Khotbah Tahun Baru II, 2 Januari 2015

0
3892

TEMA: “Hidup Yang Meneladani Kristus”
Bahan Alkitab: Filipi 2:12-18

Jemaat yang diberkati Tuhan Yesus Kristus,

Firman Tuhan saat ini tengah menyoroti upaya Rasul Paulus yang memberi dorongan iman kepada jemaat di Filipi untuk terus melakukan pekerjaan pelayanan, dan untuk melakukan pekerjaan pelayanan itu mereka perlu memperhatikan hal-hal yang menyangkut ketaatan serta menjauhkan diri dari sikap hidup yang bersungut-sungut, berbantah-bantah serta sikap hidup yang tercela. Pekerjaan keselamatan menurut Rasul Paulus tidak boleh dianggap mudah karena ini berkaitan dengan firman kehidupan yang diibaratkan seperti perlombaan yang selalu menuntut perjuangan, pengorbanan serta kesukacitaan.

Jemaat yang diberkati Tuhan,

Suasana Tahun Baru sungguh menggembirakan. Di mana-mana ada pesta, umat seolah telah dihipnotis pada “euphoria” (perasaan atau keadaan yang senang secara berlebihan), semangat Tahun Baru itu. Hal itu wajar-wajar saja, namun di balik itu umat harus sadar bahwa hidup orang percaya bukan hanya hari ini, tapi ada hari esok yang kita belum tahu bagaimana situasinya. Jadi adalah bijak jika sebagai orang percaya untuk jangan sampai terbuai oleh “euphoria” Tahun Baru ini, sehingga kita menjadi lengah dan kita menjadi lemah dalam iman yang berujung pada kelalaian mempersiapkan diri dan iman untuk melangkah di hari esok. Sebab benarlah pula ungkapan: “kesuksesan hari esok banyak juga ditentukan oleh hari ini”. Banyak orang yang gagal karena mereka tidak mempersiapkan hari esok dari hari sebelumnya. Jemaat di Filipi diingatkan  untuk  terus waspada dan tetap menjaga sikap hidup mereka berdasarkan Firman Allah. Mereka akan tetap menjadi jemaat yang terus berjuang dalam perlombaan iman.

Semangat ketaatan dalam pekerjaan keselamatan diwarnai dengan ketulusan, kekudusan dan sukacita akan selalu menjadi kekuatan bagi  orang-orang percaya. Sebab di dunia ini pekerjaan keselamatan kita nantinya akan diuji kemapanan dan kualitasnya, apakah masih ada dalam bingkai ketaatan, kekudusan, kesucian dan sukacita dari Allah atau tidak. Jujur dikatakan walaupun pekerjaan keselamatan adalah bagian dari iman tapi seiring dengan berbagai kebutuhan hidup dewasa ini pekerjaan keselamatan terkadang mulai diukur dengan uang yang mengarah pada soal keuntungan atau investasi yang bersifat bisnis. Tak sedikit pekerjaan pelayanan macet atau mandeg karena dilihat kurang memberi keuntungan bagi seseorang. Kalaupun ada, sering pekerjaan keselamatan bukan lagi melihat pada Allah tapi ditujukan pada pribadi, kelompok atau lembaga serta gereja tertentu. Pada hal Rasul Paulus mengingatkan bahwa dalam melaksanakan pekerjaan pelayanan janganlah berpegang pada kekuatan diri sendiri tapi harus berpegang pada firman kehidupan yaitu Yesus Kristus.

Jemaat Tuhan yang dikasihi Yesus Kristus,

Kita harus berhati-hati dengan hal ini, kita harus menjauh-kan diri dari semua hal yang menggeser kekudusan pekerjaan keselamatan, dan harus tetap ada dalam pelayanan bersama Tuhan. Memang untuk melayani Tuhan bukanlah sesuatu yang mudah sebab banyak diper-hadapkan dengan berbagai tantangan. Sebab  itu  dalam kenyataan ada banyak orang percaya mulai mundur dari pekerjaan pelayanan, apakah itu disebabkan oleh imannya yang melemah atau karena tekanan dari pekerjaan pelayanan itu. Rasul Paulus menyadari hal tersebut karena itu dia menawarkan suatu cara untuk mengatasi  hal tersebut yaitu : Pertama, memiliki sikap takut dan gentar. Sikap takut dan gentar ini bukan terarah pada manusia tapi kepada Allah itu sendiri. Sebab itu diharapkan, ketika melayani jemaat haruslah betul-betul melakukan semua perintah Tuhan  tanpa kecuali. Kedua yaitu : Sikap  bersungut-sungut dan tak berbantah-bantahan. Sikap bersungut-sungut dan ber-bantah-bantahan dilihat sebagai penghalang dalam pelayanan gereja, apalagi di zaman itu gereja tengah menghadapi berbagai penderitaan dari pihak bangsa Romawi maupun bangsa Yahudi. Selain itu sikap tersebut akan selalu menjadi pemicu munculnya keributan atau permasalahan dalam pelayanan gereja. Tak jarang, karena sikap tersebut gereja mengalami berbagai bentuk per-pecahan. Ketiga, yaitu : tak bercacat, tak bernoda dan tak bercelah. Kekudusan dan kesucian adalah sesuatu yang sangat penting dalam pelayanan gereja apalagi dihadapan Tuhan.  Pada prinsipnya, Tuhan tidak dapat mentolerir hal-hal yang tidak kudus. Kalaupun  hal itu terjadi, pasti akan berakhir pada penghukuman bagi umat tersebut. Keempat yaitu : Bersukacita, sikap bersukacita harus selalu menjadi bagian hidup orang percaya sebab sikap bersukacita akan  dapat memotivasi  seseorang untuk melayani dengan baik di tengah berbagai situasi. Sikap sukacita pada akhirnya menjadi suatu kekuatan untuk menghadapi berbagai penderitaan. Seperti ungkapan pengamsal: ”hati yang gembira adalah obat yang  manjur, tapi semangat yang patah mengeringkan tulang (Amsal  17:22)”.

Jemaat yang diberkati Tuhan marilah kita miliki sikap hidup yang ditawarkan Rasul Paulus agar kita  menjadi umat yang dapat melakukan pekerjaan keselamatan baik dalam persekutuan gereja maupun juga dalam hidup ber-masyarakat. Sikap yang ditawarkan ini pada dasarnya akan menjadikan orang percaya itu seperti seorang atlit yang berlombah dalam berbagai pertandingan iman. Ingat juga firman Tuhan dalam kitab II Timotius 4:7 berkata “Aku telah mengakhiri pertandingan yang baik, aku telah mencapai garis akhir, dan aku telah memelihara iman”. Orang percaya dituntut untuk menjadi pribadi yang kuat, selain itu menjadi pribadi yang siap berkompetisi di dunia ini. Jujur dikatakan ada begitu banyak orang percaya mengalami kegagalan atau pen-deritaan yang mana semua itu disebabkan oleh karena sikap hidup mereka yang tidak benar, yang berujung pada ketidakmampuan berkompetisi di dalam berbagai hal. Sebab itu  orang percaya harus menjadi pribadi yang tetap memiliki iman. Iman yang dimaksud adalah iman yang tidak mudah digadaikan hanya karena mengejar popularitas atau kekayaan. Iman orang percaya harus dilihat sebagai kekuatan utama umat Tuhan. Apalagi untuk konteks dunia sekarang ini, kehidupan orang percaya haruslah benar-benar memberikan contoh yang baik di tengah realitas dunia yang semakin mengalami degradasi moral. Sebagaimana ada sebuah  ungkapan ”dunia telah semakin tua dan rusak” sebagai suatu  refleksi tentang berbagai tindakan kejahatan yang dilakukan umat manusia. Jadi sudahlah sangat tepat jika gereja dalam hal ini orang percaya menjadi Terang dan Garam Dunia. Amin.