TEMA BULANAN: “Menanggulangi Kemiskinan Adalah Tanggung Jawab Bersama”
TEMA MINGGUAN:“Menolong Orang Miskin Adalah Panggilan Iman”
ALASAN PEMILIHAN TEMA
Kamus besar bahasa Indonesia mengartikan miskin adalah tidak berharta; serba kekurangan (berpenghasilan sangat rendah). Kemiskinan dipahami sebagai ketidakmampuan memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan, pakaian, tempat berlindung, pendidikan dan kesehatan. Beberapa hal yang terkait kemiskinan. Pertama, keadaan yang kekurangan kebutuhan dasar manusia misalnya pangan dan sandang. Kedua, keadaan ketidakmam-puan berpartisipasi dalam masyarakat atau keterkucilan sosial misalnya minimnya keadaan memperoleh informasi dan pendi-dikan. Ini terkait dengan kondisi sosial dan politik. Ketiga, keadaan yang berkekurangan berupa penghasilan dan kekayaan. Kondisi ini disebabkan oleh berbagai aspek diantaranya: men–talitas perorangan, keluarga, komunitas yang malas, pengeluaran lebih besar dari pada pendapatan (perilaku sosial), disebabkan oleh orang lain misalnya perbudakan, keadaan perang dan kemiskinan struktural. Pemahaman diatas menjelaskan bahwa kemiskinan tidak hanya hal ekonomi saja tetapi juga terkait dengan berbagai hal, baik dari dalam diri seseorang maupun dari luar dirinya, kehidupan social, peranan dalam masyarakat.
Kemiskinan adalah masalah global, yang terus menerus diperangi oleh banyak pihak termasuk gereja sebagai bagian dari masyarakat. Peranan gereja tidak hanya sampai pada pelayanan mimbar tetapi proaktif mencari solusi dalam menanggulangi ke-miskinan jemaat dan masyarakat. Bacaan kita saat ini memberi-kan pandangan alkitabiah tentang peranan umat Tuhan menang-gulangi kemiskinan. Untuk itulah Minggu ini kita membahas tema “Menolong Orang Miskin adalah Panggilan Iman”.
PEMBAHASAN TEMATIS
Pembahasan Teks Alkitab (Exegese)
Dalam bacaan kita yang di golongkan orang miskin yaitu anak-anak yatim, para janda, dan orang asing yang tidak memiliki. Dalam tradisi Israel perhatian terhadap kaum miskin, selalu dilakukan pada tahun ketiga dan ketujuh. Mereka mengijinkan orang miskin untuk mengumpulkan ceceran dari ladang gandum, ladang anggur dan pohon zaitun. Ini dilatari oleh pandangan tentang teologi tanah bagi Israel bahwa tanah dan hasilnya adalah pemberian Allah. Karena itu dalam pemanfaatan ladang selalu mengikuti hukum Allah yang disampaikan musa kepada mereka. Hasil ladang tidak hanya dipakai untuk kepentingan sendiri tetapi juga dalam rangka kepedulian kepada orang yang miskin. Sikap ini adalah perwujudan ketaatan mereka sebagai umat pilihan Allah. Imamat 19:1-2, menegaskan kepada umat bahwa memberi perhatian kepada orang miskin adalah bagian perintah dan kehidupan yang kudus (qadosh=kudus). Ayat 9,10 umat dituntut untuk menyisihkan beberapa bagian tanamam di tepi ladang mereka dan tidak mengambil apa yang ketinggalan pada saat panen, bagian ini diperuntukan bagi orang miskin (ani =miskin) dan orang asing (gêyr). Israel memahami bahwa tanah adalah pemberian Allah yang kudus karena itu memiliki tanah maka harus taat dan tunduk kepada Allah. Perintah Allah untuk menyisakan atau menyisihkan sebagai dari hasil panen dan sebagian di tempat tertentu di ladang harus ditaati. Selain itu tentu bagi Israel berbagi kepada orang miskin adalah wujud ibadah mereka kepada Allah. Hal sama berlaku pada panen anggur bahwa bagian yang tertinggal dan jatuh itu diperuntukan bagi kaum miskin dan orang asing.
Kita bisa melihat bahwa Allah menghendaki kekudusan umat tidak hanya pada hal-hal seremonial (ritual) tetapi juga pada seluruh bidang kehidupan, seperti kepedulian atau upaya mem-bantu kaum yang miskin. Orang miskin pun dapat menikmati kehidupan di tanah, alam pemberian Tuhan. Kehidupan yang berkeadilan sosial atau pemerataan kehidupan harus menjadi bagian dari umat. Kisah Rut dan Boas membuktikan bahwa tradisi ini dipakai Tuhan menjadi saluran keselamatan masa depan umat (makna futuris). Umat diajar hidup tidak serakah dan mementingkan diri sendiri tetapi juga turut berbagi dengan orang lain yang butuh pertolongan. Kehidupan umat Tuhan harus disertai dengan perbuatan baik di antaranya mau berbagi dengan sesama.
Roma 15:25-29 mengisahkan perjalanan Paulus menuju ke Yerusalem yang membawa diakonia dari jemaat di Makedonia dan Akhaya. Kedua daerah ini berada dalam wilayah Yunani, jadi jemaat pengumpul diakonia ini berlatar belakang Yunani. Pemberian ini dialamatkan pada jemaat di Yerusalem yang berlatar belakang Kristen asal Yahudi. Jemaat di Yerusalem kecil dan tersisih karena berada di antara kelompok mayoritas kaum Yudaisme atau Yahudi. Kata miskin (ptokos), menunjukan keadaan bahwa sekalipun mereka miskin tetapi mereka terus berjuang mempertahankan hidup dan keyakinannya. Secara kuantitas jemaat yang berada di Makedonia dan Akhaya besar. Jemaat-jemaat ini adalah hasil pekabaran Injil Paulus. Paulus mendorong mereka untuk berdiakonia (diakoneō), sebagai usaha membantu jemaat Tuhan di Yeruslem. Berdiakonia adalah kepu-tusan bersama jemaat Tuhan di Makedonia dan Akhaya, berarti inisiatif berbagi dengan sesama tidak hanya dorongan perorangan tetapi kerinduan bersama sebagai suatu persekutuan. Pemberian diakonia ternyata telah direncanakan jauh sebelumnya. Hal ini dijelaskan pada 2 Korintus 9:2: Aku telah tahu kerelaan hatimu tentang mana aku megahkan kamu kepada orang-orang Makedonia. Kataku: “Akhaya sudah siap sedia sejak tahun yang lampau.” Dan kegiatanmu telah menjadi perangsang bagi banyak orang.
Bagi Paulus pemberian diakonia ini dikaitkan dengan pema-haman historis bahwa orang-orang Yahudi lebih dahulu mene-rima berkat Rohani/harta rohani (pneumatikos), sebab melalui mereka maka bangsa-bangsa lain menerima berkat. Makedonia dan Akhaya adalah jemaat yang besar yang memiliki harta duniawi (sarkikos). Dalam kelebihan mereka membagi dengan jemaat Yerusalem yang mengalami kemiskinan karena kondisi politik dan ekonomi jemaat. Dari hal ini kita belajar bahwa jemaat yang berkelebihan mau menopang jemaat yang berkekurangan.
Aksi diakonia ini adalah bentuk kewajiban orang percaya untuk melayani saudara seiman. Aksi diakonia memperkuat hu-bungan antara Kristen asal Yunani dan Kristen asal Yahudi yang secara geografis, budaya, dan liturgi berbeda. Dengan aksi dia-konia maka terjalin sikap oikumenis di antara gereja yang berbeda.
Dengan aksi ini keduanya saling melengkapi saling menopang sebagai umat yang satu dalam tubuh Kristus. Bahwa yang kuat harus menopang yang lemah. Paulus memahami bahwa kese-lamatan untuk semua bangsa termasuk di dalamnya Yahudi dan Yunani. Penderitaan dan keselamatan diperuntukkan orang Yahudi dan orang Yunani (2:9-10).Sesudah melaksanakan misi diakonia Paulus berencana melanjutkan misi lain ke Spanyol. Rencana ini menjelaskan bahwa perjalanan misi Paulus tersis-tematis dan terencana, sehingga selalu berdampak pada kehi-dupan umat yang dikunjungi.
Makna dan Implikasi Firman
- Kemiskinan adalah realitas di sekitar kita yang tidak bisa diacuhkan. Menyelesaikan dan menemukan solusi kemiskinan adalah juga tanggung jawab bersama gereja dan masyarakat sebab tindakan ini adalah wujud panggilan iman.
- Mengatasi kemiskinan adalah kewajiban bersama. Tindakan mengatasi kemiskinan dalam kitab Imamat adalah ibadah. Membantu orang miskin tidak sekedar bantuan secara natura tetapi juga memiliki maksud memberdayakan orang miskin dan orang asing. Mereka diberi ruang untuk berusaha atau berinisiatif, bekerja memanen bagian tepi ladang yang disisihkan dan memunggut yang tercecer pada waktu tertentu. Kita juga belajar bahwa menolong sesama secara utuh tetapi tidak memanjakan mereka sehingga tetap dalam kemiskinan (seperti sebuah kiasan yang biasa kita dengar bahwa kita menolong mereka dengan cara memberi pancing bukan memberi umpan)
- Pelayanan diakonia sasarannya harus tepat guna maksudnya tidak sekedar menyediakan kebutuhan tetapi juga mendorong umat untuk berusaha keluar dan menemukan solusi dari keadaan yang miskin.
- Mengatasi kemiskinan adalah semangat mapalus (tradisi Minahasa) dan dilakukan bersama untuk kepentingan bersama (sinergitas).
- Hidup bersama perlu memperhatikan keseimbangan hidup. Keseimbangan hidup terwujud dalam sikap saling membantu warga jemaat yang berkelebihan membantu orang yang berkekurangan. Umat yang memiliki harta rohani membagi dengan orang yang berkekurangan dan yang memiliki harta duniawi berbagi dengan yang berkekurangan. Berdiakonia berarti berbagi harta rohani dan jasmani.
- Menolong berarti kita bersikap terbuka kepada siapun tanpa melihat suku, agama, ras dan golongan.
- Pemahaman bebas dari kemiskinan harus dibangun dalam diri melalui keluarga dan gereja.
- Firman ini mengajarkan kita bahwa dalam segala keberhasilan, kita perlu mengingat sesama di sekitar kita terutama yang butuh pertolongan.
PERTANYAAN DISKUSI:
- Bagaimana mengatasi kemiskinan menurut konteks bacaan kita di atas ?
- Apa usul konkrit sebagai tindakan gereja mengatasi kemis-kinan masa kini?
POKOK-POKOK DOA:
- Doa bagi usaha gereja mencari solusi bagi masalah kemiskinan warga jemaat
- Berdoa bagi warga gereja yang membagi berkat mereka untuk menolong orang yang miskin
- Mendoakan upaya negara bagi pengentasan kemiskinan
- Berdoa bagi orang miskin untuk berusaha dan mencari solusi melepaskan diri dari cengkraman
TATA IBADAH YANG DIUSULKAN: HARI MINGGU BENTUK IV
NYANYIAN/LAGU YANG DIUSULKAN:
Persiapan : NNBT No 2 Dunia Tercipta Oleh Kar’na Tuhanmu
Pembukaan: NNBT No 3 Mari Kita Puji Allah
Pengakuan Dosa: NNBT No 34:1 Tuhanlah Perlindunganku
Berita Anugerah: NKB No 199 Sudahkah Yang Terbaik Kuberikan
Ses Pembacaan Alkitab: NNBT No 17 Ya Tuhan Tuhan Kami
Persembahan: PKJ No 146:1-3 Bawa Persembahanmu
Penutup: KJ No 249 Serikat Persaudaraan
ATRIBUT:
Warna dasar hijau dengan simbol salib dan perahu di atas gelombang.