TEMA: “Hidup Berguna Didalam Tuhan”
Surat yang ditujukan kepada Filemon (ayat 1) ini, ditulis oleh rasul Paulus ketika ia berada dalam penjara di Roma. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa, sekalipun ia terpenjara, ia tetap menjadikan dirinya berguna dalam pelayanan bagi Tuhan. Tubuhnya sudah tua dan terpenjara (ayat 9) tapi iman, visi dan misinya dalam pelayanan tidak turut terpenjara. Keadaan yang terbatas dan memprihatinkan secara fisik, sosial, politik dan ekonomi, tidak membuat ia kehilangan semangat dan motivasi untuk mengambil bagian dalam pelayanan. Oleh sebab itu menjadi dorongan bagi kita Pria/Kaum Bapa untuk mengembangkan potensi diri dan menjadikan diri kita, dengan berbagai talenta yang Tuhan anugerahkan untuk terus berkarya dimanapun kita berada. Juga menjadi koreksi bagi kita, supaya jangan menjadikan keterbatasan yang ada pada kita sebagai alas an untuk tidak mengambil bagian dalam pekerjaan bagi Tuhan. Misalnya, karena saya banyak masalah hidup, saya miskin, saya tidak punya waktu, saya tidak punya talenta dan lain sebagainya. Kalau ini yang terjadi pada kita, maka sadar atau tidak, keadaan kita berada dalam posisi terbalik dengan rasul Paulus. Tubuh kita bebas, tapi iman, visi dan misi kita terpenjara dengan berbagai keterbatasan. Akhirnya kita menjadikan diri kita tidak berguna dalam pelayanan bagi Tuhan.
Selanjutnya, ternyata Paulus mampu memberikan motivasi kepada seorang yang bernama Onesimus. Ia adalah seorang budak yang tidak mengenal Tuhan, yang melarikan diri dari dari tuannya Filemon. Mungkin ia telah melakukan suatu kejahatan tertentu. Di tangan Paulus ia menjadi orang yang berubah dan menjadi orang yang berguna dalam pelayanan bagi Tuhan. Ia membantu Paulus dan dijadikan anaknya bahkan buah hatinya ketika di penjara. Paulus sendiri mengataan bahwa dulu ia memang tidak berguna bagi Filemon, tetapi sekarang ia sangat berguna baik bagimu, maupun bagiku (ayat 10-12). Menjadikan orang lain berguna dalam pelayanan bagi Tuhan bukan hal yang mudah apalagi dalam situasi dan kondisi yang memprihatinkan. Orang biasanya lebih suka mengurus diri sendiri daripada mengurus orang lain, tapi inilah yang dilakukan Paulus. Tindakan seperti ini, adalah suatu tindakan berani, peduli dengan orang lain, rela berkorban dan men- cerminkan militansi kekristenan untuk memenangkan orang lain bagi Tuhan. Inilah juga panggilan iman kita sebagai Pria/Kaum Bapa GMIM. Kita terpanggil untuk membuat orang lain berguna dalam pelayanan. Dalam bahasa hidup berumah tangga, inilah tugas tanggungjawab suami untuk mengajak isteri mengambil peran aktif dalam pelayanan bagi Tuhan; Inilah tanggungjawab seorang ayah untuk mendidik anak-anaknya untuk aktif dalam kegiatan-kegiatan anak sekolah minggu, remaja dan pemuda, supaya mereka mengenal Tuhan dan dapat bersekolah serta bergaul dengan baik. Tidak terjerumus pada pergaulan-pergaulan yang menghancurkan masa depan mereka. Semua ini harus dapat dilakukan oleh seorang kepala keluarga yang bertanggungjawab dan harus diakui bahwa, semua ini hanya dapat tercapai jika kita dapat menciptakan ibadah-ibadah keluarga. Ada doa, pujian dan baca firman, inilah awal kita menjadikan keluarga kita berguna dalam pelayanan bagi Tuhan. Selanjutnya untuk rajin bekerja dan berkarya bagi Tuhan. Demikian pun kita dapat mengajak orang lain untuk mengambil bagian dalam pelayanan bagi Tuhan di tengah jemaat dan masyarakat sesuai talenta-talenta yang Tuhan anugerahkan bagi kita.
Hal yang tak terlupakan oleh Paulus, dan inilah juga inti pengajaran Paulus dalam pembacaan kita, bahwa Paulus memo-tivasi Filemon untuk menjadi orang yang berguna, baik dalam hubungan dengan pribadinya, tetapi dalam hubungan dengan Onesimus, dan yang lebih penting lagi karena ketaatannya pada Tuhan. Artinya ia yang sudah mengenal Tuhan, dapat mem-buktikan dirinya mengasihi sesama tanpa memperlakukan orang sebagai hamba tetapi sebagai saudara yang kekasih dalam Tuhan dan dapat memberi tumpangan kepada mereka (ayat 16-21). Di sini terlihat bagaimana upaya mendorong orang lain supaya semakin bertumbuh dalam Tuhan. Bahwa orang beriman akan semakin berguna dalam hidup mereka jika mempraktekkan apa yang mereka imani. Menghargai orang lain, mengasihi dan memberikan mereka menikmati hak dan martabatnya sebagai manusia. Inilah yang disebut dengan bahasa kita sekarang sebagai sikap hidup solidaritas, kesetiakawanan sosial, pemerataan dan perwujudan keadilan serta hak-hak hidup orang lain.
Saudara-saudara yang dikasihi Tuhan.
Sebagai Pria/Kaum Bapa GMIM, pembacaan kita ini memberi motivasi dan dorongan yang jelas bagi kita supaya kita dapat menjadikan hidup kita berguna. Jangan terhalang dengan berbagai keterbatasan, tapi robahlah keterbatasan menjadi peluang untuk mempersembahkan diri bagi Tuhan. Juga, mari kita mengaktifkan diri dalam pelayanan. Mari kita cari orang-orang yang masih jauh dari Tuhan. Mulailah dari dalam keluarga kita. Lebih dari itu sebagai bagian dari Gereja Masehi Injili di Minahasa, mari kita saling menguatkan supaya dapat mendemonstrasikan iman percaya kita bagi dunia, bahwa kita adalah orang-orang yang dapat turut serta membangun kehidupan bersama, saling mengasihi dan menghargai harkat dan martabat orang lain untuk mewujudkan keadilan dan kesejahteraan, demi hormat dan kemuliaan bagi nama Tuhan. Amin.