TEMA BULANAN: “Penginjilan, Pendidikan dan Pengucapan Syukur Sebagai
Sarana Kesaksian Gereja”
TEMA MINGGUAN: “Kualitas Hidup Orang Kristen”
Bahan Alkitab : Filipi 4:2-9
ALASAN PEMILIHAN TEMA
Gereja sebagai kepunyaan Tuhan merupakan kumpulan orang percaya yang telah dipanggil oleh Tuhan Allah keluar dari kegelapan dan masuk kepada terang-Nya yang menyelamatkan. Sayang sekali bahwa begitu banyak orang percaya berhenti sampai pada panggilan ini dan lupa bahwa sesudah dipanggil mereka diutus oleh Allah dengan tugas khusus ke dalam dunia. Berita Alkitab dengan jelas menunjukkan bahwa orang percaya bukan hanya dipanggil melainkan juga diutus untuk membawa kesaksian-Nya kepada dunia di mana Allah telah menempat-kannya.
Perenungan di minggu ini hendak mengingatkan jemaat bahwa dalam pelaksanaan tugas kesaksiannya di tengah dunia, setiap orang percaya dituntut memiliki “kualitas hidup orang Kristen.” Penginjilan, pendidikan, dan pengucapan syukur orang percaya sebagai sarana untuk bersaksi haruslah memiliki kualitas yang membuatnya dapat menjadi berkat bagi dunia ini. Kualitas apakah yang dimaksudkan? Harus diakui, kurangnya kualitas telah membuat sebagian orang Kristen tidak mampu menjadi berkat bagi sesamanya, bahkan menjadi batu san-dungan bagi orang lain. Orang Kristen justru menunjukkan gaya hidup yang berbeda dari apa yang dikehendaki Tuhan: perselisihan, individualisme, pesta pora, dan gaya hidup bebas sama seperti dunia. Pekabaran Injil dan pendidikan Kristen yang telah dikumandangkan selama 185 tahun di tanah Minahasa adalah waktu yang sangat panjang, namun harus disadari tantangan terbesar gereja di zaman ini adalah menghasilkan orang percaya dengan kualitas sebagaimana yang dikehendaki Tuhan dalam firman-Nya.
PEMBAHASAN TEMATIS
Pembahasan Teks Alkitab (Exegese)
Surat-surat yang dituliskan oleh Rasul Paulus pada dasarnya berangkat dari situasi dan kondisi aktual yang dialami oleh jemaat-jemaat penerima suratnya. Surat-surat tersebut dituliskan Paulus dengan tujuan untuk menjawab masalah dan pergumulan yang dihadapi oleh jemaat. Ini merupakan tugas dan bentuk tanggung jawab Paulus sebagai seorang pendiri jemaat maupun orang yang atasnya telah dipercayakan otoritas rasuli dalam jemaat Kristen.
Filipi 4:2-9 adalah bagian dalam surat yang dituliskan oleh Rasul Paulus kepada jemaat di Filipi, yakni ketika ia telah dipenjarakan karena iman dan pemberitaan Injil Yesus Kristus yang dibawanya. Filipi 4:2-9 secara khusus berisi nasihat-nasihat Rasul Paulus kepada jemaat Filipi yang dapat dibagi dalam tiga bagian besar: (1) Panggilan agar hidup bersatu (4:2-3); (2) Nasihat agar bersukacita dan membuang kekuatiran (4:4-7); serta (3) Ketaatan dan damai sejahtera di dalam Allah.
Jemaat Filipi pada dasarnya memiliki pergumulan yang tidak ringan. Jemaat ini harus menghadapi kenyataan bahwa orang-orang yang dianggap memiliki otoritas dalam jemaat—yakni Euodia dan Sintikhe terlibat dalam perselisihan. Perse-lisihan ini jelas bukanlah perkara kecil sebab Paulus sampai harus meminta Sunsugos dan Klemens untuk menolong kedua-nya dalam perselisihan ini. Rasul Paulus dengan tegas mena-sihati Euodia dan Sintikhe agar supaya sehati sepikir di dalam Tuhan dan meninggalkan segala bentuk perselisihan yang tidak berguna. Mengapa hal ini penting? Sebab perselisihan tersebut dapat menghalangi kesaksian jemaat sebagai orang percaya yang telah diselamatkan. Jelaslah bahwa panggilan untuk sehati sepikir ini menunjuk secara langsung pada apa yang dikehendaki Allah di dalam Kristus, yakni agar orang percaya membuang kepentingannya sendiri, terlebih yang menyebabkan perselisihan (Filipi 2:1-4).
Surat Filipi dikenal juga sebagai “surat sukacita,” sehingga tidaklah mengherankan bila Paulus meminta jemaat Filipi agar hidup dalam sukacita dan membuang segala bentuk kekuatiran. Penekanan agar jemaat terus hidup di dalam suka-cita ditegaskan dua kali oleh Paulus dalam ayat 4, “Bersuka-citalah senantiasa (Yunani: pantote berarti “selalu”) di dalam Tuhan!” Paulus mengingatkan jemaat Filipi bahwa situasi dan kondisi yang berubah tidak boleh menjadi patokan sukacita, melainkan pada Tuhan yang tidak pernah berubah. Inilah sikap hidup yang akan mengusir kekuatiran dan menjadi kesaksian pada orang-orang di sekitar mereka. Kesaksian tersebut akan semakin nyata dalam kehidupan jemaat yang hidup dalam ketaatan dan mencerminkan kekudusan, yakni di dalam apa yang mereka pikirkan, ucapkan, dan lakukan (ayat 8-9). Pada bagian ini, Rasul Paulus menekankan bahwa yang memampu-kan jemaat untuk menjadi saksi adalah Tuhan Allah sendiri dan damai sejahtera-Nya yang menyertai orang percaya dalam tang-gung jawab kesaksiannya. Bagi Paulus, tiga elemen ini jelas ber-sifat fundamental dalam kesaksian orang percaya: persatuan, sukacita, dan ketaatan. Inilah yang menunjukkan kualitas hidup orang percaya di tengah dunia.
Makna dan Implikasi Firman
Menjadi orang percaya merupakan sebuah anugerah besar sekaligus tanggung jawab yang tidak mudah. Anugerah, sebab keselamatan orang percaya di dalam Yesus Kristus dikerjakan dan diberikan oleh Tuhan Allah sendiri tanpa andil sedikit pun dari manusia berdosa. Tanggung jawab, sebab orang percaya yang sudah diselamatkan haruslah hidup dalam ke-taatan penuh kepada Allah yang telah menyelamatkannya, yakni sebagai bentuk ungkapan syukurnya kepada Allah. Tanggung jawab ini sudah seharusnya pula dibarengi dengan kualitas hidup orang percaya. Surat-surat Paulus menunjukkan hal ini, yakni bahwa orang percaya yang sudah diselamatkan akan mengalami perubahan hidup yang dikerjakan terus-menerus oleh Roh Kudus. Bukankah aneh bila seseorang yang mengaku Kristen dan sudah diselamatkan karena iman di dalam Yesus Kristus, namun tidak menunjukkan perubahan hidup dalam pertobatan? Warga jemaat GMIM jelas memiliki kesamaan dengan jemaat Filipi dalam hal pergumulan-pergumulan yang harus dihadapi dalam komunitas orang percaya.
Dalam semangat peringatan 185 tahun HUT PI dan Pendidikan Kristen, warga jemaat GMIM diajak untuk hidup dalam persatuan dan meninggalkan segala bentuk perselisihan atas nama kepentingan pribadi. Hal ini merupakan suatu de-sakan mengingat bahaya perpecahan yang dapat saja terjadi di dalam jemaat-jemaat dan institusi gereja secara khusus. Kualitas persatuan ini haruslah juga diikuti dengan kehidupan yang dijalani dalam sukacita (bukan pesta pora) dan ketaatan dalam hidup setiap hari. Inilah yang menjadikan warga GMIM memiliki kualitas hidup sebagai orang Kristen dan memungkinkannya menjadi kesaksian di tengah dunia ini.
PERTANYAAN UNTUK DISKUSI:
- Kualitas hidup orang Kristen yang bagaimanakah yang mau dikatakan Paulus dalam bacaan Alkitab ini?
- Adakah hal-hal yang dapat menghalangi kualitas hidup Kristen dalam kehidupan berkeluarga, berjemaat dan berma-syarakat?
- Bagaimanakah mewujudnyatakan kehidupan Kristen yang berkualitas lewat tindakan-tindakan konkrit di tengah kehi-dupan jemaat?
POKOK-POKOK DOA:
- Persatuan dan kesatuan dalam hidup berjemaat dan ber-masyarakat agar terhindar dari segala bentuk perpecahan.
- Kehidupan jemaat yang semakin bertumbuh dalam ketaatan dan kesetiaan di hadapan Tuhan dan hidup yang penuh kasih terhadap sesama.
- GMIM yang semakin teguh dan bersatu dalam tugas pelayanan di tengah dunia.
TATA IBADAH YANG DIUSULKAN: HARI MINGGU BENTUK IV
NYANYIAN YANG DIUSULKAN:
Persiapan: NKB No. 3 Terpujilah Allah
Sesudah Doa Pembukaan: NNBT. No. 6 Allah Bapa yang Kumuliakan
Ses Pengakuan Dosa dan Pengampunan: KJ No. 37a Batu Karang Yang Teguh
Persembahan: NNBT. No. 15 Hai Seluruh Umat Tuhan
Nyanyian Penutup: NNBT. No. 35 Tuhan, Kau Gembala Yang Baik
ATRIBUT:
Warna dasar hijau dengan simbol salib dan perahu di atas gelombang.
GMIM yang semakin teguh dan bersatu dalam tugas pelayanan di tengah dunia.