Tema Mingguan: Menanti sambil menguji segala sesuatu
TEMA BULANAN: Arti Sebuah Penantian
Bahan Alkitab: 1 Tesalonika 5:12-22
ALASAN PEMILIHAN TEMA
Berada di minggu-minggu Adven, suasana batin seseorang, keluarga, ataupun kehidupan bersama kadang kala mengalami perubahan seiring dengan terjadinya perubahan konsep dan arah berpikir yang secara langsung atau tidak dipengaruhi oleh situasi dan kondisi yang sedang terjadi, seperti kesibukan yang bertambah untuk mengejar kebutuhan perayaan dan peningkatan aktivitas persekutuan menyambut prayaan-perayaan Ibadah Natal. Akibatnya terjadi suasana yang tidak lagi saling menghargai, suasana hidup yang tidak tertib, dan kehilangan sukacita.
Suasana Natal yang sedang dibangun ataupun dikreasikan di rumah masing-masing, dan kegiatan lainnya yang dilakukan, yang kadang kala tanpa kajian etis teologis yang tepat, sehingga ada kegiatan yang dilakukan dalam mengisi minggu-minggu Adven, gaungnya luar biasa kedengaran, tapi makna yang sesungguhnya tidak nampak, dan kurang menyentuh maksud dari suatu perenungan tentang arti minggu-minggu Adven itu.
Menyikapi realitas kehidupan seperti ini, maka kita perlu menguji tentang apa yang patut dilakukan dalam memaknai minggu-minggu adven dengan cara antara lain saling menasihati agar segala aktivitas yang dilakukan adalah wujud menasihati agar segala aktivitas yang dilakukan adalah wujud iman orang percaya juga menjawab pergumulan-pergumulan yang dapat saja hadir di sekitar minggu-minggu penantian.
PEMBAHASAN TEMATIS
Pembahasan Teks Alkitab (Exegese)
Paulus sangat sadar tentang kehadiran para pemimpin, dan gembala yang mempunyai andil besar, yang bekerja keras dalam penyebaran Injil di lingkungan orang-orang Kristen di Tesalonika (ay.12), dan karenanya Paulus memberi nasihat dan ajakan, agar jemaat Kristen di Tesalonika memberi penghargaan, topangan, dan penghormatan kepada mereka.
Kendatipun demikian Paulus juga segan mengingatkan dan menegur para pemimpin yang ketika itu didapati hidup tidak tertib, (Yunani: ataktous) yang artinya mereka tidak tetap berada dalam barisan, atau yang membolos dan karena itu mereka juga sering kali disebut gelandangan yang sering mengabaikan tugas mereka sehari-hari dan terbaisa hidup dalam kemalasan. Cara hidup para pemimpin ini, bukan saja membawa dampak negatif pada tanggung jawab pelayanan itu sendiri, tetapi juga merusak citra dari seorang pemimpin Kristen yang diharapkan. Dan karena itu ada orang-orang Kristen yang mengalami kemunduran dalam hal beriman bahkan ada yang enggan memperjuangkan apalagi memberi kesaksian tentang kehidupan beriman seperti yang diharapkan.
Di tengah konteks kehidupan berjemaat yang ditantang dengan persoalan-persoalan mentalitas pemimpin yang “tidak tertib hidupnya” (ay.14) ditambah lagi dengan persoalan-persoalan eksternal yang muncul dari tekanan-tekanan kelompok Yahudi yang tidak menghendaki adanya kelompok pengikut Kristus, Paulus menasihati jemaat untuk tetap saling menopang, membela yang lemah, sabar, dan tidak membalas kejahatan dengan kejahatan, sebagai implemantasi dari suatu kehidupan kristiani seperti yang diajarkan oleh Tuhan Yesus. Bahkan dalam konteks kehidupan seperti ini Paulus terus mengajak Jemaat untuk terus membangun suasana suka cita di antara mereka, tetap berdoa, dan senantiasa mengucap syukur dalam segala hal sebagai suatu kesaksian iman tentang pemeliharaan TUhan dalam hidup.
Di tengah upaya mengembangkan dan upaya menyaksikan Injil Kristus, Paulus terus mengajak jemaat agar siuman dengan berbagai pengajaran yang terus berkembang, sebab ketika itu ada gejala yang umum muncul sejak zaman para rasul yakni karunia bernubuat dengan mudah ditiru, bahkan ada yang mengklaim bukan cuma kelompok Kristen yang memiliki penglihatan-penglihatan atau ajaran-ajaran istimewa dari Allah, dan karena itu Paulus mengingatkan jemaat, untuk menguji segala pengajaran yang terus berkembang “ujilah segala sesuatu” apakah sesuai dengan pengajaran yang pernah diajarkan oleh Paulus, dan lebih dari itu jemaat juga diajak untuk terus mengutamakan kebaikan.
Makna dan Implikasi Firman
Minggu Adven adalah masa-masa kita mempersiapkan diri untuk menyambut kedatangan Tuhan. Bagaimana bentuk kita mempersiapkan diri yakni dengan menata hati, menata aktifitas kita supaya tetap menggambarkan kehidupan orang percaya.
Minggu Adven adalah juga masa untuk saling menasihati, menegur yang hidupnya tidak tertib, menghibur yang tawar hati, membela yang lemah, hidup sabar dengan orang lain. Juga kita perlu menguji bentuk-bentuk perayaan di minggu Adven ini agar tidak menghilangkan makna dan sukacita sesuai dengan yang dikehendaki Allah. Misalnya, perayaan yang boros, hura-hura dan mabuk-mabukan yang jauh dari upaya menata diri.
Minggu Adven adalah juga saat introspeksi diri supaya kita tidak memadamkan Roh dalam perayaan. Misalnya, kehilangan roh sukacita, kehilangan roh berdiakonia dengan yang lain, roh mengampuni. Minggu Adven ini juga menguji apa yang kita lakukan, apakah sesuai dengan kehendak Allah atau hanya kehendak manusia.
Ajakan untuk menguji, teristimewa menata hidup, haruslah menjadi tema sentral yang perlu didengungkan dalam setiap ibadah. Di samping itu rasa hormat kepada pelayan dan pemimpin perlu ditumbuh-kembangkan sebagai penghargaan yang tulus untuk mereka yang berjeripayah dalam pelayanan dan kepemimpinannya dan mereka akan melaksanakan tugas nanti. Sambil menyuarakan koreksi kepada pemimpin yang didapati ‘tidak tertib hidupnya’ yang mengakibatkan para domba peliharaan bingung stres, sehingga ada yang tercecer dari kawanan, ada yang melarikan diri dan mencari jalannya sendiri, dan bukan sedikit yang terabaikan karena penderitaan dan kemiskinan, padahal kita diingatkan untuk saling memberi topangan dan membela mereka yang lemah.
Menyikapi perkembangan yang terus terjadi di sekitar kita, seiring dengan kemajuan yang terjadi, gereja terus ditantang, sebab di satu pihak gereja insaf dan tidak dapat menolak perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai realitas yang tidak mungkin diabaikan, tetapi juga di pihak lain hadirnya doktrin-doktrin dan aliran kepercayaan tertentu yang secara langsung maupun tidak menghadirkan tantangan dan pergumulan tersendiri pada tanggung jawab dan kerja pelayanan gereja. Karena itu, ucapan Paulus, “ujilah segala sesuatu…” adalah panggilan kepada gereja yang patut disambut dengan positif dan proaktif, untuk melihat, merenungkan, dan mengkritisi setiap persoalan yang terjadi di sekitar kita, apakah itu yang perlu terjadi dan diakibatkan oleh gereja itu sendiri sebagai lembaga atau persekutuan, ataupun yang datang dari luar persekutuan gereja.
PERTANYAAN DISKUSI
- Apakah nasihat, ajakan-ajakan dan teguran Paulus dalam bacaan ini?
- Bagaimana pemberitaan Paulus memaknai kehidupan berjemaat di minggu-minggu Adven ini?
NAS PEMBIMBING: Mazmur 26:2,3
POKOK-POKOK DOA
- Gereja menghormati para pemimpin yang bekerja keras
- Kesiapan iman menyambut kedatangan Tuhan
- Gereja diberi kemampuan untuk dapat menguji segala sesuatu
TATA IBADAH YANG DIUSULKAN: MINGGU ADVEN III
NYANYIAN YANG DIUSULKAN:
Pembukaan: KJ No.21
Ses. Nas Pembimbing KLIK “Selidiki Aku”
Ses. Pengakuan Dosa: KJ No.25
Ses. Hukum Taurat: KJ No.8
Ses. Berita Anugerah Allah: KJ No.85:2
Persembahan: KJ No.84
Penutup: KJ No.427:1
ATRIBUT YANG DIGUNAKAN:
Warna dasar biru muda dengan simbol empat buah lilin berwarna ungu.