MTPJ 13 – 19 April 2014

0
1354

TEMA BULANAN : “Berdemokrasi Dalam Penderitaan Kristiani”

TEMA MINGGUAN : “Memaknai penderitaan sebagai wujud kesetiaan kepada Tuhan

Bahan Alkitab : Kejadian 37:12-24; Filipi 2:5-7

ALASAN PEMILIHAN TEMA

Untuk dapat mencapai sesuatu, haruslah dengan perjuangan dan kerja keras dan di dalam perjuangan dan kerja keras   itulah pasti ada penderitaan. Dan ketika kita sungguh-sungguh dan setia di dalam perjuangan dan kerja keras ini, maka akhirnya kita  akan merasakan kemuliaan yang luar biasa. Dalam kenyataannya, jika usaha ini bersifat kolektif, maka pada satu pihak kita akan dapati bahwa ada orang-orang yang mau memberi diri dan mau berkorban. Tetapi pada pihak lain ada kecenderungan yang sangat kuat di mana ada begitu banyak orang yang mau menang sendiri dan berusaha mengorbankan orang lain untuk menjadi tumbal demi keberhasilan usaha dan perjuangan itu. Perjuangan Kristus sampai mati di kayu salib, pada satu pihak merupakan pemberiaan diri-Nya sendiri untuk taat pada rencana-rencana Bapa-Nya bagi Dirinya dan bagi dunia, tetapi pada pihak lain merupakan tumbal dari  kepentingan dan keinginan orang-orang Yahudi. Yesus telah mengartikulasikan dengan benar apa itu kerendahan, dan bagaimana dengan kerendahan itu Ia ditinggikan. Oleh sebab itu hanya dengan kerendahan hatilah maka kita dapat memaknai penderitaan Kristus secara sungguh dan benar. Disitulah kita menemukan wujud kesetiaan kita pada Tuhan.

 

PEMBAHASAN TEMATIS

Pembahasan Teks Alkitab(Exegese)

Kejadian 37:12-24

Yakub memiliki 13 anak dari 2 istri  dan 2 gundik (Kej.35:22b-26). Yusuf dan Benyamin anak dari istrinya Rahel. Yakub (Israel) lebih mengasihi Yusuf dibanding saudara-saudaranya yang lain (Kej.37:3). Yusuf itu “tukang” mimpi. Dalam kedua mimpinya jika diartikan maka Yusuf akan menjadi pemimpin di antara mereka semua (Kej.37:5-9). Yusuf adalah “anak kesayangan” maka hanya saudara-saudaranya saja yang bekerja menggembalakan ternak. Situasi ini membuat saudara-saudaranya iri hati kepadanya (Kej.37:11). Karena kedengar-dengarannya kepada papanya dan karena rasa kasih sayangnya kepada saudara-saudaranya, maka ia mengikuti perintah bapanya dan melaksanakan dengan penuh tanggungjawab.Di sinilah kita menemukan kesetiaan seorang Yusuf. 

Saudara-saudara Yusuf telah dirasuki oleh rasa dengki, dendam, amarah sehingga kedatangan Yusuf dijadikan sebagai  kesempatan yang paling baik untuk membunuhnya.

Kejadian 37:12-36 adalah cerita menurut tradisi Yahwis di mana Yehuda yang mengambil prakarsa supaya Yusuf dijual  kepada para saudagar Midian  (Kej.37:26-27). Jadi bukan usul Ruben yang diterima karena persoalan yang ia lakukan dalam Kej.35:22a membuat dia kehilangan kepemimpinan rohaninya yang efektif dan tidak bisa mempengaruhi saudara-saudara-nya dengan baik.

Filipi 2:5-7. Paulus menitikberatkan bagaimana Yesus meninggalkan kemuliaan yang tiada taranya di sorga dan mengambil kedudukan yang hina sebagai hamba, serta taat sampai mati untuk kepentingan orang lain. Pada hakikatnya Yesus Kristus adalah Allah, setara dengan Bapa. (Yoh.1:1). Kesetaraan Yesus dengan Bapa ada dalam diri Yesus sebagai Manusia. (Yoh. 1:14). Biarpun demikian, Kristus “tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik  yang harus dipertahankan” berarti Ia melepaskan segala hak istimewa  dan kemuliaan-Nya di sorga agar kita di bumi ini dapat diselamatkan.

Fil.2:6-11  berupa sebuah madah yang dipakai dalam liturgi Gereja mula-mula dan menurut para ahli Paulus telah mengadopsinya. Masing-masing bait madah ini menonjolkan sebuah tahap tersendiri dalam misteri Kristus. Oleh karena Kritus adalah  Allah, maka Ia mempunyai hak atas semua sifat ke-Allah-an. Kesetaraan dengan Allah itu oleh Kristus tidak dianggap sebagai “rampasan”. Kesetaraan itu tidak mengenai  hakikat yang tidak dapat ditinggalkan, tetapi mengenai kesetaraan kehormatan suatu hakikat yang menyatakan siapakah diri-Nya.

Telah mengosongkan diri-nya sendiri.. “Pengosongan diri-Nya” ini tidak sekadar berarti secara sukarela menahan diri untuk menggunakan kemampuan dan hak istimewa ilahi-Nya, tetapi juga menerima penderitaan, kesalahpahaman, per-lakuan buruk, kebencian, dan kematian yang terkutuk di salib.

Mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia. Walaupun Ia tetap benar-benar ilahi, Kristus mengambil sifat manusia dengan segala pencobaan, kehinaan, dan kelemahannya, namun Ia tidak berdosa (Fil.2:7-8;). Apa yang dengan rela ditinggalkan Kristus dengan menjadi manusia bukanlah ke-ilahian-Nya, melainkan kemuliaan-Nya.

Rupa seorang hamba dipertentangkan dengan gelar “Tuhan”.  Jadi rupa seorang hamba menunjuk kepada sikap kerendahan dan ketaatan

Sama dengan manusia: Kristus tidak hanya menjadi manusia sejati, tetapi seorang manusia yang “sama dengan yang lain,” yang mengambil bagian dalam seluruh kelemahan manusia, kecuali dalam dosa

 “Mengosongkan diri“, yaitu menanggalkan kemuliaan Ilahi-Nya seolah-olah tidak ada akan tetapi tetap ada pada-Nya.

 

Makna dan Implikasi Firman

  • §Sebagai keluarga Kristen seharusnya kita tidak boleh memperlakukan secara istimewa (anak emas) bagi salah anak kita. Cara ini akan menimbulkan iri hati, dengki dan kemarahan. Sebaliknya peliharalah cinta kasih per-saudaraan agar terus menerus bertumbuh dalam hidup keluarga kita.
  • §Orang percaya harus rela menerima perlakukan yang kurang menyenangkan karena ketaatannya kepada Kristus.
  • §Pola Kristus yang merendahkan diri dengan meninggalkan segala hak, martabat, kedudukan dan gelar ke-ilahian-Nya harus terimplementasi dalam kehidupan semua orang percaya. Ia harus rela berkorban dan tidak mementingkan dirinya melainkan berbuat baik kepada semua orang tanpa pamrih.
  • §Belajar dari penderitaan Kristus maka Gereja terpanggil untuk menyatakan kesetiaannya kepada Tuhan dengan memperlengkapi anggota jemaat agar dapat melayani sesuai dengan pola kehambaan Yesus.
  • §Ketaatan dan pengorbanan Kristus sesungguhnya hendak menempatkan gereja pada kedudukan yang mulia di dunia ini bukan dalam bentuk kekuasaan melainkan dengan cara melayani sebagai hamba seperti Yesus.

 

PERTANYAAN DISKUSI

  1. Dalam hal-hal apa kehidupan dan cara hidup Yusuf dapat disamakan dengan Yesus?
  2. Dengan cara apabagaimana kita sebagai Gereja harus mengikuti pola dan cara hidup Yesus (secara khusus yang terdapat dalam Filipi 2 ini)?
  3. Apa relevansi yang sesungguhnya dari Firman ini untuk kita sebagai warga GMIM (terutama dalam penyelesaian masalah-masalah yang dihadapi)?

 

NAS PEMBIMBING :  2 Korintus 4:16-17

POKOK-POKOK DOA

  1. Mempersiapkan diri untuk merayakan Jumat Agung, Perayaan Perjamuan Kudus dan Paskah
  2. Mensyukuri pelaksanaan PEMILU Legislatif
  3. Supaya GMIM mengikuti pola dan cara Kristus dalam  melayani, mampu merendahkan diri dan berkorban untuk orang lain.
  4. Badan Pekerja Majelis Sinode yang baru (Periode 2014-2018)

 

TATA IBADAH YANG DIUSULKAN: HARI MINGGU SENGSARA VI

NYANYIAN YANG DIUSULKAN:

Persiapan: KJ No. 368 :1,3

Sesudah Nas Pembimbing : KJ No. 453: 1

SesPengakuan Dosa & Berita Anugerah Allah: NNBT No. 11

Ajakan mengikuti Yesus di jalan sengsara: KJ No.  372

Sesudah Pembacaan Alkitab:KJ No. 54

Persembahan: KJ No.  441

Nyanyian Penutup: NNBT No. 29

 

ATRIBUT YANG DIGUNAKAN :

Warna dasar ungu dengan simbol XP (Khi-Rho), cawan pembasuhan, salib dan mahkota duri.