MTPJ 17 – 23 September 2017

0
5416

TEMA BULANAN : “Peningkatan Kapasitas Kelembagaan Gereja”
TEMA MINGUAN : “Pelayan Yang Rendah Hati”
Bacaan Alkitab : 1 Korintus 4:6-21
ALASAN PEMILIHAN TEMA

Semakin mendekatnya pelaksanaan pemilihan di aras jemaat, menuntun kita untuk merenung bersama siapakah pelayan Tuhan. Pelayan adalah semua orang percaya yang melak-sanakan panggilan Tuhan. Terkadang orang sering salah mengartikan pelayan dari sisi jabatan. Di mana sosok pelayanan adalah pribadi yang harus dihormati, disanjung dan dipuja dalam kehidupan. Manakala pelayan diasosiasikan dengan jabatan, maka terjadilah polemik yang mengakibatkan orang berambisi dan berkompetisi untuk menjadi pelayan khusus. Rasanya masih ada yang kurang lengkap kalau tidak memiliki “sapaan gerejani” (syamas atau penatua) di depan namanya.

Akhir-akhir ini, isu yang hangat dibicarakan di kalangan pelayan khusus dan jemaat adalah siapa yang akan terpilih untuk melayani di periode pelayanan 2018 – 2021. Tanpa malu dan sungkan ada orang-orang  tertentu yang mulai mempromosikan diri dan meningkatkan citranya agar dapat meraup suara yang terbanyak. Pemilihan tidak lagi dipahami sebagai proses kudus untuk memilih pelayan Tuhan. Malahan proses pemilihan yang dimulai dari sensus jemaat, pemetaan dan penetapan kolom mulai dipengaruhi oleh kepentingan pribadi dan kelompok.

Melalui paparan tema “Pelayan Yang Rendah Hati,” mengingatkan bahwa menjadi pelayan adalah panggilan mengabdikan diri dengan kerendahan hati. Anggapan yang berlebihan tentang kepribadian dan kemampuan seorang pelayan mendapatkan penekanan yang serius dalam pokok ini seperti ungkapan “Jangan melampaui yang ada tertulis”.

PEMBAHASAN TEMATISPEMBAHASAN TEMATIS
Pembahasan Teks Alkitab (Exegese)

Korintus adalah kota industri yang menjadi pusat perdagangan. Ironis memang, kotaini  unggul secara  ekonomi, tetapi dari segi moralitas, berpredikat buruk. Nomor satu dalam percabulan.Percabulan menjadi sebuah regulasi resmi dalam dunia kafir Yunani. Berbagai keburukan ada di sana seperti prilaku yang menyimpang karena hawa nafsu, perbuatan zinah yang dipuja-puja, dan penyembahan berhala. Menurut hikmat Yunani, orang Korintus sangat bangga akan hal-hal itu. Paulus menegor mereka dan mengajak jemaat untuk belajar dengan mengikuti teladannya, sebagai bapa oleh Injil. Ia mengatakan “Jangan melampaui yang ada tertulis”. Ungkapan ini merupakan penegasan kepada jemaat bagaimana seharusnya hidup dalam kerendahan hati.

Perikop 1 Korintus 4 : 6 – 21 ini dilatarbelakangi oleh perpecahan, iri hati dan pertengkaran dalam pelayanan. Ada pelayan yang mengklaim memiliki hikmat istimewa. Hal Ini membuat mereka merasa lebih unggul dari yang lainnya. Paulus mengkritisi dengan  mengatakan, “siapakah yang menganggap engkau begitu penting? Dan apakah yang engkau punyai, yang tidak engkau terima? Dan jika engkau memang menerimanya, mengapakah engkau memegahkan diri, seolah-olah engkau tidak menerimanya?”. Menganggap diri penting, bagi Paulus adalah bentuk kesombongan diri. Menurutnya Allah mem-berikan para rasul tempat yang paling rendah seperti orang yang dijatuhi hukuman mati. Kata bodoh, dalam ayat 10 melukiskan secara tajam kenyataan hidup para rasul, tetapi bodoh di mata dunia bagi Paulus adalah arif di dalam Kristus.

Paulus mengungkapkan realita yang ia tanggung, yakni lapar, haus, telanjang, dipukul dan hidup mengembara. Ia melakukan pekerjaan tangan, (12) yang bagi orang Korintus adalah suatu kehinaan namun  Paulus melihat itu sebagai suatu kebanggaan. Kalau dimaki – memberkati, kalau dianiaya-sabar, kalau difitnah – menjawab dengan ramah. Bahkan ketika dianggap sama dengan sampah dunia, sama dengan kotoran dari segala sesuatu. Semua itu adalah hal yang asing bagi orang-orang Yunani yang bijak secara duniawi.

Dalam bagian ini terdapat pemahaman yang saling bertolak belakang. Semua pandangan orang Korintus yang merupakan kegagalan,bagi Paulus ditempatkan dalam penger-tian yang benar untuk menghargai nilai-nilai Injili (bnd Luk 6:28).

Paulus menekankan ‘Turutilah teladanku’ (16), menya-takan ketegasan Paulus bahwa pemberitaan dan praktek hidup harus cocok. Ini tentu memerlukan kuasa Allah untuk melakukannya. Kerendahan hati berhubungan dengan citra diri dalam melayani dan menjadi karakter yang harus dimiliki oleh seorang pelayan. Tidak menyombongkan diri dengan meng-utamakan seorang dengan yang lain.

Makna dan Implikasi Firman

  • Secara Teologis, sikap hidup yang rendah hati merupakan salah satu tema pemberitaan sejak Perjanjian Lama untuk dilakukan umat Tuhan, seperti yang dikatakan dalam Zefanya 2:3 ”Carilah TUHAN, hai semua orang yang rendah hati di negeri, yang melakukan hukum-Nya; carilah keadilan, carilah kerendahan hati; mungkin kamu akan terlindung pada hari kemurkaan TUHAN.” Tiga hal yang penting harus dicari, yaitu: pertama, carilah Tuhan, terarah kepada-Nya dengan kerinduan mendalam untuk mengenal dan mengasihi Dia sebagai Tuhan Perjanjian dan Perlindungan. Kedua, carilah keadilan. Hidup dan memperjuangkan keadilan sesuai kebenaran, Firman Allah. Dan ketiga, carilah kerendahan hati, dengan menyadari ketidakberdayaan dan kebutuhan untuk tunduk dalam ketaatan kepada Allah.
  • Secara faktual, pelayan dan jabatan pelayanan adalah sebuah kedudukan yang sering diperjuangkan dan dipere-butkan, sebab di dalamnya terkandung nilai-nilai penghor-matan. Pemahaman ini keliru dan perlu diluruskan, karena pelayan melayani bukan untuk mencari penghormatan melainkan menyampaikan berita keselamatan yang diker-jakan oleh Tuhan Yesus Kristus kepada manusia. Tugas melayani adalah dari Dia, oleh Dia, dan untuk Dia. Dengan demikian segala kemuliaan dan hormat hanya bagi nama-Nya.
  • Sosok pelayan adalah orang yang melayani dengan kerendahan hati. Sikap yang menyombongkan diri hanya akan mempersempit makna pelayanan yang sesungguhnya. Ungkapan “Jangan melampaui yang ada tertulis” adalah nasehat sekaligus ajakan agar kita mawas diri dan tidak terjebak pada kebanggaan semu. Siapapun dia, ia tidak berhak untuk melampaui otoritas sang Pemilik Pelayanan.
  • Di dalam gereja tidak ada istilah memerintah melainkan melayani. Tidak ditemukan system pelayanan yang mem-berikan keutamaan kepada sosok atau pribadi pelsus; “pendetakrasi, penatuakrasi atau majeliskrasi” melainkan Kristokrasi (pemerintahan Kristus). Para pelayan melayani jemaat atas nama Allah, dan bersama-sama dengan jemaat melayani Allah. Melalui pelayanan mereka, jemaat dibangun dan diperlengkapi.
  • PelayanTuhan adalah sosok yang dapat diteladani. Apa yang diajarkan itulah yang dilakukannya. Jika ia melayani dengan hikmat Tuhan, maka ia dimampukan dan dikuatkan untuk menerima segala konsekwensi pelayanan dengan sukacita. Tidak merasa rendah diri walau dianggap sampah dunia dan tidak menuntut kehormatan ketika dimaki dan difitnah. 

PERTANYAAN UNTUK DISKUSI:

  1. Bagaimanakah sosok pelayan Tuhan sesuai dengan bacaan ini?
  2. Setujukah saudara bahwa kriteria pelayan Tuhan yang akan dipilih adalah seorang yang dapat diteladani. Berikan contoh sesuai perikop ini.
  3. Bagaimana seharusnya sikap seorang pelayan menghadapi tantangan pelayanan ? 

NAS PEMBIMBING: Mazmur 25:9

POKOK – POKOK  DOA :

  • Mempersiapkan sebuah proses pemilihan pelayan khusus yang dikehendaki dan diberkati Tuhan.
  • Memiliki ketulusan dan kerendahan hati untuk melaksanakan pelayanan
  • Agar anggota sidi jemaat dapat memilih pelayan Tuhan sesuai kehendak Tuhan 

TATA IBADAH YANG DIUSULKAN: HARI MINGGU BENTUK III 

NYANYIAN YANG DIUSULKAN:

Nyanyian Masuk: KJ No. 1 Haleluya ! Pujilah

Ses Nas Pembimbing: KJ No.355 Yesus Memanggil

Pengakuan Dosa: KJ No. 27 Meski Tak Layak Diriku

Anugerah Allah: KJ No.178 Kar’na KasihNya Padaku

Ses Pembacaan Alkitab: KJ No. 341 Kuasa-Mu dan NamaMulah

Persembahan: KJ No.387 Kuheran Allah Mau Memb’ri

Penutup: NNBT No. 28 Ya Tuhan Tolong Aku

ATRIBUT :

Warna dasar hijau dengan simbol salib dan perahu di atas gelombang.

 

 

TINGGALKAN KOMENTAR

Please enter your comment!
Please enter your name here