MTPJ 24 – 30 April 2016

0
6428

TEMA BULANAN: “Diutus Untuk Membebaskan”
TEMA MINGGUAN: “Melawan Radikalisme”
Bahan Alkitab : Lukas 6 : 27 – 36
ALASAN PEMILIHAN TEMA

Pengertian radikalisme adalah  paham atau aliran yang menginginkan perubahan atau pembaharuan sosial politik de-ngan cara kekerasan. Dengan maksud ini radikalisme merupa-kan gerakan yang berpandangan sempit dan sering mengguna-kan cara kekerasan dalam mengajarkan keyakinan  yang mereka miliki. Radikalisme dapat saja melakukan tindakan semena-mena yang menggangu ketentraman orang lain atau sekelom-pok orang yang merasa diri mereka terancam. Dalam konteks tertentu penganut radikal ini yang melakukan tindakan seperti membunuh, mencuri bahkan meremehkan ajaran agama yang lain. Hal ini  tidak dapat dipungkiri, sebab dewasa ini ada orang yang  mengatasnamakan agama  hendak menghilangkan hak-hak asasi orang lain. Karena itu radikalisme telah menjadi pokok pembicaraan di dunia ini termasuk di lingkungan gereja,  karena setiap orang atau kelompok yang melakukannya  dapat merusak tatanan hidup umat manusia. Gereja yang adalah persekutuan orang-orang percaya kepada Tuhan Yesus terpanggil untuk menanggulangi dan melawan radikalisme karena bertentangan dengan nilai-nilai iman Kristen. Karena itu tema “Melawan Radikalisme” menjadi perenungan kita disepanjang minggu ini. Sikap gereja adalah melawannya dengan cara mengasihi dan mendoakan mereka.

PEMBAHASAN TEMATIS
Pembahasan Teks Alkitab (Exegese)

Injil menurut Lukas merupakan kisah paling lengkap tentang sejarah kehidupan Yesus yang masih bertahan sejak zaman rasuli hingga kini, karena pemberitaannya mengenai kehidupan dan pelayanan Yesus Kristus. Injil ini memuat berbagai cerita  tentang Yesus sebagai Juruselamat dunia, hal ini merupakan karya terbesar Allah kepada manusia. Kitab Injil Lukas ditujukan kepada “Teofilus yang mulia, (Lukas 1:1) sebagai tokoh masya-rakat yang sudah percaya kepada Kristus. Lukas yang adalah penulis kitab ini, menulis kira-kira pada tahun 62 M. Tujuan penulisan kitab Injil Lukas kepada orang-orang bukan Yahudi, guna menyediakan suatu catatan injil yang benar dan pasti. Lukas menceritakan bahwa Allah mengutus Yesus Kristus untuk menjadi Juruselamat bagi seluruh umat manusia baik orang Yahudi maupun bangsa lain. Dari surat Paulus diketahui bahwa Lukas adalah seorang saudara “yang dikasihi”, seorang dokter (Kolose 4:14) dan seorang teman sekerja Paulus yang setia ( 2 Timotius 4:11) serta mepunyai pendidikan yang tinggi, penulis yang trampil tentang Injil Yesus Kristus. Lukas memahami bahwa Injil bukan hanya diperuntukan untuk orang Yahudi tetapi juga kepada bangsa lain. Walaupun waktu itu ada kecenderungan orang-orang Yahudi mengganggap hanya merekalah yang dise-lamatkan, sehingga yang lain dianggap musuh. Karena itu Yesus mengajak untuk mengasihi musuh tanpa pamrih termasuk mereka yang mengalami berbagai persoalan iman seperti peng-harapan akan kedatangan Tuhan. Khusus dalam Injil Lukas Pasal 6:27-36 mengajarkan tentang bagaimana mengasihi mu-suh yang dihadapi oleh sesama manusia. Kasih merupakan inti ajaran Yesus Kristus, sebab kasih merupakan hakikat dari sifat Allah. Manusia tidak diajarkan untuk pendendam, tetapi menga-sihi orang yang memusuhinya. Murid-murid harus mengikuti teladan-Nya, membalas kejahatan dengan kebaikan. Mengasihi musuh dijabarkan secara rinci oleh Lukas seperti berbuat baik kepada orang yang membenci kamu dan berdoalah bagi orang yang mencaci kamu. Hal ini dapat dikatakan bahwa memang ada orang yang memberlakukan dengan cara buruk dan jahat serta tidak menyukainya. Dalam ayat 29 “Barang siapa menam-par pipimu yang satu, berikanlah juga kepadanya pipimu yang lain, dan barangsiapa yang mengambil jubahmu, biarkan juga juga ia mengambil bajumu”. Tamparan di pipi merupakan penghinaan yang sangat luar biasa pada waktu itu tapi supaya nampak bukti kasih itu, maka diberikannya juga pipi yang lain untuk ditampar dan rela berkorban dengan memberikan jubah dan baju sebagai tanda kasih. Bila diperlakukan secara tidak adil, janganlah membenci tetapi harus menunjukan reaksi yang memperlihatkan kasih yang berpusat pada Kristus. Selanjutnya dalam ayat 30-34 adalah suatu praktik kasih yang tidak me-nuntut balas jasa, apa yang sudah diperbuat seseorang terhadap orang lain yang baik lakukanlah itu dengan tulus hati. Dengan demikian upah yang dimiliki oleh orang yang mengasihi musuh dan melakukan yang baik terhadap sesama manusia adalah menjadi anak-anak Allah Yang Mahatinggi. Sikap Allah terhadap orang-orang berdosa yaitu Tuhan itu baik kepada orang-orang yang tidak tahu berterima kasih dan terhadap orang jahat yang mau bertobat.(ayat 35). Dan dalam penjelasan berikutnya ada-lah hendaklah kamu murah hati, sama seperti Bapa adalah murah hati. (ayat 36). Sikap Allah yang murah hati ini adalah suatu praktik hidup untuk mengasihi baik sesama manusia maupun kasih kepada Allah dengan  kesediaan untuk menerima dan mengampuni serta memberi ruang untuk saling memaafkan satu dengan yang lain. Hal ini merupakan sikap hidup yang bisa menghadirkan “Bapa yang murah hati”.

Makna dan Implikasi Firman

Betapa bahagia dan indahnya apabila dalam hidup  kita hidup rukun dan damai termasuk mengasihi orang yang membenci kita. Sebagai orang Kristen kita harus menunjukkan kebaikan yang bukan hanya kepada orang yang berkelakuan baik, tetapi juga kepada orang yang membenci kita, bahkan memberi berkat bagi yang mengutuk.  

Dalam kehidupan di dunia ini ada saja orang atau kelompok yang mengajarkan tentang radikalime yang bertentangkan de-ngan ajaran Kristen, sehingga menyebabkan kerusakan tatanan sosial yang sudah berjalan bagus. Gereja hendaknya mengasihi sesama manusia termasuk mereka yang melakukan praktik “radikalisme” walaupun sulit sebagaimana Alkitab mengajarkan bahwa “kasihilah musuhmu”. Masih sering terjadi ada permu-suhan dan konflik dalam keluarga, gereja dan masyarakat akan tetapi gereja terpanggil untuk mengasihi musuh sekalipun orang tersebut penganut radikalisme yang menyebabkan banyak keru-gian dan hidup seseorang atau kelompok terancam. Tuhan tidak membiarkan orang Kristen mengalami suatu penindasan, sekali-pun hal ini sering terjadi. Gereja tidak berhenti untuk berdoa dan menyuarakan hal kebenaran yang berasal dari Tuhan Allah, Bapa, Anak dan Roh Kudus. Sebagai anak-anak Allah Yang Mahatinggi: Anggota keluarga Allah sering disebut sebagai “anak-anak” dan ini bukanlah soal usia. Yesus menyatakan bahwa anak-anak Allah mestinya bertingkah laku seperti Allah, dengan mengasihi sesama manusia termasuk-musuhnya dan bermurah hati. Mengasihi musuh bukan dimaksudkan dengan kasih secara emosi yang berlebihan, melainkan menunjukkan perhatian  yang tulus ikhlas  terhadap kebaikan dan keselamatan kekal yang telah dimiliki oleh gereja. Bagi mereka yang melawan Allah dan umat-Nya, kita harus mendoakan mereka dan ber-upaya dengan cara membalas kejahatan dengan kebaikan, serta  membawa mereka kepada Injil Yesus Kristus. 

PERTANYAAN UNTUK DISKUSI:       

  1. Bagaimana pemahaman saudara tentang “mengasihi mu-suh” dalam perikop bacaan Lukas 6:27-36?
  2. Bagaimana bentuk-bentuk praktik “mengasihi musuh” da-lam kehidupan berjemaat,  keluarga dan masyarakat?
  3. Mengapa masih ada praktik radikalisme di Indonesia dan bagaimana peran Gereja ?

POKOK-POKOK DOA:

  • Memampukan orang Kristen untuk tetap hidup memprak-tikkan mengasihi sesama manusia termasuk yang memusuhi-nya.
  • Sebagai Gereja dapat memiliki kemampuan untuk melawan radikalisme
  • Siapapun yang merencanakan niat jahat di Indonesia dan gereja dalam bentuk terorisme.

TATA IBADAH YANG DIUSULKAN:  HARI MINGGU BENTUK IV 

NYANYIAN YANG DIUSULKAN:

Persiapan. NKB No. 73 Kasih Tuhanku Lembut

Pembukaan: NKB No.126 “Tuhan Memanggilmu”

Pengakuan Dosa & Pengampunan: NNBT No 32 Dunia S’makin Berkabut.

Persembahan:KJ No 249. Serikat Persaudaraan.

Penutup: Persaudaraan yang Rukun 

ATRIBUT:

Warna dasar putih dengan lambang bunga bakung dengan salib berwarna kuning.