TEMA BULANAN : “Keadilan Yang Gerejawi”
TEMA MINGGUAN : “Keadilan Yang Holistik”
Bahan Alkitab: Amsal 2:7-15; Lukas 11:42
ALASAN PEMILIHAN TEMA
Keadilan adalah kondisi kebenaran ideal, suatu keadaan dimana keselamatan, damai sejahtera, keutuhan ciptaan, dan kemakmuran dinikmati dalam kehidupan bersama. Ukuran yang harus diberikan untuk mencapai kesimbangan antara kepentingan pribadi dan kepentingan bersama. Kenyataan tidaklah demikian, banyak terjadi ketimpangan dalam kehidupan, antara lain: hukum hanya berpihak pada penguasa dan yang berduit tapi kepada mereka yang miskin, hukum sering tidak berpihak bahkan menggilas kehidupannya. Kebijakan-kebijakan pemerintah seringkali hanya meng untungkan segelintir orang dan merugikan rakyat kecil. Di lain pihak Gereja pun dalam pelayanan seringkali terjadi pilih kasih, yang diutamakan para pejabat dan mereka yang kaya, yang pas-pasan dan miskin dinomor duakan bahkan ada yang tidak dilayani dengan berbagai alasan.
Kehidupan Kristiani pun terjadi ketidakseimbangan dimana iman sering tidak sesuai dengan perbuatan dan perbuatan tidak didasarkan pada iman, iman tanpa kasih dan sebaliknya. Demikian juga tentang hak dan kewajiban, banyak kali kita hanya menuntut hak dan mengabaikan kewajiban. Inilah kenyataan yang ada di sekitar kehidupan berjemaat dan berbangsa.
PEMBAHASAN TEMATIS
Pembahasan Teks Alkitab (Exegese)
Kitab Amsal, kata yang dipergunakan untuk menunjuk isi kitab ini adalah ’mashal’, ”mewakili, mirip”. Jadi, arti dari kata benda itu adalah ”kemiripan” dan sebuah ”mashal” atau amsal adalah sebuah pernyataan yang berusaha mengungkapkan hakikat yang sebenarnya dari sesuatu dengan membanding kannya dengan sesuatu yang lain.
Dalam Perjanjian Lama pada umumnya istilah ”mashal” dipakai dengan berbagai arti. Bisa berarti sebuah peribahasa sederhana di kalangan rakyat (I Sam.10:12; 24:13), sebuah perumpamaan (Yeh.17:2), sebuah ejekan (Yes.14:4; Hab.2:6), sebuah ratapan (Maz.49:5), atau pembelaan (Ayb..29:11). Dalam kitab Amsal kata itu berarti sebuah pernyataan tentang kebenaran umum atau ”aforisme” (seperti dalam 10:1-22:6) atau khotbah/ceramah (seperti dalam Psl. 1-9; dan 23:29-35; 27:23-27)
Khusus Amsal pasal 1-9, pengajaran hikmat itu umumnya disusun dalam bentuk unit yang besar, dan berhubungan satu dengan yang lain. Pengajaran hikmat lebih bersifat teologis, umumnya berfungsi sebagai pengajaran moral dalam kehidupan sehari-hari. Di sini hikmat kadang-kadang dianggap sama dengan sikap ”takut akan Tuhan, antara lain sikap hidup yang menjunjung tinggi kebaikan, kebenaran, keadilan dan kejujuran.
Amsal 2:7-15, adalah bagian yang tak terpisahkan dari ayat 1-22, yang berisi pengajaran guru hikmat tentang hal-hal yang dibutuhkan oleh para murid untuk mendapatkan hikmat atau pengetahuan (yang tidak hanya berkaitan dengan pemikiran intelektual atau kemampuan teknis dan praktis, tetapi juga dengan pemikiran yang religius). Hal-hal yang dibutuhkan itu, antara lain; kesediaan mencari dan mengejar hikmat dengan sungguh-sungguh. Mereka yang bersedia mencari sungguh-sungguh akan mengerti tentang “takut akan Tuhan” dan menerima “pengetahuan tentang Allah” (ay.5). Khusus Amsal 2:7-15, perikop ini memberikan dua manfaat hikmat; pertama, para murid yang memperoleh pengertian dan pengetahuan tentang Allah akan memperoleh “tusyiya” yang berasal dari Allah, yaitu kekuatan yang dibutuhkan untuk lepas dari aneka ragam hambatan masalah dalam kehidupan.
Kekuatan Allah ini bermanfaat untuk memberi kelepasan, pertolongan dan keberhasilan. Dengan demikian “hikmat yang murni” (arti harafiahtusyiya) itu menjadi maghen (perisai). Kekuatan ini juga melindungi orang yang jujur dan yang berjalan tanpa cela (ay.7), untuk memelihara keadilan, juga untuk menjaga jalan orang-orang suci-Nya, yaitu agar sikap hidup, kebiasaan, tingkah laku para murid menjadi baik, benar, kudus dan adil (ay.8).
Dalam ayat 9, pengertian takut akan Tuhan dalam ayat 5 disejajarkan dengan kebenaran, keadilan dan kejujuran. Inilah yang menjadi pedoman yang sangat mendasar untuk menghasilkan suatu sikap hidup dan kebiasaan yang baik. Akhirnya, hikmat (pengetahuan, kebijksanaan dan kepandaian) akan menguasai pusat pemikiran intelektual dan moral para murid (ay.10) dan inilah yang akan membentengi mereka (ay.11).
Manfaat hikmat yang kedua, untuk melepaskan dari jalan yang jahat, dari tipu muslihat, meninggalkan jalan lurus dan berjalan di jalan kegelapan, yang bersukacita untuk melakukan kejahatan, yang bersorak-sorai karena tipu muslihat yang jahat, yang berliku-liku jalannya dan yang sesat perilakunya (ay.12-15). Manfaat hikmat yang kedua ini merupakan akibat dari manfaat hikmat yang pertama. Dimana pemahaman yang benar tentang “takut akan Tuhan”, memelihara sikap hidup dan kebiasaan yang benar sehingga lepas dari pengaruh “jalan jahat”.
Manfaat hikmat yang kedua ini berbentuk kekuatan dari dalam, yaitu peraturan-peraturan moral yang telah mengisi pusat pemikiran intelektual, emosional dan moral. Inilah yang memampukan seseorang untuk terlepas dari pengaruh jahat dan perbuatan jahat.
Lukas 11:42, merupakan bagian dari ayat 37-54, yang berisi tentang pemujaan terhadap hal-hal yang detail dan penolakan terhadap hal-hal yang justru penting. Inilah yang disoroti Yesus terhadap kehidupan rohani dari orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat. Pertentangan diawali ketika Tuhan Yesus makan dengan tidak cuci tangan. Ini bukan berhubungan dengan perkara kebersihan tetapi suatu hukum upacara. Hukum ini intinya untuk pembersihan jasmani dengan mengikuti aturan-aturannya secara detail. Apa yang dibuat Yesus mendapat reaksi, sehingga Yesus merespons dengan berkata: “Kamu orang-orang Farisi, kamu membersih kan bagian luar dari cawan dan pinggan, tetapi bagian dalammu penuh rampasan dan kejahatan” (ay.39)’ Inilah yang terbaik dalam kehidupan. Setiap aturan yang dibuat harus berdampak atau berlaku sama pada semua tanpa terkecuali.
Khusus ayat 42, orang-orang Farisi taat dalam memberi persembahan persepuluhan dari buah-buah dan sayur-sayuran yang dihasilkan oleh mereka. Tapi mereka tidak melakukan keadilan dan kasih Allah kepada sesama. Tuhan inginkan kedua hal tersebut harus dilakukan secara bersama supaya terjadi keseimbangan antara iman dan perbuatan.
Makna dan Implikasi Firman
Keadilan yang holistik (menyeluruh, utuh) harus menjadi sikap dan karakter gereja dan negara agar segala yang baik, tidak memihak dan menjaga hak-hak pribadi seseorang terwujud secara utuh dalam penataan pelayanan baik program dan anggaran maupun dalam pelaksanaan.
Amsal menegaskan bahwa hidup dalam ”takut akan Tuhan” memampukan kita untuk memelihara sikap hidup, kata-kata dan tingkah laku yang benar sebagai perisai bagi orang benar dan jujur. Memampukan kita melakukan keadilan, kebenaran dan kejujuran secara menyeluruh dan memampukan kita tidak terpengaruh dengan kebiasaan jahat. Pengajaran ini bermakna pada pengambilan keputusan iman dalam melayani dan bekerja. dimana keutuhan menjadi prioritas utama dalam melayani agar terjadi keseimbangan dalam pelayanan gereja.
Lukas menekankan bahwa keutuhan dan kesimbangan harus nyata dalam pelayanan dan ketaatan pada agama (iman) dan pelayanan terhadap sesama.
Keadilan yang holistik merupakan amanat Tuhan bagi Gereja dan Negara untuk diperjuangkan dan dilakukan dalam kehidupan supaya terjadi pelayanan yang seimbang, utuh dan menyeluruh dalam bidang: ideologi, politik, ekonomi, sosial, budaya dan pertahanan keamanan (IPOLEKSOSBUDHANKAM)
PERTANYAAN DISKUSI
1. Apa yang dapat kita pahami tentang keadilan, belajar dari dua teks Alkitab yang kita baca saat ini ?
2. Sudahkah Gereja dan Pemerintah melakukan keadilan secara utuh ? Berikan alasan jika ya dan belum !
NAS PEMBIMBING: Kolose 2:7
POKOK-POKOK DOA
- Orang percaya supaya tetap setia dalam .melaksanakan keadilan walaupun banyak tantangan !
- Keadilan yang holistik harus menjiwai setiap pelayanan dalam kehidupan bergereja dan bernegara !
- Gereja dalam menghadirkan “tanda-tanda Kerajaan Allah !
- Pemerintah dalam menghadirkan kebenaran, keadilan dan kejujuran dalam kehidupan berdemokrasi !
TATA IBADAH YANG DIUSULKAN: HARI MINGGU BENTUK III
NYANYIAN YANG DIUSULKAN:
Nyanyian Masuk : KJ 1441
Ses Nas Pembimbing : KJ. No. 167
Pengakuan Dosa : NKB No. 10
Anugerah Allah : KJ. No. 39:1,2
Ses Ajakan : KJ. No. 376:1,2
Persembahan : KJ. No. 460
Nyanyian Tekad : NNBT No. 29:1,4
ATRIBUT YANG DIGUNAKAN:
Warna dasar hijau dengan simbol salib dan perahu di atas gelombang.