ALASAN PEMILIHAN TEMA
Keadilan merupakan salah satu hal dasariah yang diharapkan terdapat dalam setiap pribadi manusia. Tema tentang keadilan begitu kuat disampaikan orang dari masa ke masa, termasuk menjadi salah satu perhatian utama dalam Alkitab yang tidak sekedar hanya mengingatkan manusia, tetapi bertujuan untuk sebuah perubahan totalitas kehidupan umat Tuhan. Keprihatinan yang begitu besar dalam Alkitab akan soal keadilan, juga merupakan wujud kehadiran Allah yang menyatakan cinta dan kasih sayang-Nya.
Keadilan selalu seiring bersama kebenaran, sebab dimana keadilan itu dicapai pada saat bersamaan dinyatakan kebenaran yang sesungguhnya. Keadilan dan kebenaran dikendalikan oleh Allah melalui kuasa-Nya, sehingga terjalin hubungan diantara manusia dengan Allah dan sesama manusia. Hal ini bukan sebuah pernyataan, melainkan menjadi sikap gereja yang harus dijawab dan dipertanggung jawabkan untuk merelevansikan kesadaran akan keadilan dan kebenaran di sekitar kehidupan kita.
Mencintai dan menegakkan keadilan merupakan tanggung jawab gereja untuk terus dinyatakan dalam semua bidang kehidupan. Walau kenyataan di sana-sini masih banyak persoalan keadilan yang terus terjadi dalam kehidupan bergereja dan bermasyarakat.
PEMBAHASAN TEMATIS
Pembahasan Teks Alkitab (Exegese)
Amos berasal dari Tekoa, suatu daerah sekitar 12 mil di sebelah selatan Yerusalem. Profesi aslinya sebagai peternak dan pemungut buah anggur hutan (Am. 7:14). Dalam hal panggilan Amos, memang menarik (Am. 7:14-15) karena menjauhkan dirinya sendiri dari nabi-nabi. Ia dipanggil oleh Tuhan lalu diutus ke Israel utara (a.l. di Samaria) untuk menyampaikan firman Tuhan pada masa pemerintahan Yerobeam II, sekitar tahun 786-753 SM. Amanat Amos dalam pemberitaannya, pada prinsipnya didasarkan pada kalimat ini: “Israel tidak otomatis mengalami perkenanan dari Yahweh (TUHAN)”. Mereka tidak bisa beranggapan bahwa karena hubungan mereka yang erat dengan Yahweh maka hubungan itu tidak bisa diputuskan. Amos mengakui bahwa memang ada hubungan intim antara mereka dengan Yahweh (Am. 7:8; 8:2) tetapi Israel tidak boleh menganggap diri unggul karena Yahweh telah memilih mereka (3:2) dan membebaskan mereka dari Mesir (9:7). Sebab Yahweh juga membimbing dan mengasuh bangsa-bangsa lain. Peng hukuman kepada Israel akan lebih cepat dari bangsa-bangsa lain karena hubungan mereka yang erat dengan Yahweh. Dalam pengertian lain, karena hubungan Allah dengan mereka lebih erat maka tanggung jawab mereka lebih besar. Pada mulanya Allah mengutus orang-orang dari Israel sendiri untuk menyadarkan mereka tetapi karena mereka tetap murtad maka Israel akan dihukum (2:11,12).
Dari pemberitaan Amos ini terdapat suatu pandangan teologi yang bersifat universal. Bahwa Yahweh tidak hanya Allah bagi bangsa Israel tetapi juga Allah bagi bangsa lain dan Ia memiliki kuasa atas bangsa lain. Namun hubungan istimewa antara Yahweh dan Israel meminta tanggung jawab yang lebih besar. Maksudnya supaya Israel bertobat. Namun ternyata Israel tidak bertobat, oleh karena itu hukuman Allah tidak dapat tidak akan diberlakukan. Dalam hubungan ini Amos melakukan reinterpretasi terhadap gagasan tentang “Hari Tuhan” (5:18-25). Menurut pandangan pada waktu itu, “Hari Tuhan” adalah hari bahagia bagi bangsa Israel tetapi Amos mengatakan bahwa Hari Tuhan itu merupakan hari yang gelap, hari pemusnahan dan penghancuran bagi Israel. Israel hanya bisa selamat kalau ada pertobatan yang sungguh-sungguh itupun tidak otomatis Allah harus mengampuni, tetapi memerlukan sikap yang tegas dan rendah hati untuk menjauhkan diri dari kejahatan dan mempraktekkan kebaikan menurut kehendak Allah, supaya tetap hidup! (5:14). Kemudian Amos meneruskan lebih lanjut, tentang hidup yang berkenan kepada Allah bukanlah semata-mata berpegang pada sejumlah perintah dan larangan, tetapi hidup yang dimaksud adalah yang lahir dari perubahan hati supaya punya kemampuan untuk benar-benar menegakkan keadilan disemua aras (termasuk di tempat-tempat diadakan rapat dan tempat peradilan). Di sini Amos memberitakan tentang adanya harapan yang terkandung pada kata “mungkin..” (5:15), bahwa hukuman Allah tidak lepas dari kasih-karunia-Nya. Artinya dengan adanya pertobatan, Allah menaruh belas kasihan terhadap Israel (minimal ada harapan bagi sisa-sisa keturunan Yusuf), tanpa mengabaikan tanggungjawab untuk menjalankan keadilan dan kebenaran terus-menerus ibarat air yang sehat dan hidup yang terus mengalir tanpa henti-hentinya (5:24).
Keadilan dan kebenaran juga diangkat oleh Rasul Paulus pada surat Ibrani, yang kemudian menjelaskan bahwa Anak Manusia yaitu Yesus Kristus sangat membenci kejahatan dan sangat dekat dengan keadilan. Bagi Yesus tidak cukup kalau kita hanya mengasihi keadilan tanpa harus membenci kejahatan. Alasan ini sehingga Yesus berhak menjadi Raja yang penuh kebenaran, diurapi oleh Roh Kudus dengan minyak jauh melebihi raja-raja Israel (teman-teman sekutu) atau melebihi manusia manapun yang ada di dalam dunia (Ibrani 5:8-9). Kata “diurapi” menunjuk pada pengertian sebuah ”kehormatan” dan pemberian “kuasa” yang hanya diberlakukan kepada Yesus sebagai tanda kesukaan (layak dengan pengurapan minyak). Pengurapan ini gambaran kebenaran yang tidak berhenti pada Yesus, tetapi Yesus menunjukkan bahwa keadilan dan kebenaran itu diteruskan dalam bentuk pengurapan bagi orang percaya melalui minyak kesukaan oleh Roh Kudus.
Makna dan Implikasi Firman
“Keadilan” selalu menjadi topik yang tidak pernah usang dimakan waktu. Tidak berada jauh dari kehidupan kita, tetapi sangat dekat dalam aktifitas hidup kita setiap hari. Sungguh memprihatinkan jika yang menyalahgunakan keadilan adalah anak-anak Tuhan. Amos mengajak kita mencari Tuhan, senada dengan mencari Tuhan berarti mencari yang baik atau melakukan segala sesuatu sesuai kehendak Allah. Dalam hal ini sebagai orang percaya, tidak hanya bicara “teori” saja tetapi harus disertai dengan “praktek”. Artinya harus ber sesuaian “Kepercayaan” dan “Perbuatan”, tidak dapat dipisah kan satu sama lainnya ibarat “dogmatika” dan “etika” harus berjalan bersama seperti “kasih kepada Allah” dan “kasih kepada manusia”.
“Kebenaran” sejalan dengan keadilan, tetapi kebenaran tidak berhenti pada kebenaran melainkan pada pengorbanan. Pengorbanan yang dimaksud dalam bacaan ini menunjuk pada pertobatan manusia, dan pertobatan itu membawa manusia pada kesadaran untuk mempertahankan bentuk-bentuk keadilan dan kebenaran. Manusia memang bukan orang benar, tetapi orang-orang yang dibenarkan oleh Allah di dalam Yesus Kristus. Sebagai orang-orang yang dibenarkan, diurapi dan diberi tanggungjawab, harus mencerminkan ketaatan dan kesetiaan kepada sesama sebagai representative (mewakili) dari kehadiran Allah supaya semua orang meng alami dan merasakan hidup berdampingan dalam keadilan dan kebenaran seutuhnya.
PERTANYAAN DISKUSI
1) Apa kata perikop ini tentang keadilan dan kebenaran?
2) Apakah bentuk-bentuk ketidakadilan dan ketidak benaran masih mempengaruhi gereja masa kini ? jelaskan.
3) Bagaimana sikap kita terhadap pelayan yang sudah diurapi tetapi kedapatan bertindak tidak adil ?
NAS PEMBIMBING : Mazmur 145:17
POKOK-POKOK DOA
1. Keadilan dan kebenaran dalam pelayanan gereja.
2. Pemerintah dalam pengambilan keputusan yang tepat adil dan benar
TATA IBADAH YANG DIUSULKAN: HARI MINGGU BENTUK II
NYANYIAN YANG DIUSULKAN:
Kemuliaan bagi Allah : NNBT No. 4
Doa penyembahan : NNBT No.6
Pengakuan dosa : NNBT No. 31
Janji anugerah Allah : NNBT No. 9
Puji-pujian : NNBT No.1
Ses Pembacaan Alkitab : KJ No. 50
Persembahan : NNBT No. 15
Nyanyian Penutup : Siapa Yang Setia
ATRIBUT YANG DIGUNAKAN:
Warna dasar hijau dengan simbol salib dan perahu di atas gelombang.