
Ses. Doa Penyembahan : KJ No. 242|
Pengakuan Dosa & Janji Anugerah Allah : NNBT No. 10
Ses Puji-pujian: NNBT No. 1
Pengakuan Iman: KJ No. 280
Persembahan : KJ No. 289
Penutup: NNBT No. 26

ATRIBUT YANG DIGUNAKAN:
Warna dasar merah dengan simbol salib dan lidah api

TINGGALKAN KOMENTAR

Please enter your comment!
Please enter your name here