TEMA BULANAN : “Pendidikan Sebagai Misi Gereja Dalam Pembentukan Karakter”
TEMA MINGGUAN : “Firman Allah Sebagai Sumber Pendidikan Karakter”
BACAAN ALKITAB : 2 Timotius 3:10-17
ALASAN PEMILIHAN TEMA
Tanggal 12 Juni 2018 akan diperingati sebagai hari ulang tahun ke-187 masuknya Injil di tanah Minahasa. Walaupun sebelum Riedel dan Schwarz, sudah datang para penginjil di tanah Minahasa tetapi tonggak sejarah penginjilan di Gereja Masehi Injili di Minahasa diperingati pada tanggal 12 Juni hari di mana Riedel dan Schwarz tiba di tanah Minahasa pada tahun 1831.
GMIM kemudian menyatakan lagi tanggal 12 Juni sebagai hari pendidikan Kristen karena diyakini bahwa seiring dengan datangnya injil maka dilakukan juga proses pendidikan/pengajaran agama Kristen. Pada prakteknya para zendeling yaitu Riedel, Schwarz dan lain-lain pada saat mengabarkan injil di tanah Minahasa juga sangat memperhatikan pendidikan dengan mendirikan sekolah-sekolah (di-kenal dengan sekolah zending) dan bentuk-bentuk pelayanan dalam berbagai bidang antara lain kesehatan.
Dengan latar belakang ini kita mengetahui bahwa sejak dulu GMIM memiliki kepedulian tinggi dalam bidang pendidikan dan kesehatan yang berjalan bersama-sama dengan pekabaran injil untuk memberi pembaharuan dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan pendidikan karakter. Perhatian gereja terhadap pendidikan karakter adalah aplikasi dari pemahaman yang benar tentang injil Kristus.
Dewasa ini pengajaran agama Kristen menjadi kewajiban akademik di setiap jenjang pendidikan dari SD sampai Perguruan Tinggi (bagi siswa/mahasiswa Kristen tentunya). Pendidikan Kristen yang pada intinya mempekenalkan Allah dan kehendak-Nya sehingga nara didik dapat melakukannya dan hidup dalam berkat-berkat Allah. Pendididikan Kristen yang dimaksud tidak hanya bertujuan untuk menanamkan ilmu secara memorized (menghafal, mengingat, mem-baca) tapi kemampuan menganalisis dan bersaksi tentang kehendak Tuhan dalam pelbagai bidang kehidupan. Peserta didik tidak hanya memiliki kemampuan secara kognitif tetapi juga karakter kristiani yang sesuai dengan kehendak Kristus. Peserta didik tidak hanya pintar dalam ilmu pengetahuan tapi juga memiliki karakter yang baik yang berpadanan dengan Injil Kristus. Kita sering menyebutnya seba-gai integritas yang artinya kesatuan antara pola pikir, sikap dan tindakan dalam diri seseorang.
Sebagai sumber pendidikan karakter maka firman Allah tidak hanya dipelajari dalam kelas-kelas wajib bertajuk PAK/mata pelajaran aga-ma tetapi yang terintegrasi dalam semua bidang ilmu penge-tahuan atau mata pelajaran di sekolah.
Dorongan untuk membaca, mempelajari, mengenal dan melak-sanakan Firman Allah dari Paulus kepada Timotius dalam bacaan Alkitab minggu ini akan menyoroti secara khusus bagaimana Firman Allah menjadi Sumber Pembentukan Karakter.
PEMBAHASAN TEMATIS
Pembahasan Teks Alkitab (Exegese)
Surat Paulus kepada Timotius ini dikenal sebagai surat Pastoral atau surat penggembalaan. Surat ini ditujukan untuk para pemimpin jemaat/gembala yang sedang atau akan memimpin/menggembala-kan jemaat. Selain Surat I dan II Timotius kita mengenal juga kitab Titus sebagai surat yang banyak menyorot tentang tugas pekerjaaan seorang gembala jemaat. Surat Paulus kepada Timotius merupakan surat kepada Timotius yang saat itu memimpin jemaat di Efesus (band. 1Timotius. 1:3) yang pada saat itu dipengaruhi oleh pengajar-pengajar palsu (ayat 12b, orang jahat dan penipu akan bertambah jahat, mereka disesatkan dan menyesatkan). Timotius yang lemah dan pemalu harus memimpin jemaat Efesus dengan kompleksitas permasalahannya.
Paulus menulis ini dari penjara Roma dalam usia sekitar 70 tahun. Usia Timotius kira-kira 22 tahun waktu menerima surat ini. Paulus bertemu dengan Timotius dalam kebaktian pekabaran injil di Listra pada waktu Timotius berusia 15 tahun dan 7 tahun kemudian bergabung dalam pelayanan Rasul Paulus. Timotius seorang yang peka dan agak pemalu, dia diasuh dan dididik oleh neneknya Louis dan ibunya Eunike, orang Yahudi yang menjadi Kristen. Ayahnya seorang Yunani dan tidak banyak diceritakan sehingga praktis ia dibesarkan oleh pola asuh nenek dan ibunya. Merekalah orang-orang yang disebutkan Paulus (ayat 14) sebagai orang yang mengajarkan Kitab kepada Timotius sejak kecil (ayat 15).
Dalam ayat 10 Paulus mengemukakan beberapa hal yang dapat dilihat Timotius dalam dirinya yaitu ajaran, cara hidup, pendirianku, imanku, kesabaranku, kasihku dan ketekunanku.
Dalam 1Timotius 4:15 Paulus juga menyebutkan beberapa unsur karakter yang dapat diteladankan oleh Timotius (1Timotius 4:12b, “jadilah teladan bagi orang percaya dalam kasihmu, dalam kese-tiaanmu dan dalam kesucianmu’). Karakter yang dimiliki oleh orang percaya tidak hanya dalam kesetiaan dan kesucian tetapi juga dalam kasih. Karakteristik yang berintegritas menggambarkan keutuhan antara pikiran, perkataan dan tindakan. Bahkan Paulus pernah menyapa Timotius, “…hai manusia Allah”, (1Timotius 6:11) ini tentu dimaksudkan untuk mendorong Timotius memiliki karakter Allah dalam menjalankan tugas tanggung jawabnya melayani jemaat. Paulus, memberikan semangat bahkan dengan nada mendesak menunjukkan kebenaran injil yang mereka (Paulus dan Timotius) saksikan. Segala tulisan yang diilhamkan Allah, itulah kekuatan dan wibawa mereka sebagai pemberita injil. ‘Yang diilhamkan Allah’ dalam Bahasa Yunani disebut theopneustos. Istilah ini sering diar-tikan ‘diilhami’, tetapi kata ini menunjuk kepada ‘menghembuskan nafas ke dalamnya’, sedangkan kata yang digunakan Paulus berarti ‘dihembusi oleh Allah’. Ayat tersebut tidak hanya menegaskan sumber dan otoritas firman Allah (berasal dari Allah, hembusan nafas Allah), tetapi juga menegaskan relevansinya yang terus berlangsung, ibarat nafas yang sangat vital dalam kehidupan manusia. Allah telah berbicara kepada manusia dan manusia mampu menuliskan per-kataan Allah, sehingga melalui firman yang tertulis itu Allah berbicara kepada manusia.
Agar apa yang diilhamkan Allah ini dapat terus bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, memperbaiki kelakuan dan mendidik orang dalam kebenaran, maka menjadi tugas bagi Timotius untuk menyaksikan Firman Allah tersebut. Karakter yang dibentuk melalui firman Allah sudah disebutkan di ayat 10 melalui ajaran, iman, ketekunan dan lainnya. Karakter yang dibangun berdasarkan firman Allah memampukan umat menjadi saksi bagi Kristus walau pun untuk itu ia harus menderita. Pengalaman mengabarkan injil di Antiokhia, Ikonium dan Listra (ayat 11) menyebutkan konsekuensi mengabarkan injil. Mengabarkan injil dalam arti menjadi saksi Kristus melalui karakter yang menjadi teladan dalam ajaran, ketekunan dan kesetiaan, konsekuensinya dapat berujung penderitaan bahkan kematian tetapi seperti prajurit, petani, dan lain-lain yang digambar-kan Paulus untuk Timotius menggambarkan bagaimana kekuatan firman Allah sanggup menjadikan karakter semakin berpadanan dengan injil Kristus. Timotius muda mati martir di Efesus karena berita injil. Dia yang lemah dan pemalu menjadi seorang militan Kristen yang berjuang menyampaikan firman Allah dalam kehi-dupannya. Itulah pertumbuhan karakternya yang berdasarkan pada pengalaman penderitaan pelayanan dan pengenalannya akan firman Allah. Panggilan untuk ikut menderita yang disampaikan Paulus kepadanya menjadi model karakter yang terus memanggil Timotius sampai akhir hidupnya.
Makna dan Implikasi Firman
Firman Allah menjadi sumber pembentukan karakter Timotius walaupun penderitaan mengikutinya. Seperti apa karakter kristiani yang dapat kita upayakan? Dengan Firman Allah yang mengingatkan Timotius menjadi teladan dalam ajaran, kesucian dan ketekunan maka kita pun diajak menguji ajaran kita, cara hidup kita dan ketekunan melakukannya. Ajaran tentang kebaikan sudah sering kita sampaikan, tetapi apakah itu berlanjut dengan cara hidup ketekunan dan kesucian? Menjelang pelaksanaan pemilihan kepala daerah dapatkah kita melihat visi dan misi yang murni dari para calon dan selanjutnya ketika terpilih visi dan misi itu benar-benar direalisasikan dalam karakter pemimpin yang melayani.
Dalam hubungan dengan dunia pendidikan, masa kini diharapkan kita tidak hanya menerapkan kemampuan mengingat dan menghafal (memorized) bagi peserta didik tapi juga kemampuan menganalisis masalah kemanusiaan seperti ketidakadilan, ketidakbenaran serta persoalan-persoalan menyangkut keprihatinan dunia akan ling-kungan yang semakin rusak kualitasnya. Metode-metode belajar kita kiranya tidak hanya transfer ilmu untuk mengejar standar sekolah, tetapi terutama bagi pembentukan karakter penerus bangsa yang beriman dan berilmu.
PERTANYAAN UNTUK DISKUSI:
- Bagaimana bagian Alkitab ini menggambarkan tentang karakter kristiani?
- Sejauh mana pendidikan masa kini sanggup membentuk karakter kristiani?
- Berikanlah contoh-contoh atau metode pengajaran yang dapat menjadikan Alkitab sebagai sumber pembentukan karakter.
NAS PEMBIMBING: Mazmur 19:8-11
POKOK-POKOK DOA:
- Agar jemaat memahami Firman Allah oleh iman kepada Kristus sehingga tidak goyah oleh berbagai pengajaran yang menyesatkan dan berbagai bentuk penderitaan
- Agar karakter kristiani semakin mewarnai bentuk-bentuk pen-didikan melalui guru-guru Kristen di sekolah-sekolah mereka.
TATA IBADAH YANG DIUSULKAN:
HARI MINGGU BENTUK II
NYANYIAN YANG DIUSULKAN:
Kemuliaan Bagi Allah: KJ. No 7 Ya Tuhan Kami Puji Nama-Mu Besar
Ses Doa Penyembahan: NNBT No.6 Allah Bapa Yang Kumuliakan
Ses Pengakuan Dosa: NKB No.13 O Allahku, Jenguklah Diriku
Ses Janji Anugerah Allah: NNBT No. 31 Dalam Dunia Penuh Kemelut
Ses Puji-pujian: KJ No. 308 Tuhan Kau Kekal Raja Hati Kami
Ses Pembacaan Alkitab: KJ.No. 54 Tak Kita Menyerahkan
Persembahan: KJ No. 426 Kita Harus Membawa Berita
Penutup: KJ No. 425 Berkumandang Suara Dari Seberang.
ATRIBUT
Warna Dasar Hijau dengan simbol salib dan perahu di atas gelombang.