TEMA BULANAN : “Penatalayan yang Memiliki Kapabilitas, Integritas dan Komitmen”
TEMA MINGGUAN : “Hidup ada Dalam Rancangan Allah”
Bacaan Alkitab : Matius 26 : 47 – 56
ALASAN PEMILIHAN TEMA
Kehidupan masa kini diwarnai dengan persaingan yang dapat berakibat saling menyalahkan sehingga terjadi gesekan dan konflik; Ingin menang sendiri dan mengabaikan pendapat yang lain. Bahkan faktanya, cara-cara kekerasan dilegitimasi sehingga mengakibatkan kerugian bagi seseorang atau kelompok lain. Ada orang suka dengan persekongkolan yang jahat sehingga berdampak pada persekutuan yang tidak harmonis lagi. Hubungan antar sesama manusia telah melewati batas-batas privasi seseorang. Berteman dalam perseku-tuan satu jemaat, di kantor, dipekerjaan bahkan melalui media sosial seperti Facebook, WhatsApp, Instagram, ternyata tidak cukup untuk membangun persahabatan yang baik dengan teman malahan media sosial dijadikan ajang untuk saling memfitnah dan mencaci maki. Hubungan yang akrap menjadi rusak, ketentraman menjadi hilang. Manusia berpikir dia mampu membuat hidupnya menjadi baik lewat upayanya sendiri. Padahal hidup menjadi baik terletak pada anuge-rah Tuhan yang telah berkarya untuk menyelamatkan manusia yang berdosa melalui penderitaan dan salib serta kebangkitan Kristus. Apa yang kita pikirkan dan rencanakan semua itu ada dalam kuasa Tuhan untuk meraih keberhasilan. Untuk itu tema minggu ini adalah Hidup ada dalam Rancangan Tuhan.
PEMBAHASAN TEMATIS
Pembahasan Teks Alkitab (Exegese)
Injil Matius menceritakan Yesus Kristus sebagai Anak Manusia, Mesias, untuk membangun Israel Baru, suatu kerajaan yang melampaui batas-batas premodialisme sehingga tidak ada lagi orang Yahudi dan non Yahudi. Sikap Yesus yang terbuka dengan orang-orang lain menyebabkan penolakan dari pihak Yahudi terutama para imam, ahli Taurat dan orang Farisi. Di taman Getsemani, Yesus sudah mengetahui apa yang harus Ia jalani sekalipun dalam kemanusiaan-Nya, hati-Nya sangat sedih. Ia berdoa “Ya Bapa-Ku jikalau sekiranya mungkin, biarlah cawan ini lalu dari pada-Ku tetapi janganlah seperti yang Kukehendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki. Tapi apa yang terjadi tidaklah demikian malahan Yesus ditangkap karena penghianatan Yudas seorang murid Yesus. Yudas datang menemui Yesus dengan membawa rombongan yang besar dengan alat pedang dan pentung untuk menunjukkan kekuataan manusia, padahal tanpa alat ini pun, mereka dapat menangkap Yesus karena mereka banyak. Yudas memanfaatkan ketidaksukaan pemimpin-pemimpin Yahudi untuk memperoleh keuntungan de-ngan menjual Yesus seharga tiga puluh keping perak. Yudas menjadi murid yang tidak tulus mengikut Yesus ia hanya memikirkan nafsu jahatnya. Anehnya lagi imam-imam dan tua-tua bangsa Yahudi yang mengerti tentang “kebenaran Firman”, justru melihat Yesus sebagai musuh yang harus dihilangkan. Supaya tidak mencurigakan dan salah tangkap maka Yudas memakai bahasa tubuh (ciumam) untuk menunjukan sasaran penangkapan “orang yang akan kucium, itulah Dia, tangkap Dia “Dan segera ia maju mendapatkan Yesus dan berkata: “Salam Rabi,” lalu mencium Dia. Ayat 48,49). Hal ini mempelihatkan bahwa betapa liciknya Yudas dengan mencium Yesus sehingga memperlihatkan seakan-akan dia adalah “Pahla-wan” dalam penangkapan Yesus. Untuk mencium Yesus, Yudas minta permisi dengan berkata “Salam Rabi” sebagai istilah seorang guru Yahudi yang disegani pada pada waktu itu. Bentuk pengakuan Yudas bahwa Yesus sebagai Rabi ternyata tidak sesuai dengan tindakannya. Ciuman Yudas ini adalah suatu pengkhiatan yang sangat berbahaya, musuh dalam selimut. Yesus tidak mengadakan perlawanan, bahkan Ia menyapa Yudas, “Hai teman, untuk itukah engkau datang? Maka majulah mereka memegang Yesus dan menangkap-Nya. (ayat 50). Suatu sapaan penyerahan diri Yesus kepada orang banyak. “Yesus menyapa Yudas “Hai teman” sebenarnya mengingatkan kembali hubungan awal antara Yesus dengan murid-murid-Nya termasuk Yudas.
Suasana penangkapan Yesus makin tidak kondusif oleh karena ada seorang dari mereka yang menyertai Yesus dengan serta merta mengulurkan tangannya, menghunus pedangnya dan menetakkan-nya kepada hamba Imam Besar sehingga putus telinganya (Ayat 51). Sebagai murid, mereka merasa bertanggungjawab untuk membela Yesus. Bagi Yesus sangat berbahaya mengunakan kekerasan untuk membela diri sehingga Yesus berkata: Masukkan pedang itu kembali ke dalam sarungnya, sebab barang siapa menggunakan pedang, akan binasa oleh pedang Ayat 52. Memasukan kembali pedang ke sarung mau menunjukkan bahwa Yesus menghendaki orang per-caya tidak mengunakan kekuatannya untuk membela dirinya tetapi menyerahkan hidupnya kepada Allah. Yesus memperingatkan bahwa siapa menggunakan pedang, akan binasa oleh pedang, siapa yang merangcang kejahatan akan dimakan oleh kejahatan. Yesus bukan berarti tidak dapat berbuat apa-apa seperti yang Ia telah lakukan dengan mengadakan banyak tanda mujizat sebelummnya tetapi Dia harus tunduk pada rancangan Allah sebagaimana dinubuatkan kitab suci. Yesus menyinggung sikap segerombolan orang yang hendak menangkap-Nya mengambarkan sikap manusia yang sering menggangap sebagai penjahat/musuh. Yesus menjelas-kan bahwa tiap-tiap hari Ia duduk mengajar di Bait Allah tapi mereka takut menangkap Yesus. Sekalipun hal ini sudah ada dalam rancangan Tuhan Allah tetapi tidak seharusnya para murid Yesus meninggalkan-Nya apapun resikonya. Orang yang tidak memahami rancangan Tuhan cenderung lari dari tanggungjawab.
Makna dan Implikasi Firman
Hidup dalam rancangan Allah adalah merupakan pernyataan iman bahwa Tuhan yang berkuasa atas manusia. Kita dapat saja merancang sesuatu yang benar dimata Allah dan memberi nilai hidup bagi banyak orang. Tapi jika sebaliknya hal tersebut menjadi suatu kejahatan dan tidak menjadi berkat. Ada orang sudah lama berteman namun karena kepentingan berbeda sehingga saling menjatuhkan. Hal ini terdapat juga dikalangan orang Kristen yang sebenarnya telah merima keselamatan melalui Kasih karunia Allah namun masih suka saling “baku cungkel” dalam satu pesekutuan apapun. Bahkan kejahatan tidak saja dilakukan oleh seseorang tapi melalui persekongkolan orang banyak.
Pemerintah dan Gereja harus bekerja keras untuk memberantas penyakit masyarakat seperti kekerasan dalam rumah tangga, pencurian, korupsi, peselingkuhan, merusak lingkungan sehingga banyak yang mengalami kerugian. Belum juga intoleran dan radikalisme dengan paham yang bertentangan dengan nilai kristiani dan Pancasila telah merusakan sebagian tatanan hidup di Negara Indonesia. Rasa iri, dengki dan kebencian masih ada orang yang suka mempraktekkannya termasuk dengan cara-cara kekerasan. Apalagi dalam dunia politik sering terdengar “musuh dalam selimut” karena terjadi persaingan yang tidak sehat untuk memperebutkan jabatan atau kedudukan. Termasuk dalam pelayanan gereja.
Rancangan Allah adalah untuk keselamatan dan menerima hidup yang kekal, akan tetapi manusia sering berpikir bahwa baik atau buruk tergantung pada dirinya. Untuk mewujudkan keinginan manusia dapat saja menghalalkan segala cara. Manusia sering lupa bahwa ia diciptakan untuk menghadirkan syalom “damai sejahtera”. Bahkan Yesuspun harus datang untuk menyelamatkan manusia. Sayangnya karena tidak sejalan dengan pikiran dan keinginan manusia, Dia dikhianati dan disalibkan. Inilah kegagalan manusia yang nyata dalam kepribadian Yudas. Tiga puluh keping perak bukanlah jawaban atas keinginannya yang oleh karenanya berakibat pada gantung diri. Kepentingan pribadi sangat mengganggu kepen-tingan bersama sebagai satu tubuh Kristus di GMIM. Hal ini terlihat di media sosial yang dijadikan ajang untuk ujaran kebencian, padahal kita dapat mengunakannya untuk saling menguatkan dan memba-ngun keutuhan bersama. Dapat saja ada anggota jemaat yang sudah lama bersahabat, ketika bertemu tidak saja bersalaman, tetapi mencium pipi kiri dan kanan. Inipun tidak membuat persahabatan semakin erat karena terjadi konflik kepentingan sehingga persaha-batan yang telah lama dibangun hancur seketika. Sebagai warga gereja dan Pelayan Khusus dapat saja seperti penyamun dalam gereja, yang artinya prorgam gereja sudah disepakati dalam sidang-sidang gereja tetapi tidak dilaksanakan sebagaimana mestinya. Bahkan lebih berbahaya lagi ketika ada “kekerasan” dalam jemaat mengunakan pedang dan pentung yang menjelma dalam bentuk saling mencaci maki. Kita diajarkan untuk membalas kejahatan dengan kebaikan sama seperti Yesus tidak melawan untuk ditang-kap, diadili, disalibkan mati dan bangkit pada hari ketiga dan naik ke sorga duduk di sebelah kanan Allah Bapa dan mencurahkan Roh Kudus kepada umat dan Gereja.
PERTANYAAN UNTUK DISKUSI:
- Kisah penangkapan Yesus dalam Matius 26:47-56 yang dihubungkan dengan terwujudnya kehendak Allah dalam Yesus maka, apa maksud Yesus mengatakan bahwa: Jika begitu bagaimanakah akan digenapi yang tertulis dalam kitab suci yang mengatakan, bahwa harus terjadi demikian ayat 54?
- Masih adakah anggota gereja mengunakan “pedang dan pentung” untuk menghalangi rancangan Tuhan, dan apa yang perlu kita lakukan ?
NAS PEMBIMBING: Amsal 19:21
POKOK – POKOK DOA :
- Rancangan Tuhan bagi Badan Pekerja Majelis Sinode Periode Pelayanan 2018-2022
- Keutuhan dan Persekutuan Gereja Masehi Injili di Minahasa supaya tetap berlangsung dengan baik.
- Keluarga-keluarga GMIM supaya tetap diberkati Tuhan menjadi keluarga yang harmonis.
TATA IBADAH YANG DIUSULKAN: MINGGU SENGSARA VI
NYANYIAN YANG DIUSULKAN:
Persiapan: NNBT No. 4 Naikkan Doa Pada Allah
Ses. Nas Pemb: S’mua Baik
Pengakuan Dosa: KJ No. 35 Tercurah Darah Tuhanku
Pemberitaan Anugerah Allah: DSL 115 Putih Bersih
Ajakan Mengikuti Yesus di Jalan Sengsara: KJ No. 344 Ingat Akan Nama Yesus
Ses Doa, Pembacaan Alkitab: PKJ No. 15 Kusiapkan Hatiku Tuhan
Persembahan: NKB No. 83 Nun Di Bukit Yang Jauh
Nyanyian Penutup: Pengharapanku
ATRIBUT:
Warna dasar ungu dengan simbol XP (Khi-Rho), cawan pengucapan, salib dan mahkota duri.