MTPJ 15 s- d 21 Juli 2018

0
7024
TEMA BULANAN : “Pendidikan Sebagai Misi Gereja Dalam Pembentukan Karakter”
TEMA MINGGUAN : Pengalaman Membentuk dan Memperteguh Hidup dalam
Pengharapan Iman”
BACAAN ALKITAB: Pengkhotbah 3:1-15
ALASAN PEMILIHAN TEMA

Dinamika kehidupan dialami manusia dalam batasan waktu sejak lahir sampai mati (from womb to tomb). Segala sesuatu yang pernah dijalani, dirasakan, dilihat, didengar, dipikirkan, dikerjakan manusia disebut pengalaman. Pengalaman akan menjadi berharga bila seseorang mampu memaknai kegagalan dan keberhasilan yang dialaminya. Kualitas suatu pengalaman dapat diukur dari kemam-puan kita mengambil pelajaran atas pengalaman tersebut yang memungkinkan kita menjadi tahu dan hasil tahu itu disebut pengeta-huan. John Dewey seorang pakar Pendidikan berpendapat: belajar dari pengalaman adalah cara belajar yang terbaik.

Ada hal yang sangat mendesak untuk kita cermati dan renung-kan, yakni apakah dengan berbagai dinamika/pengalaman hidup yang kita lalui itu telah kita kritisi dan maknai? Apakah kita telah jadikan pengalaman tersebut sebagai pelajaran atau nilai didik untuk membentuk dan memperteguh hidup dalam pengharapan iman? Percaya ada TUHAN yang berkuasa dalam hidup kita dan karena itu kita taat sepenuhnya kepada Dia, tidak hanya dalam pemahaman (kognitif) semata, tetapi juga dalam realitas hidup sehari-hari. Kita yakin pengalaman bersama Tuhan membentuk dan memperteguh hidup. Inilah bagian dari pengharapan iman kita.

 

PEMBAHASAN TEMATIS

Pembahasan Teks Alkitab (Exegese)

Pengkhotbah (Ibrani: Qoheleth) artinya berkumpul, dari kata dasar “Qahal”: perhimpunan/perkumpulan; (Ing. Ecclesiastes). Pengkhot-bah ialah suatu jabatan untuk memanggil orang berkumpul. “Pengkhotbah” juga diartikan sebagai pengajar atau guru dalam suatu perkumpulan. Penulis kitab ini adalah anak Daud, Raja atas Israel di Yerusalem (1:1, 12), seorang yang bijaksana dan penyair (bnd. I Raja-raja  3,4,5,10), dikenal sebagai Salomo. Menarik untuk disimak bahwa apa yang diuraikan Pengkhotbah dalam kitab ini, justru lahir dari: Pertama, pribadi Pengkhotbah sendiri; hal ini jelas dalam pasal 1 sampai 10, penulis menggunakan kata ganti ”aku”. Kedua, berdasarkan pada pengalaman hidupnya, seperti kesaksian-nya karena “memeriksa”, “menyelidiki” dengan hikmat apa yang terjadi di bawah langit (bnd.1:13; 2:3); “melihat”, (Bnd. 1:14; 2:13; 3:16; 4:7; 8:9) “menguji”, “melakukan”, “mengusahakan”, “menin-jau” (Bnd.2:2, 4, 5, 1), atau “meneliti” (bnd.2:11).

Dari berbagai pengalaman hidup itu, pengkhotbah menemukan segala sesuatu di dalam dunia ini ada masanya, ada waktunya (ayat 1). Hal ini menegaskan pertama : segala sesuatu ada dalam kurun waktu tertentu, ada awalnya dan ada akhirnya, (ada batasnya). Kedua: segala sesuatu berada di bawah satu rangkaian rencana Sang Khalik. Ketiga: manusia tidak dapat mengubah segala sesuatu yang ada masanya dan ada waktunya itu dengan hukum atau aturan yang lain, misalnya segala sesuatu bisa tidak ada masanya, atau bisa tidak ada waktunya. Pengkhotbah mengungkap 14 pasang kata tentang fakta hidup dengan menggunakan gaya bahasa yang berlawanan (antitesis); dan gaya bahasa yang menyatakan suatu peristiwa secara lugas dan jelas (enumerasi). Ada hal yang tak dapat kita ubah selain hanya dapat diterima dan dijalani, misalnya: waktu lahir-meninggal; waktu menanam-mencabut; namun ada hal yang dapat kita pilih, atau sepenuhnya berada di tangan kita, misalnya berbicara-berdiam diri; mengasihi-membenci; perang-berdamai. Berbagai rangkaian peristiwa (siklus) hidup itu tersedia waktu mengalami hal yang menyenangkan  dan hal yang menyusahkan (ayat 2-8).

Pengkhotbah menyadari keterbatasan manusia; ”Apa untungnya berjerih payah” (ayat 9, bnd.1:3; 2:11), namun disadarinya bahwa manusia harus berjerih payah karena hal itu diberikan oleh Allah, sungguh pun melelahkan. Berjerih payah dalam bekerja akan menjadi sia-sia bila tidak bergantung sepenuhnya pada Allah yang menyediakan pekerjaan itu (9, 10). Segala sesuatu dirancang indah (baik, teratur, bermanfaat) oleh Allah bahkan Allah memberi keke-kalan dalam hati manusia. Kekekalan (Ibrani: olam), dapat berarti ketersembunyian atau kerahasiaan. Allah memberi kemampuan bagi manusia untuk melihat, berpikir, mempelajari, memahami berbagai pengalaman hidupnya agar bertindak dan berusaha hidup sebaik-baiknya (11).

Pengalaman baik di saat susah maupun senang dipakai TUHAN untuk mendidik, membentuk dan meneguhkan hidup dalam peng-harapan iman; bahwa menjalani berbagai realitas kehidupan ini, mutlak bergantung sepenuhnya pada Allah. Inilah hidup yang dinamis dan optimis (penuh semangat dan berpengharapan baik) tak pernah mengenal apatis dan pesimis (acuh tak acuh dan bermasa bodoh). Allah merancang siklus kehidupan sedemikain rupa, supaya manusia takut akan Allah (ayat 12-15). Hidup tanpa takut akan Allah adalah mutlak sia-sia.

Makna dan Implikasi Firman
  • Segala sesuatu dalam dunia ini ada masanya (suatu periode yang ditetapkan) dan ada waktunya (kejadian yang ditentukan); ada awalnya, ada akhirnya. Termasuk hidup manusia dibatasi dalam kurun waktu dilahirkan dan meninggal.
  • Pengalaman dalam menjalani hidup, apakah menyenangkan atau menyusahkan, bukanlah suatu kebetulan, tapi suatu kesem-patan berharga untuk dimanfaatkan sebaik baiknya. (bnd. Galatia 6:9-10; Filipi 1:21-22).
  • Manusia diberi nilai kekekalan (Kerahasiaan Allah) berupa hikmat dan kebijaksanaan untuk mencermati, mengkritisi dan memaknai berbagai pengalaman yang dialami dalam rangka membentuk dan memperteguh hidup dalam pengharapan iman. Hidup takut akan Allah (takjub, hormat dan taat sepenuhnya pada Allah) Sang Penguasa masa dan waktu hidup.
  • Berpengharapan iman dengan karakter hidup dinamis dan optimis (penuh semangat dan berpengharapan baik) bahwa Allah menjadikan segala sesuatu indah pada waktunya dan Allah terus bekerja datangkan kebaikan (bnd. Roma 8:28). Pengharapan iman ini akan memperkuat orang percaya meng-hadapi berbagai masalah pribadi, keluarga atau pun masyara-kat. Gereja dimampukan menata diri dan kuat menghadapi berbagai dinamika dalam gerak pelayanannya.

PERTANYAAN UNTUK DISKUSI:

  1. Apa yang saudara pahami dengan pernyataan “untuk segala sesuatu ada masanya, untuk apapun di bawah langit ada waktunya” sesuai perikop ?
  2. Berikanlah contoh konkrit bahwa pengalaman seseorang dapat membentuk dan memperteguh hidup dalam pengharapan iman.
  3. Bagaimana sikap Iman kita, saat menghadapi pergumulan atau pun kesenangan hidup ?

 NAS PEMBIMBING : Ibrani 6:11-12

 

POKOK – POKOK  DOA :

  • Orang percaya menyadari masa atau waktu hidup anugerah Allah ini sangatlah terbatas.
  • Orang percaya memahami bahwa pengalaman membentuk dan memperteguh hidup dalam pengharapan iman, dan terus bersaksi hidup dalam takut akan Allah.
  • Gereja diberi kekuatan Iman dalam menghadapi berbagai dinamika gerak pelayanan.

 TATA IBADAH YANG DIUSULKAN:

HARI MINGGU BENTUK III

 NYANYIAN YANG DIUSULKAN:

Pembukaan: NNBT No. 1. Pujilah Dia, Pujilah Dia.

Ses Nas Pembimbing:  KSK.38 Harap Saja Pada Allah.

Ses Pengakuan Dosa: KJ No. 37a Batu Karang Yang Teguh

Ses Berita Anugerah Allah: NKB No. 184 Engkau Milikku Abadi.

Ses Pembacaan Alkitab: NKB No. 119 Nyanyikan Lagi Bagiku

Ses Pengakuan Iman: NKB No.201 Di Jalan Hidupku

Persembahan: KJ No. 367 Pada-Mu, Tuhan dan Allahku

Nyanyian Penutup dan Berkat NNBT No. 22 Maka Kasih Allah Bapa

 ATRIBUT :

Warna dasar hijau dengan simbol salib dan perahu di atas gelombang.