Saling Berbagi Demi Kesejahteraan Bersama
Ekonomi Yang Injili [Tema Bulanan]
Kisah Para Rasul 2 : 41 – 47 [Bahan Alkitab]
A. ALASAN PEMILIHAN TEMA
Ekonomi pada masa kini tidak dapat disangkal, telah menjadi aspek paling menentukan keberlangsungan hidup dan posisi suatu keluarga, negara, dan bahkan gereja/jemaat. Semakin mapan tingkat ekonomi suatu keluarga, negara, dan jemaat, maka semakin memiliki posisi tawar yang penting dalam berbagai aspek kehidupan. Sebaliknya orang-orang secara ekonomi minim dianggap menjadi masalah dalam komunitas bahkan menjadi beban bagi negara. Ekonomi pada satu sisi telah membuahkan kemakmuran bagi sekelompok orang pelaku ekonomi. Pada sisi yang lain, ekonomi telah mencipta kesenjangan sosial dalam masyarakat. Antara kelompok kaya yang menguasai sebagian besar sumber daya dan kelompok miskin yang tidak memiliki akses terhadap sumber daya. Prinsip ekonomi modern yang menganut azas penggunaan modal yang sekecil-kecilnya untuk mendapatkan keuntungan material yang sebesar-besarnya terbukti telah melahirkan: (1). Ketidakadilan ekonomi dalam masyarakat, (2). Ekspolitasi sumber daya alam dan manusia (3). Masyarakat konsumeris. (4). Krisis ekonomi dan lingkungan hidup.
Prinsip ekonomi modern sesungguhnya telah bertolak belakang dengan prinsip ekonomi menurut Alkitab. Sejak awal, Alkitab sudah memberikan dasar prinsip ekonomi sekaligus hakikat ekonomi tersebut. Ekonomi, yang secara etimologis, berasal dari kata “oikos” rumah tangga, dan “nomor” aturan atau peraturan. Dengan demikian, eknomi berarti suatu rangkaian pemikiran, strategi, proses dan semua tindakan, dimana kesejahteraan bagi seluruh umat manusia dan alam semesta menjadi tujuan. Di dalam Kejadian 2:15, Allah menyatakan bahwa “Tuhan meletakkan manusia itu di tengah taman Eden untuk mengusahakan dan memelihara taman itu”. Ekonomi menurut Alkitab adalah hikmat yang Allah berikan kepada manusia sebagai ciptaan tertinggi, yang dicipta menurut gambar dan rupa-Nya, agar bisa mengatur semua sumber daya, mengembangkan dan menggunakannya dengan cara yang tepat untuk memberikan kesejahteraan bagi semua penghuni taman Eden, yaitu alam semesta ini. Inilah yang dimaksud dengan ekonomi yang Injili, yakni sebuah prinsip, strategi dan praktek ekonomi alkitabiah yang mendatangkan kesejahteraan bagi semua makhluk Tuhan di alam semesta. Marilah kita melihat contoh praksis ekonomi yang Injili dicontohkan oleh cara hidup jemaat mula-mula.
B. PEMBAHASAN TEMATIS
B.1. Pembahasan Teks Alkitab (Exegese)
Pada bagian awal Kisah Para Rasul, penulis memberikan gambaran pertama tentang jemaat sebagai Israel yang diperbaharui oleh Roh Kudus. Gambaran ini dimulai dan berakhir dengan penambahan jumlah orang percaya (41,47b). Ada semacam kesimpulan terbuka yang hendak menjelaskan seperti apa karakter hidup jemaat yang menerima Kristus melalui khotbah Petrus, sehingga terjadi penambahan jumlah orang percaya dalam waktu yang relatif singkat.
Bahwa setelah persekutuan jemaat terbentuk; mereka hidup bertekun dalam pengajaran para rasul dan dalam persekutuan. Mereka selalu berkumpul untuk memecah roti dan berdoa (ay.42). Kata “persekutuan” dalam kehidupan jemaat mula-mula diterjemahkan dari kata Yunani Koinonia, yang secara harafiah berarti “memiliki atau berbagi suatu hal bersama”. Roti yang mereka miliki dipecah-pecah sebagai tanda berbagai sumber daya, dan doa yang dipersembahkan sebagai tanda syukur atas segala rahmat dan pemeliharaan Allah atas kehidupan koinonia. Ayat ini juga untuk menjelaskan makna perjamuan yang dilakukan Yesus. Bahwa roti yang dipecah-pecahkan adalah tanda penyerahan diri dan pengorbanan-Nya yang tanpa batas untuk menyelamatkan manusia dari dosa keserakahan, ketamakan dan pementingan diri sendiri. (Lukas 22:19).
Semua orang yang telah menjadi percaya tetap bersatu, dan segala kepunyaan mereka adalah kepunyaan bersama (ay.44b). Perhatikan bacaan Alkitab kita, dan kita dapat menemukan banyak hal yang dimiliki dan dibagikan secara bersama di antara jemaat mula-mula, baik dalam kehidupan rohani maupun keperluan jasmani (ay.45). Bangunan persekutuan diuraikan dalam hubungan dengan rezeki dan kepemilikan bersama, supaya tidak ada yang kekurangan. Atau dengan kata lain, tidak ada orang yang menguasai aset terlalu banyak sehingga mengakibatkan pemiskinan bagi orang lain. Itulah yang terjadi ketika koinonia berfungsi sepenuhnya. Pertemuan raya di bait Allah dan perkumpulan di rumah-rumah menjadi penting karena melaluinya jemaat mengalami koinonia (ay.46).
Persekutuan yang berfungsi sepenuhnya menginspirasi serta memikat banyak orang untuk datang dan beroleh selamat. Mereka disukai semua orang dan tiap-tiap hari Tuhan menambahkan jumlah mereka yang diselamatkan (ay.47). Dalam semua praktek hidup mereka, dilakukan dengan sikap hati yang baik, saling mengasihi, saling peduli dan berbagi. Mereka juga membangun hubungan dengan Allah dan masyarakat dengan cara yang tepat.
B.2. Makna dan Implikasi Firman
Persekutuan (koinonia) sebagai salah satu dari tritugas panggilan gereja sangat umum dikenal dalam kekristenan. Sayang istilah ini sering dimaknai secara dangkal. Bagi kebanyakan umat, kata ini sudah berarti sama dengan “pertemuan ibadah” (datang ke persekutuan/perkumpulan rohani, menjadi pengurus, dll). Sekadar kehadiran atau bahkan kepengurusan pada sebuah persekutuan, tidak sama dengan hidup dalam koinonia. Persekutuan yang sejati perlu memiliki koinonia dalam visi, komitmen dan praktek hidup sehari-hari. Cara hidup jemaat mula-mula yang mempraktekkan sejatinya ekonomi yang Injili (yang mensejahterakan semua anggota persekutuan), mengajak kita sebagai gereja masa kini untuk mengevaluasi wujud dari praktek-praktek koinonia kita.
Hidup dalam zaman dimana ketidakpedulian pada orang lain dan keberpusatan pada diri sendiri menjadi nilai-nilai umu, sesungguhnya menantang gereja untuk mempraktekkan koinonia dalam wajah ekonomi yang Injil melalui pelayanan konkrit. Kita kini berhadapan dengan realitas ekonomi pasar dimana para pelaku ekonomi mempratekkan pola-pola efisiensi yang merugikan orang lain untuk mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya. Masih ada pedagang Kristen di pasar-pasar yang sengaja menggunakan timbangan yang miring untuk mendapatkan keuntungan besar bagi dirinya. Bahkan ada orang Kristen yang sengaja menjual jasa perdagangan orang (trafficking) demi mendapatkan keuntungan ekonomi. Banyak orang menjadi korban dari berbagai krisis moral dan sosial masa kini akibat usaha-usaha mencari keuntungan sebesar mungkin bagi diri sendiri dalam kehidupan bersama.
Padahal Allah menciptakan alam semesta ini dengan kekayaan sumberdaya, cukup untuk mensejahterakan kebutuhan semua makhluk yang hidup di atasnya. Tetapi ada sebagian orang yang tanpa sadar melakukan “korupsi” dengan mengambil lebih dari kebutuhannya, sehingga ada hak dasar orang lain yang tidak lagi dapat dipenuhi. Sistem ekonomi meraih keuntungan sebesar-besarnya kemudian menciptakan kesenjangan ekonomi yang berakibat pemiskinan struktural. Banyak orang miskin yang mencari “roti”, tetapi yang mereka temukan adalah “batu” (kepahitan hidup) karena tidak ada lagi persekutuan yang memecah roti untuk dibagi-bagikan. Ada gereja masa kini yang rupanya “tidak lagi disukai” banyak orang, bahkan dihancurkan dan dibakar. Gereja semakin berkurang jumlahnya karena tidak memiliki keunikan pelayanan yang membuat orang terpikat untuk menerima keselamatan. Pada realitas masyarakat dunia seperti inilah relevansi visi, komitmen dan praktek bergereja diuji. Sudahkah GMIM menjadi gereja yang membawa banyak orang menemukan oasis yang memenuhkan dahaga mereka akan koinonia di tengah persekutuan orang percaya yang semakin individualis?
C. PERTANYAAN DISKUSI
- Apakah jemaat atau gereja kita telah melakukan praktek koinonia seperti dicontohkan oleh jemaat mula-mula? Apa saja praktek koinonia yang mereka lakukan sebagaimana kata teks Alkitab?
- Apakah jemaat atau gereja kita masih disukai banyak orang? Bagaimana dengan fenomena perpindahan warga gereja?
NAS PEMBIMBING: Galatia 6 : 2
POKOK-POKOK DOA
- Berdoa bagi pemulihan sistem ekonomi dunia
- Berdoa bagi pemulihan nilai-nilai koinonia dalam gereja
- Berdoa bagi penerapan sistem ekonomi Injii (yang mendatangkan kesejahteraan bersama) di kalangan warga gereja
TATA IBADAH YANG DIUSULKAN:
Tata Ibadah Minggu Bentuk II
NYANYIAN YANG DIUSULKAN:
Nyanyian Pembukaan: NNBT No.1
Ses. Pengakuan Dosa: NNBT No.11
Ses. Janji Anugerah Allah: KJ No.178
Ses. Puji-Pujian: NNBT No.13
Ses. Pembacaan Alkitab: KJ No.50a:1,6
Persembahan: NNBT No.15
Penutup: NNBT No.28
ATRIBUT YANG DIGUNAKAN:
Warna dasar hijau dengan simbol salib dan perahu di atas gelombang.
Sumber: Menjabarkan Trilogi Pembangunan Jemaat Edisi Agustus – September 2012