TEMA BULANAN: “Diutus Untuk Membebaskan”
TEMA MINGGUAN: “Diberdayakan Bukan Diperdayakan”
Bahan Alkitab : Kisah Para Rasul 3 : 1 – 10
ALASAN PEMILIHAN TEMA
Kemiskinan sering menjadi alasan yang digunakan untuk memperdaya orang lain. Orang miskin adalah kaum papa, yang tidak mengenyam pendidikan dan tidak memiliki pekerjaan te-tap. Hak-hak hidup mereka terabaikan oleh karena ketidak-berdayaan untuk keluar dari situasi dan kondisi yang sulit. Mereka mengalami “kelumpuhan hidup” baik fisik, psikis, sosial maupun ekonomi. Di antaranya adalah para penyandang “disabilitas” (cacat mental dan fisik), pembantu rumah tangga, buruh dan lain-lain. Buruh adalah pekerja upahan dan kurang dipedulikan kesejahteraannya. Mereka sering dimanfaatkan tenaganya oleh pihak yang berkepentingan. Dengan menyan-dang status sosial ini, membuat mereka dikelompokkan sebagai masyarakat yang terpinggirkan; kaum marjinal. Mereka tidak memiliki ruang dan peluang untuk memberdayakan hidupnya. Karena itu mereka sering melakukan aksi damai, agar pihak yang berkompeten memberdayakan mereka dengan pengeta-huan, ketrampilan dan upah yang wajar.
Gaung kepedulian ini seharusnya membangkitkan upaya bersama untuk mengentaskan mereka yang mengalami kelum-puhan hidup. Gereja, pemerintah dan masyarakat terpanggil untuk terus peduli melalui suatu bentuk tindakan yang konkrit yaitu pendidikan untuk kehidupan (education for life) agar supaya mereka yang miskin, tak berdaya, tak berpendidikan janganlah dibodohi atau dimanfaatkan demi kepentingan pri-badi dan kelompok.
Nelson Mandela mengatakan; “Education is the most powerful weapon which you can use to change the world” (pendidikan merupakan senjata yang paling ampuh yang dapat digunakan untuk merubah dunia). Pendidikan sa-ngat strategis untuk memberdayakan manusia keluar dari ketidakberdayaan dan mendapatkan kehidupan yang lebih baik. Dengan demikian setiap orang memiliki kemampuan dan kemandirian untuk memberdayakan dirinya sendiri supaya tidak diperdayakan oleh orang lain.
PEMBAHASAN TEMATIS
Pembahasan Teks Alkitab (Exegese)
Alur cerita ini sangat menarik, intinya adalah orang yang lumpuh dapat berjalan. Awalnya dituturkan mengenai kepergian Petrus dan Yohanes ke Bait Allah menjelang waktu sembahyang (Yun = proseuche; doa, berdoa) pada pukul tiga petang. Pukul 3 petang adalah waktu kedua untuk korban syukur yang berlangsung bersama-sama dengan doa rakyat.
Di pintu gerbang Bait Allah ada seorang laki-laki yang lumpuh (Yun = cholos; lumpuh, timpang) sejak lahirnya (Yun= koilia, Ingg; womb; rahim, kandungan), usianya lebih dari empat puluh tahun (Kisah 4:22). Kelumpuhan ini membuat ia tak dapat melakukan apa-apa tanpa bantuan orang lain. Setiap hari ia diusung (Yun= bastazo; membawa, memikul) dan diletakkan di pintu yang bernama “Gerbang Indah.” Pintu inilah yang menghubungkan halaman muka orang kafir (pintu halaman umum) dengan bagian yang lebih tinggi, yaitu halaman wanita. Di tempat inilah, ia biasa meminta sede-kah, kondisi ini menunjukkan bahwa ia mengalami kelumpuhan fisik dan ekonomi. Hidupnya bergantung dari belas kasihan orang lain.
Ada tiga kali ditemukan kata meminta sedekah (ayat 2,3,10). Cara itulah yang dapat dilakukannya untuk menafkahi hidupnya atau keluarganya. Kemungkinan yang lain, sebagai penyandang disabilitas (individu yang mempunyai keterba-tasan fisik dan mental) ia dimanfaatkan oleh orang lain, untuk setiap hari meminta sedekah.
Kata sedekah adalah terjemahan dari kata Yunani “elecmosume” yang berarti kemurahan hati atau pemberian yang dianugerahkan. Hal memberi sedekah dianggap oleh orang Farisi sebagai jasa besar dan digunakan untuk memperoleh nama harum, sebagai bentuk pencitraan agar dianggap orang yang murah hati dan memperoleh kebenaran di hadapan Allah. Cara mempraktekkan kemurahan seperti itu dikecam keras oleh Yesus (Bnd Mat 6:1-4).
Orang lumpuh itu sudah biasa menghadapi banyak orang yang mengunjungi Bait Allah. Ia juga terbiasa dengan mereka yang tidak menaruh perhatian padanya dan tidak menganggapnya sebagai sesama yang butuh kemurahan hati (sedekah). Tetapi kali ini berbeda, Petrus dan Yohanes melihat dia sebagai sesama manusia, ia tidak meminta perhatian, melainkan merekalah yang memerintahkanya untuk menaruh perhatian.“Lihatlah kepada kami” (Yun=blepo; melihat atau mengarahkan pikiran untuk sesuatu). Kontak mata yang terjadi adalah upaya membangun kepercayaan diri orang lumpuh itu. Muncul di hatinya pengharapan besar yaitu mendapatkan sesuatu lebih dari biasanya. Tatapan rasul itu tidak berdusta, sebab hal itu keluar dari hati mereka sebagai bentuk kasih dan perhatian. Emas dan perak tidak ada padaku, tetapi apa yang kupunyai kuberikan padamu.
Barang atau benda hanya dapat memenuhi kebutuhan sementara saja, sesudah itu akan habis. Petrus dan Yohanes memberi lebih dari itu yaitu, penyembuhan. Hal ini lebih ber-harga dari emas dan perak. Demi nama Yesus Kristus, orang Nazareth itu, berjalanlah! (Yun = peripateo; berjalan, memanfaatkan peluang, melakukan sendiri). Di pihak lain bentuk kasih yang keluar dari hati para rasul telah “meng-edukasi” si lumpuh, bahwa pemberdayaan manusia tidak hanya menyangkut emas atau uang melainkan pembebasan yang sesungguhnya dari kebutuhan esensi dari manusia.
Rasul-rasul tidak yang menyembuhkan melainkan Yesus. Yesus menjawab inti dari kebutuhan manusia yaitu kebebasan dari kelumpuhan hidup. Ia menyembuhkan baik fisik maupun psikis, jasmani dan rohani. Kuasa Yesus ini memulihkan harkat kemanusiaan orang lumpuh itu. Itulah pemberdayaan hidup yang sejati, bahwa manusia diangkat dari persoalan hidup yang paling mendasar yaitu penyelamatan dari kuasa dosa dan maut.
Petrus memegang tangan kanan orang itu dan mem-bantunya berdiri. Tindakan ini adalah bentuk sentuhan fisik-spiritual sebagai tanda topangan dan empati dan bukan suatu bentuk “transfer kekuatan” untuk menyembuhkan seseorang. Seketika itu juga kuatlah kaki dan mata kaki orang itu, ia bisa berjalan, bukan berjalan tanpa arah dan tujuan. Melainkan berjalan mengikuti Petrus dan Yohanes ke dalam Bait Allah sambil memuji Allah.
Pemberdayaan orang lumpuh sehingga ia dapat mela-kukan banyak hal secara mandiri dengan potensi yang dimilikinya, menimbulkan kekaguman. Seluruh rakyat takjub dan tercengang tentang apa yang terjadi, ia telah berubah, bukan lagi si lumpuh yang biasa mengemis.
Makna dan Implikasi Firman
Kita sering menjumpai orang-orang yang mengalami kelumpuhan hidup. Kelumpuhan; memiliki arti konotatif (makna/kiasan) yang menggambarkan ketidakmampuan orang untuk memberdayakan dirinya dan juga denotative (arti sebenarnya); lumpuh fisik. Mereka perlu dibantu, namun justru yang terjadi sebaliknya, mereka sering diperdayakan. Bantuan sosial yang seharusnya dimanfaatkan untuk mengentaskan kemiskinan sering salah sasaran, penerimanya adalah orang yang “berduit” termasuk penerima tiga kartu sakti (kartu keluarga sejahtera, kartu Indonesia pintar, kartu Indonesia sehat). Tak heran kalau sampai saat ini, Indonesia masih mengoleksi jumlah penduduk miskin yang terus bertambah.
Meningkatnya jumlah penduduk miskin berimbas pada peningkatan kejahatan. Karena itu gereja tidak boleh diam. Gereja harus berupaya keras untuk mengatasi akar persoalannya yaitu kebodohan dan kemalasan. Pendidikan adalah cara yang paling ampuh untuk membebaskan manusia dari kelumpuhan hidup. Melalui pendidikan diberikan pengetahuan dan ketram-pilan untuk berjuang dan bangkit memberdayakan diri secara mandiri. Sekolah dan Perguruan Tinggi yang dikelola oleh GMIM harus difasilitasi agar lebih meningkatkan kualitasnya.
Pelayanan Rasul Petrus dan Yohanes menjadi acuan pelayanan gereja. Gereja tidak boleh menutup mata, telinga dan hati terhadap jeritan dan kesusahan orang lumpuh (fisik, psikis, jasmani, rohan). Gereja harus mampu berbuat sesuatu agar mereka dapat bergerak maju (move on) bahkan bahkan move up (naik, bangkit), Demi nama Yesus Kristus.
Bentuk pelayanan ini tidak hanya dalam bentuk barang seperti uang, makanan, minuman dan lain-lain, melainkan pemberdayaan hidup manusia seutuhnya, “from womb to tomb”, dari lahir sampai mati. Pemberian berupa benda hanya akan menimbulkan ketergantungan pada pihak pemberi dan ketidakmandirian bagi yang menerima. Cara ini juga dapat dimanfaatkan (eksploitasi), demi keuntungan orang lain.
Kepedulian gereja tidak hanya berlaku pada hari Natal dan Paskah berupa pelayanan diakonia karitatif yang secara konvensional masih kita lakukan. Di hari Kenaikan Tuhan Yesus ke surga ini, gereja perlu melakukan lebih dari itu, yaitu diakonia reformatif dan transformatif. Diakonia reformatif menekankan aspek pembangunan seperti sekolah, pusat kesehatan, penyu-luhan, bimas dan koperasi. Sedangkan diakonia transformatif adalah suatu upaya agar masyarakat memperjuangkan hak-hak hidup seperti hak makan, minum, pakaian, nafas, kerja, lingkungan yang sehat yang telah hilang karena dirampas atau diambil oleh pihak lain. Tidak cukup hanya dengan memberi ikan atau beras, tapi kail atau cangkul, bahkan menyiapkan alat dan tempat/lahan untuk bekerja.
Gereja harus melibatkan semua orang melakukan tindakan iman ini sehingga ada banyak orang yang dibantu keluar dari realitas hidup yang tak berdaya menjadi berjaya. Sehingga sepanjang hidupnya memuliakan Tuhan. Tidak hanya menjadi penonton yang takjub dan tercengang tetapi menjadi pelaku yang meno-pang pemberdayaan sesama manusia.
Itulah harapan kita merayakan Hari Buruh, Hari Pendidikan Nasional dan Kenaikan Tuhan Yesus Kristus sambil menantikan kedatangan-Nya kembali. Untuk itu kita harus membangun dunia pendidikan yang berkualitas, sehingga dapat mengen-taskan kemiskinan demi peningkatan kesejahteraan hidup manusia.
PERTANYAAN UNTUK DISKUSI:
- Apa yang kita pahami tentang pemberdayaan hidup menurut teks ini dan siapakah yang melakukannya serta bagaimanakah upaya pemberdayaan itu dipraktekkan ?
- Bagaimanakah pelayanan gereja sesuai dengan tritugas gereja (persekutuan, kesaksian dan pelayanan) untuk mem-berdayakan mereka yang mengalami kelumpuhan hidup ?.
NAS PEMBIMBING: Galatia 6:10
POKOK-POKOK DOA:
- Penyandang disabilitas, orang miskin, pengangguran, kaum buruh
- Pelayanan Gereja untuk pemberdayaan jemaat
- Peningkatan harkat dan derajat manusia melalui program pemerintah yang tepat sasaran
- Kepedulian meningkatkan kualitas pendidikan
TATA IBADAH YANG DIUSULKAN: HARI MINGGU BENTUK 1
NYANYIAN YANG DIUSULKAN:
Panggilan Beribadah : KJ No.454 Indahnya Saat Yang Teduh
Ses Nas Pembimbing : KJ No.437 : 5,6 Kucoba
Pengakuan Dosa : KJ No. 33 Suara-Mu kudengar
Berita Anugerah : NNBT No. 34 Tuhanlah Perlindunganku
Hukum Tuhan : KJ No. 432 Jika Padaku Ditanyakan
Ses Khotbah : KJ No. 391 : 4,5 Puji Tuhan, Haleluya
Persembahan:NKB No.199 Sudahkah Yang Terbaik Kuberikan
Penutup : Mas Perak Kutak punya
ATRIBUT:
Warna dasar putih dengan lambang bunga bakung dengan salib berwarna kuning.