TEMA BULANAN: Membangun Solidaritas Kebangsaan”
TEMA MINGGUAN: Pembaharuan Hidup Mendatangkan Keamanan
Bahan Alkitab: 2 Tawarikh 15 : 1 – 9
ALASAN PEMILIHAN TEMA
Sebagai bangsa, kita baru merayakan HUT Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia ke-70. Sebagai Gereja, kita akan memasuki bulan syukur GMIM Bersinode ke-81 Tahun. Dua momen ini sangat penting sebab mengingatkan kita akan nilai-nilai kemerdekaan dan kemandirian yang sangat terkait dengan penghargaan terhadap nilai-nilai kehidupan dan keamanan.
Persoalan penting yang perlu kita cermati ialah, masalah kriminalitas dan kekerasan serta konflik horizontal masih mewarnai kehidupan bermasyarakat. Aksi-aksi keke-rasan, pembunuhan, pencurian, KDRT, sampai bentuk-bentuk intimidasi, menjadi masalah sosial yang belum terselesaikan. Sekalipun kita memiliki produk-produk hukum, bahkan pen-dekatan persuasif terus digalakkan, tapi masalah ini belum terselesaikan bahkan cenderung meningkat sehingga menam-bah angka kriminitas. Oleh karena itu masalah keamanan ini adalah masalah bersama yang harus ada solusinya.
Sebagai Gereja, kita harus memahami bahwa masalah keamanan merupakan implementasi dari kondisi moral dan spiritual manusia. Masalah keamanan bukan terletak pada sistem tatanan kemasyarakatan tapi terletak pada nilai spiritual manusia. Artinya membentuk suatu masyarakat yang aman, bukan hanya terletak pada kebijakan (policy) yang mem-bentuk/memutuskan aturan hukum yang membentuk, tapi pada pembentukan karakter manusia. Itu berarti harus dimulai dari perubahan sikap hidup (pertumbuhan iman) yang patuh firman, sehingga sekaligus menjadi patuh hukum.
Iman yang bertumbuh yang akan menuntun orang percaya untuk mengimplementasikan kasih kepada Allah, dalam ben-tuk mengasihi sesama. Dengan demikian masalah keamanan sebagai masalah iman dan bukan masalah hukum semata, menjadi tanggung jawab kita bersama pemerintah dan Gereja.
PEMBAHASAN TEMATIS
Pembahasan Teks Alkitab (“Exegese”)
Dimasa Raja-raja Yehuda dan Israel, masalah kea-manan adalah faktor utama yang disoroti, sebab memberi dampak pada masalah sosial, ekonomi, keagamaan dan kebudayaan, termasuk masalah peperangan antar bangsa yang memberi konsekwensi pada masalah yang sama yakni tidak aman.
Mengatasi masalah peperangan banyak Raja-raja Yehuda dan Israel membangun poros koalisi dengan kera-jaan-kerajaan lain untuk memperkuat pertahanan. Konse-kuensi dari koalisi ini, Yehuda dan Israel harus membuka pintu untuk masuknya budaya dan agama asing. Hal inilah yang kemudian memunculkan sinkretisme (percaya kepada Allah dan percaya akan dewa-dewa), yang sangat ditentang oleh para nabi. Akibat langsung dari sinkritisme ini ialah munculnya “stigma”, sekaligus pengelompokan agama, yang berujung pada masalah perpecahan. Akibat lain dari koalisi ini ialah pembayaran upeti; di Yehuda pembayaran upeti mengakibatkan pajak yang sangat tinggi, bahkan emas di Bait Allah-pun pernah dijadikan upeti. Konsekuensinya ialah meningkatnya kemiskinan, munculnya penyamun dan pem-berontakan. Para nabi melihat kondisi ini telah melemahkan Yehuda.
Seruan untuk bertobat ialah panggilan untuk hidup kembali sebagai umat Allah. Para nabi menyadari bahwa umat Allah dan Yerusalem sebagai pusatnya harus mampu memerankan diri sebagai umat Allah yang sesungguhnya, dengan cara :
- Harus hidup sebagai bangsa yang kudus dengan spiritual yang berbeda dengan bangsa-bangsa lain .
- Tidak dipengaruhi oleh bangsa-bangsa lain, supaya tidak terlibat dengan peperangan antar kerajaan.
- Menghidupkan spiritualitas yang benar untuk memper-kokoh persatuan.
Kepada Raja Asa, Nabi Azarya menyuarakan panggilan ini, yaitu supaya raja mau mengubah sikap yang meng-gantungkan bantuan pada kerajaan asing (Aram, band, psl 16), kepada sikap yang hanya bergantung kepada Allah. Nabi memahami bahwa kemenangan, kemerdekaan, kebebasan, keamanan, merupakan karya Allah yang dikerjakan-Nya bagi umat-Nya. Nabi memahami bahwa kehancuran Yehuda dikarenakan umat Allah meninggalkan nilai-nilai spiritual yang benar, tidak mengandalkan Allah, tapi mengandalkan ke-kuatan manusia, bahkan bersedia menerima ajakan-ajakan asing sekalipun bertentangan dengan imannya.
Nabi meyakini bahwa jika umat Allah berani mengambil sikap yang benar, maka kehidupan berbangsa akan dipulih-kan Allah. Alasannya adalah :
- Sebagai umat Allah yang dikudus mereka harus me-nunjukkan pola hidup kudus yang berbeda dengan bangsa bangsa lain, sehingga bangsa-bangsa lain tertarik untuk percaya.
- Sebagai umat Allah mereka harus menunjukkan suatu kemuliaan hidup untuk menceritakan kemuliaan Tuhan.
- Sebagai umat Allah mereka harus membangun bangsa yang layak memperoleh pengakuan dan dihormati/dihargai
Makna dan Implikasi Firman
Allah memilih manusia sebagai umat pilihan-Nya untuk berperan mengubah dunia menjadi baik. Melalui umat pi-lihan-Nya, Allah memperkenalkan kepada dunia akan kekua-saan-Nya. Melalui umat-Nya, Allah menyatakan kasih-Nya dengan menugaskan umat-Nya untuk mengerjakan kasih itu.
Tak dapat disangkal bahwa perkembangan dunia telah mendorong meningkatnya kebutuhan hidup manusia. Bahaya ketergantungan pada orang lain semakin nampak. Seiring dengan itu orang percaya mulai kehilangan integritas yang mengakibatkan :
- Karena kebutuhan, orang bisa menghalalkan segala cara
- Keinginan membangun superioritas menyebabkan gesekan dan pengelompokan diri.
- Ambisi, membuat orang percaya kehilangan jati diri.
- Upaya mengintimidasi untuk kepentingan sesaat.
Warga Gereja harus mampu menunjukkan jati diri yang benar. Membangun spiritualitas dan iman akan menyadarkan kita, bahwa kita adalah bagian dari orang percaya, yang harus menghargai nilai-nilai kehidupan orang lain. Kepada para murid Yesus mengingatkan : “Tetapi carilah dahulu kerajaan Allah, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu“ (Matius 6:33, band Lukas 12:31). Belajar dari pengalaman Raja Asa, bahwa membangun spiritual yang benar telah menumbuhkan rasa kebersamaan/nasionalisme, yang akhir-nya berujung pada hadirnya keamanan.
PERTANYAAN UNTUK DISKUSI
- Apa peran pemimpin dalam menghadirkan persatuan dan keamanan menurut teks bacaan Alkitab ?
- Adakah korelasi antara kesetiaan terhadap gereja (termasuk ketaatan dalam persekutuan Ibadah), dengan aspek kea-manan? Jelaskan!!
- Dalam konteks berpolitik, bagaimanakah sikap kritis Gereja yang seharusnya, sehingga keutuhan tetap terpelihara dan keamanan terjamin dalam kehidupan berbangsa, bernegara serta bermasyarakat ?
NAS PEMBIMBING: 2 Tawarikh 14:7
POKOK-POKOK DOA :
- Memohon hikmat bagi pemerintah dalam menjalankan tugas kenegaraan .
- Memohon keamanan dan ketertiban bagi bangsa Indonesia dan
TATA IBADAH YANG DIUSULKAN : HARI MINGGU BENTUK IV
NYANYIAN YANG DIUSULKAN :
Nyanyian Masuk . KJ No. 3 Kami Puji Dengan Riang
Pembukaan : NNBT No. 27 Ya Tuhan Engkaulah
Pengakuan Dosa dan Janji Anugerah : NNBT No. 32 Dunia S’makin Berkabut
Sesudah Pemb. Alkitab: KSK 58 Sambut Panggilan (Baik Bangun dan Bersedia)
Persembahan : KJ. No.370 Ku Mau Berjalan Dengan Juruselamatku
Penutup : NNBT No. 35 Tuhanlah Perlindunganku
ATRIBUT :
Warna dasar hijau dengan simbol salib dan perahu di atas gelombang.