TEMA BULANAN :“Penderitaan Kristiani Dalam Solidaritas Dengan Sesama Anak Bangsa”
TEMA MINGGUAN : “Penderitaan Kristus Sebagai Teladan”
Bahan Alkitab: 1 Petrus 2:18-25
ALASAN PEMILIHAN TEMA
Tema tentang “Penderitaan Kristus Sebagai Teladan” yang juga adalah judul perikop yang ditetapkan oleh Lembaga Alkitab Indonesia, diangkat ketika kita sedang berada dalam penghayatan tentang penderitaan Yesus Kristus di minggu-minggu sengsara, lebih khusus lagi di minggu sengsara pertama ini.
Ada anggapan bahwa orang yang mau menderita karena apa yang ia percayai adalah suatu kebodohan dan tidak masuk akal. Ada juga anggapan lain bahwa manusia hidup untuk mengejar kesenangan dan menjauhi segala bentuk penderitaan. Tema mingguan yang diangkat berdasarkan kajian teks ini menuntun warga jemaat untuk tetap menunjukkan identitasnya sebagai umat Tuhan yang mau menderita dengan meneladani penderitaan Kristus. Penderitaan Kristus menunjukkan bahwa jalan “via dolorosa” (jalan salib) yang Ia tempuh adalah jalan menuju kepada kematian di atas kayu salib. Jalan “via dolorosa” adalah jalan kematian, tetapi sekaligus jalan kehidupan.
PEMBAHASAN TEMATIS
Pembahasan Teks Alkitab (Exegese)
Surat 1 Petrus dialamatkan kepada komunitas orang percaya yang berada di Pontus, Galatia, Kapadokia, Asia Kecil dan Bitinia (1 Petr. 1:1). Kepada mereka, rasul Petrus memberikan bimbingan bagaimana relasi dengan orang lain. Ia mendorong mereka untuk hidup sesuai dengan pengharapan yang diterima melalui Kristus supaya mereka tetap bersukacita dalam penderitaan sebagai pengikut Kristus. Dalam suratnya ini, ia menghadirkan karya Kristus untuk mengarahkan orang Kristen agar tahan menderita dan memaparkan arti penderitaan secara lebih mendasar.
Khusus perikop 1 Petrus 2: 18-25 ini, rasul Petrus menekankan beberapa hal:
- Para hamba diminta untuk tunduk kepada majikan mereka dengan penuh ketakutan (ay.18). Para hamba diterjemahkan dari kata Yunani yang menunjuk pembantu keluarga. Kata “tunduk” diterjemahkan dari kata Yunani hupotassomenoi, juga bisa berarti “taat”, sehingga tunduk dimengerti sebagai tanda ketaatan. Kemudian, kata “ketakutan” diterjemahkan dari kata Yunani foboi, juga dapat diartikan “rasa hormat”. Dengan demikian, tunduk dengan penuh ketakutan dimengerti sebagai taat dengan rasa hormat. Taat dengan rasa hormat mutlak dilakukan bukan saja kepada yang baik dan peramah tetapi juga kepada yang jahat, sekalipun konsekuensinya adalah menderita.
- Rasul Petrus menyebutkan tentang kasih karunia atau anugerah (ayat 19-20). Kata ini diterjemahkan dari kata Yunani Inilah alasan rasul Petrus menyebutkan bahwa para hamba harus taat dengan rasa hormat sekalipun harus menderita. Kasih karunia atau anugerah ini dipakai untuk sikap Allah yang baik kepada kita bukan karena perbuatan kita melainkan karena penebusan dalam Kristus. Kasih karunia atau anugerah dalam teks ini dipahami dalam terang perbuatan atau sikap yang berkenan di hadapan Allah, yaitu menanggung penderitaan yang tidak adil.
- Rasul Petrus memberikan nasihat seperti ini bagi komunitas orang percaya didasarkan pada terang kerigma (pengajaran) Kristen mengenai Yesus Kristus. Ia sendiri juga menderita, bahkan secara tidak adil (bahasa Yunani adikos = dengan tidak adil). Yesus Kristus telah merintis jalan penderitaan ketidakadilan itu. Perlakuan terhadap Kristus ketika ditangkap dan disalibkan adalah perlakuan paling tidak adil karena Ia tidak berdosa sama sekali (ayat 22). Kristus sungguh tidak bersalah, penipuan tidak ditemukan dalam mulut-Nya; dan ketika menderita, Ia tidak membalasnya dengan ancaman. Namun, Kristus tidak membalas tetapi menyerahkan perlakuan itu kepada Sang Hakim yang adil (ayat 23).
Dengan demikian komunitas orang percaya akan memandang penderitaan dalam kehidupan mereka sebagai suatu pemulihan. Atas dasar pemahaman itu, para hamba akan menyerupai Kristus, yang teladan-Nya ditampilkan melalui gambaran tentang Hamba Tuhan yang menderita dalam ayat 21-24. Bilur-bilur Kristus membawa penyembuhan dan umat Tuhan dimampukan untuk mengenal Allah kembali sebagai Gembala yang baik (ayat 25).
Makna dan Implikasi Firman
- Penderitaan Yesus Kristus merupakan teladan bagi semua orang percaya. Semua orang percaya terpanggil untuk berbuat baik sekalipun konsekuensinya harus menderita. Orang-orang percaya di panggil untuk taat dan hormat kepada orang lain, kepada mereka yang dipercayakan jabatan-jabatan khusus baik di lembaga gereja atau pemerintah dan lembaga-lembaga lainnya. Dasar ketaatan kita adalah Yesus Kristus. Jadi kita dipanggil untuk meneladani Yesus Kristus.
- Menghadapi penderitaan sebagai orang percaya maka sesungguhnya tidak ada lagi ruang untuk menyimpan dendam menghadapi perlakuan-perlakuan tidak adil dalam menjalani hidup ini baik di bidang sosial, ekonomi, politik dan lain sebagainya.
- Jadilah orang yang bijak dalam menghadapi penderitaan tanpa menyalahkan orang lain, apalagi Tuhan, dan penderitaan apapun yang harus dijalani sebagai konsekuensi ketaatan pada Yesus dapat dipahami dalam memperkuat iman kita kepada-Nya.
PERTANYAAN
- Apa yang saudara mengerti tentang tema “Penderitaan Kristus sebagai teladan” dikaitkan dengan bacaan Alkitab ini?
- Bagaimana seharusnya sikap orang Kristen menghadapi penderitaan?
NAS PEMBIMBING : 1 Petrus 4 :16
POKOK-POKOK DOA
- Warga jemaat menghayati penderitaan Yesus di minggu-minggu sengsara.
- Warga jemaat rela menderita sebagai orang Kristen.
- Menjadi teladan dalam gereja dan masyarakat.
TATA IBADAH YANG DIUSULKAN: HARI MINGGU SENGSARA 1
NYANYIAN YANG DIUSULKAN:
Persiapan : NKB No. 3 “ Terpujilah Allah”
Nyanyian Masuk: NNBT 4:1,2 “Naikkan Doa Pada Allah”
Pengakuan Dosa: NNBT 11 “Ya Allahku, Kami Mengaku dosa”
Berita Anugerah: NNBT 9:1 “ Ku Akan Selalu bersyukur
Ajakan Mengikuti Yesus di jalan Sengsara: NKB 203 “Adakah Tempat Bagi-Nya”
Pembacaan Alkitab: NKB 119 “Nyanyikan Lagi Bagiku Firman Kehidupan”
Persembahan: NNBT 15 “Hai Seluruh Umat Tuhan”
Nyanyian Penutup: NKB 195:1,2 “Kendati Hidupku Tentram”
ATRIBUT YANG DIGUNAKAN:
Warna dasar ungu dengan simbol XP (Khi-Rho), cawan pengucapan, salib dan mahkota duri.