TEMA BULANAN : “Gereja yang Mencerdaskan”
TEMA MINGGUAN : “Pola Hidup Sederhana dalam Pemeliharaan Tuhan”
Bahan Alkitab : Keluaran 16:13-24
ALASAN PEMILIHAN TEMA
Gaya hidup yang konsumtif, mewah dan boros telah mewarnai kehidupan manusia di era “Postmodern” saat ini. Ada banyak kebutuhan hidup yang dahulunya bukan kebutuhan pokok telah menjadi kebutuhan pokok. Oleh karena meningkatnya ke-butuhan-kebutuhan hidup manusia, maka berimplikasi pada usaha manusia untuk memenuhi kebutuhan dan keinginannya. Alam ciptaan dijadikan objek untuk memenuhi segala kebutuhan dan keinginan manusia. Alam ciptaan Tuhan rasanya tidak cukup memenuhi kebutuhan manusia karena prilaku manusia yang “tamak”. Sebenarnya, alam ciptaan Tuhan cukup untuk memenuhi segala kebutuhan hidup manusia, akan tetapi rasanya tidak cukup untuk seorang yang tamak. Tamak adalah keinginan untuk memperoleh sesuatu yang sebanyaknya-banyaknya untuk diri sendiri.
Orang yang “tamak” adalah orang yang merasa kuatir akan masa depannya. Hal ini berarti bahwa orang tersebut tidak percaya pada Providentia Dei (Pemeliharaan Tuhan atas ciptaan), sehingga mereka ingin hidup dalam kelimpahan ekonomi. Hidup dalam kelimpahan dapat menggoda manusia untuk jatuh dalam nafsu duniawi. Satu hal yang dapat mengingatkan manusia akan bahaya distorsi (pemutarbalikan suatu fakta atau aturan) kelimpahan dalam hidup adalah pemahaman dari sudut pandang ekonomi, yaitu manusia menghadapi keterbatasan sumber daya alam. Ketika manusia hidup dalam kelimpahan dan kemakmuran, manusia jatuh dalam cobaan untuk menyalahgunakan kemakmuran sebagai karunia Tuhan dengan hidup boros, tamak dan pesta pora tanpa kontrol iman dan tanpa ucapan syukur yang didasarkan dalam iman. Pola hidup seperti ini adalah tanda tidak percaya pada pemeliharaan Tuhan serta mengakibatkan semakin terbatasnya sumber daya alam yang disediakan Tuhan. Sebagai jemaat yang diberikan roh hikmat dan kecerdasan tentunya mempunyai pandangan tentang hidup kini dan akan datang yang bukan untuk diri sendiri tetapi juga untuk orang lain. Hidup yang sederhana dan tenang, tidak kikir tetapi hemat dan sederhana menjadikan manusia hidup dalam kerendahan hati di hadapan Tuhan.
Dalam keprihatinan gereja terhadap realita kehidupan manusia di era Postmodern yang dipengaruhi oleh gaya kon-sumtif dan ketamakkan maka tema “Pola Hidup Sederhana dalam Pemeliharaan Tuhan” menjadi panggilan Iman setiap warga gereja.
PEMBAHASAN TEMATISPEMBAHASAN TEMATIS
Pembahasan Teks Alkitab (Exegese)
Keluarnya umat Israel dari tanah perbudakan di Mesir meru-pakan peristiwa utama sejarah keselamatan dalam Perjanjian Lama. Melalui peristiwa ini, Tuhan Allah menggenapi janji-Nya kepada bapak leluhur Israel bahwa Ia memberikan tanah kepada mereka dan keturunannya untuk menjadi bangsa yang besar. Pada hari kelima belas bulan kedua setelah keluarnya bangsa Israel di Mesir tibalah mereka di padang gurun Sin yang terletak di antara Elim dan gunung Sinai (Kel.16:1). Di tempat inilah umat kekurangan makanan sehingga mereka bersungut-sungut kepada Musa dan Harun dengan membandingkan kehidupan mereka di Mesir yang tersedia makanan bagi mereka. Sungut-sungut umat Israel sebenarnya itu ditujukan kepada Tuhan karena ketidak-percayaan pada “Providentia Dei” (pemeliharaan Allah bagi mereka), merasa kuatir akan kebutuhan hidup dan masa depan. Mereka takut akan mati kelaparan di padang gurun. Sehingga Tuhan berfirman bahwa Ia akan menurunkan hujan roti dari langit (ayat 4) untuk menjawab rasa kuatir akan masa depan mereka. Roti dari sorga disebut orang Israel dengan “manna” merupakan sesuatu yang halus, seperti sisik, halus seperti embun beku di bumi (ay 14). “Manna” adalah sejenis makanan yang ada di semenanjung Sinai yang dihasilkan oleh sejenis serangga yang hidup atas sejenis semak atau pohon tamarisk yang rasanya seperti kue madu, warnanya putih seperti embun beku, berbentuk serpihan tipis. Bagi orang Arab, makanan ini di sebut “mann” hampir sama dengan kata “man” bahasa Ibrani yang berarti apakah ini (ay. 15). Namun “manna” yang di semenanjung Sinai tidak sama dengan apa yang diberikan Tuhan pada umat Israel karena jumlahnya sangat banyak dan menjadi makanan umat Israel selama 40 tahun, yang akan menjadi busuk kalau ditinggalkan sampai pagi.
Pemberian roti (manna) pada pagi hari dan daging (burung puyuh) pada waktu petang bagi umat Israel adalah cara Tuhan untuk memuaskan mereka dengan makanan sekaligus menuntut umat supaya percaya akan pemeliharaan Allah dan taat pada hukum-Nya serta melihat kemuliaan Allah yang dinyatakan bagi mereka. Kuasa Tuhan yang membebaskan mereka di Mesir akan berlanjut juga di padang gurun lewat kuasa pemeliharaan Tuhan. Pemberian burung puyuh dan manna di padang gurun menunjukkan bahwa:
- Tuhan dapat memberikan makanan kepada umat-Nya di padang gurun, yaitu tempat dimana rupa-rupa makanan tidak mungkin diperoleh.
- Tuhan memberi istirahat, berhenti dari aktivitas pekerjaan untuk sehari adalah bagian dari maksud Tuhan supaya umat melakukannya.
- Tuhan harus dipercayai dan ditaati terus menerus oleh umat-Nya.
Ketika Tuhan memberikan roti (manna) Tuhan berfirman ‘Pungutlah itu, tiap tiap orang menurut keperluannya segomer setiap orang’. ( 1 gomer = 3, 6 liter) ; adalah cara Tuhan untuk mendidik umat-Nya untuk tidak hidup dalam ketamakan (mengumpulkan sebanyak-bayaknya untuk diri sendiri). Men-jauhkan diri dari rasa kuatir tentang kehidupan serta belajar untuk melihat kebutuhan hidup sesama, supaya tidak ada yang berkelebihan dan tidak ada yang berkekurangan. Hal ini dinyatakan dengan perkataan Musa ‘Seorang pun tidak boleh meninggalkannya sampai pagi pada keesokan harinya karena akan berulat dan berbau busuk’. Menjadi pekerjaan yang sia-sia ketika mengumpulkan banyak karena tidak akan berguna lebih baik diberikan pada orang yang membutuhkan, sehingga yang dibutuhkan adalah pola hidup yang sederhana. Akan tetapi, umat melanggar perintah Tuhan, mereka terpengaruh dengan kemakmuran lalu menjadi tamak dengan mengumpulkan melebihi dari kebutuhan hidup mereka. Akibatnya, Musa memarahi umat Israel karena ketidaktaatan mereka terhadap firman Tuhan. Mereka kuatir akan hari esok dan tidak percaya akan pemeliharaan Tuhan. Dengan roti yang berulat dan berbau busuk akibat dari mengumpulkan roti (manna) melebihi keperluan mereka, umat menjadi sadar akan ketidaktaan mereka pada perintah Tuhan dan hidup sesuai dengan apa yang dikehendaki Tuhan. Memungut dua kali lipat pada hari keenam untuk persediaan pada hari ketujuh (sabat dalam bahasa Ibrani “syabbaton”) tanpa berulat dan berbau busuk adalah bukti kemahakuasaan dan pemeliharaan Tuhan pada umat-Nya serta menekankan bahwa hari sabat itu dirayakan saat umat berhenti dari pekerjaan dan beristirahat.
Makna dan Implikasi Firman
- Hidup dalam kekuatiran membuat umat manusia tidak percaya akan pemeliharaan Tuhan. Kekuatiran timbul karena orang takut akan masa depannya. Pemeliharaan Tuhan menyatakan bahwa Tuhan adalah Pencipta yang terus menerus melanggengkan tugas-Nya untuk merawat ciptaaan. Allah bekerja dalam ciptaan-Nya untuk menun-jukkan kebaikan, kebenaran dan penghakiman-Nya untuk menolong dan menguji kesabaran hamba-hamba-Nya.
- Gereja adalah tempat Allah sendiri bekerja; di dalamnya Allah menyatakan pemeliharaan; Gereja adalah panggung utama dari pemeliharaan Allah dimana proteksi, penjagaan dan pertolongan Tuhan terlekat dalam gereja lewat Yesus Kristus. “Providensi” (pemeliharaan Allah) menuntun warga gereja untuk mempercayai Tuhan secara terus menerus sebab setiap hari Tuhan memenuhi kebutuhan hidup manusia.
- Bagi umat yang melanggar/meragukan akan pemeliharaan Tuhan adalah orang yang rakus/tamak yang mementingkan diri sendiri, berusaha supaya semua kebutuhan hidup dijamin untuk masa depan. Sedangkan yang lain lapar dan miskin. Pemeliharaan Tuhan adalah untuk membagikan berkat yang diterima dari Allah bukan untuk disimpan, dengan demikian manusia menjadi berkat bagi sesamanya. Sehingga orang mengumpulkan banyak tidak berkelebihan dan orang yang mengumpulkan sedikit tidak berkekurangan supaya ada keseimbangan (band. 2 Korintus 8:15)
- Perasaan yang paling sulit dikendalikan manusia adalah “rasa cukup”, ketika perasaan ini tidak dapat dikendalikan maka manusia akan hidup boros, berfoya-foya serta tamak sehingga manusia jatuh ke dalam dosa. Perasaan rasa cukup itu harus dikendalikan dengan pola hidup yang sederhana dalam mengelola segala berkat yang telah diberikan oleh Tuhan. Pola hidup sederhana adalah panggilan beriman pengikut Kristus untuk menjawab pergumulan masa kini dan masa depan. Tuhan Yesus mengajarkan murid-murid-Nya untuk berdoa : Berikanlah kami pada hari ini makanan kami yang secukupnya (Matius 6:11). Doa ini menunjukkan bahwa umat Tuhan tidak perlu kuatir akan kebutuhan hidup sebab semuanya ada dalam pemeliharaan Tuhan. Burung-burung di udara yang tidak menabur dan tidak menuai dan tidak mengumpulkan bekal dalam lumbung diberikan makan oleh Tuhan apalagi kita manusia (Matius 6:26).
PERTANYAAN UNTUK DISKUSI:
- Jelaskan bentuk-bentuk pemeliharaan Tuhan Israel dan apa tujuan serta akibatnya jika mereka tidak taat?
- Apa yang dapat kita lakukan untuk mewujudkan pola hidup yang sederhana sebagai ketaatan pada kehendak Tuhan?
NAS PEMBIMBING: Matius 6:11
POKOK-POKOK DOA
- Jemaat yang merasa kuatir akan hidup dan masa depannya.
- Memampukan orang Kristen untuk tidak terjebak pada pola hidup yang boros dan berfoya-foya.
- Memampukan jemaat untuk terus percaya pada pemeliharaan Tuhan dan mempraktekkan pola hidup yang sederhana dalam mengelola berkat-berkat Tuhan.
TATA IBADAH YANG DIUSULKAN : HARI MINGGU BENTUK I
NYANYIAN YANG DIUSULKAN
Persiapan: NNBT No. 2 Dunia Tercipta Oleh Kar’na Tuhan-Mu
Ses Nas Pembimbing: NNBT No. 9 Ku Akan Selalu Bersyukur
Ses Pengakuan Dosa: NKB No. 14 Jadilah Tuhan Kehendak-Mu
Ses Berita Anugerah Allah: NKB No 49 Tuhan Yang Pegang.
Ses Hukum Tuhan:KJ No. 383 Sungguh Indah Kabar Mulia.
Persembahan : DSL No. 179 Selaku Orang Pengetam
Penutup: Ku Pandang Hari Esok.
ATRIBUT
Warna dasar hijau dengan simbol salib dan perahu di atas gelombang.