MTPJ 28 Mei s/d 3 Juni 2017

0
3971

TEMA BULANAN : “Persembahan Yang Menghidupkan”
TEMA MINGGUAN : “Menjaga Keutuhan Keluarga”
Bahan Alkitab : Titus 2:1-10
ALASAN PEMILIHAN TEMA

Dewasa ini terjadi berbagai masalah yang mengancam keutuhan hidup keluarga Kristen, seperti kekerasan dalam rumah tangga, praktek seks bebas di kalangan anak muda, narkoba, penyimpangan seksual, perselingkuhan, dan perceraian.

Menghadapi realitas seperti ini, maka pengajaran iman yang bersumber dari Alkitab harus terus diberikan kepada anggota-anggota keluarga dalam rangka pembentukan karakter Kristiani. Jika masing-masing anggota keluarga memiliki karakter Kristiani yang baik; berwujud dalam perkataan, tindakan, prilaku hidup, dan rasa tanggung jawab maka keutuhan keluarga Kristen akan terjaga dengan baik, dan menjadi persembahan hidup yang memuliakan Tuhan dan menghidupkan bagi banyak orang.

PEMBAHASAN TEMATIS
 Pembahasan Teks Alkitab (Exegese)

Surat Titus disampaikan Rasul Paulus kepada Titus, seorang Kristen Yunani (Galatia 2:3) yang adalah rekan kerjanya dan disebut sebagai anak yang sah menurut iman (1:4). Titus menemani Paulus ke Sidang Rasuli di Yerusalem (Galalatia 2:1), diutus Paulus ke Korintus dan berperan penting dalam perkembangan jemaat tersebut (lih. a.l 2 Korintus 7:6-7,13-15, 8:6,16-24). Titus juga menemani Paulus dalam pelayanan di  pulau Kreta dan ditinggalkan di situ untuk mengatur/menata pekerjaan pelayanan dan menetapkan penatua-penatua di setiap kota (Titus 1:5).

Melalui surat ini Paulus mengingatkan Titus tentang tugas yang dipercayakan untuk mengangkat para penatua, yang dari mereka dituntut kehidupan yang tertib (1:5-9) sekaligus untuk terus mengajarkan iman yang benar dan membimbing jemaat agar hidup kudus sesuai kehendak Allah. Hal ini sangatlah penting sebab di masa itu ada orang-orang yang hidup tidak tertib, yang berusaha menyesatkan anggota jemaat, juga mengacaukan banyak keluarga (1:10-16, 3:9-10).

Titus 2:1-10 dimulai dengan “Tetapi engkau”, untuk membedakan Titus dengan para penyesat yang merusak jemaat. Titus dinasihatkan untuk memberitakan apa yang sesuai dengan ajaran yang sehat yakni ajaran yang baik dan benar, yang akan menyehatkan kehidupan jemaat karena membuahkan hidup etis yang baik seperti yang diuraikan dalam ayat 2-10.

Paulus meminta Titus untuk jujur dan bersungguh-sungguh dalam pengajarannya, serta sehat dan tidak bercela dalam pemberitaannya (ay.8). Yang dimaksud dengan “jujur” yakni motivasi yang murni dan tidak dipengaruhi hasrat kepentingan pribadi; “sungguh-sungguh” menyangkut sikap yang bertang-gung jawab dalam pengajarannya, “sehat” berarti benar, berguna atau tepat, dan “tidak bercela” berarti tidak ada alasan untuk dikritik/dicela atau diganggu gugat.

Ajaran yang harus disampaikan oleh Titus yakni tentang bagaimana karakter Kristiani atau prilaku hidup dan tanggung jawab dari  anggota-anggota keluarga.

Laki-laki yang tua (Yun. presbutes=yang telah lanjut umurnya) hendaklah hidup sederhana (Yun. nefalios=mampu mengekang diri/menahan diri), terhormat (Yun. Semnos=men-junjung nilai-nilai luhur, berwatak baik atau mulia), bijaksana (Yun. sophron. menggambarkan pikiran yang sehat/terkendali dan penuh kesungguhan), sehat dalam iman kepada Kristus, dalam kasih kepada sesama dan dalam ketekunan.

Perempuan-perempuan yang tua hendaknya hidup sebagai orang-orang beribadah artinya memiliki kelakuan, cara hidup atau tingkah laku setia dan hidup saleh; jangan memfitnah (Yun.diabolos=pemfitnah/penghasut) dalam arti jangan suka mengucapkan kata-kata yang merugikan atau menyakiti orang lain;  jangan menjadi hamba anggur, artinya jangan ketagihan anggur atau diperbudak oleh banyak anggur. Sebaliknya diminta untuk cakap mengajar hal-hal yang baik, yakni cara hidup yang baik dan benar, termasuk mendidik perempuan muda, dalam arti melatih supaya mereka menjadi bijaksana atau berkelakuan bijak dan tepat.

Dalam hal ini para perempuan muda hendaknya mengasihi suami dan anak-anaknya, hidup bijaksana dan suci, rajin mengatur rumah tangganya, baik hati dan taat kepada suaminya. Nasihat ini menyiratkan tentang tanggung jawab menjaga kehidupan pernikahan yang kudus. Seorang perem-puan yang telah menikah harus menjadi istri dan ibu yang baik dan penuh kasih, yang mau mencurahkan perhatiannya untuk suami dan anaknya. Dia harus bijaksana atau mawas diri/ mampu mengendalikan diri dan menjaga kesucian diri atau tingkah lakunya tidak tercemar termasuk di bidang seksual, rajin mengatur rumah tangganya dengan baik, mempunyai sifat yang baik hati dan taat kepada suaminya dalam arti dengan sukarela mampu menghormati, patuh dan mengakui suaminya sebagai kepala rumah tangga. Sikap dan tingkah laku yang baik ini bertujuan agar Firman Allah jangan dihujat orang dalam arti orang yang tidak percaya tidak akan mendapatkan alasan untuk menghina Firman Tuhan.

Selanjutnya nasihat bagi orang muda (=laki-laki muda) yakni menguasai diri dalam segala hal. Ini sangat berkaitan dengan sikap mengendalikan pikiran sendiri, yang akan terlihat lewat sikap yang tenang dan bijak dalam menghadapi segala godaan, cobaan dan nafsu duniawi. Bagi mereka ini, Titus diminta Paulus untuk menjadi teladan dalam berbuat baik. Dipahami bahwa pengajaran Titus akan menjadi efektif jika didukung oleh kesaksian hidupnya yang bisa dilihat, diamati dan diteladani orang lain sebagai cara hidup yang baik.

Nasihat terakhir disampaikan untuk hamba-hamba yang adalah anggota jemaat. Mereka dinasihatkan untuk taat atau tunduk pada tuannya dalam segala hal dan berusaha membuat tuannya senang (berkenan) dan tidak mengucapkan kata-kata untuk membantah/menentang atau memperlihatkan sikap ber-musuhan. Juga jangan curang atau berbuat yang tidak pantas terhadap uang milik orang lain. Sebaliknya selalu tulus dan setia dalam arti mampu menunjukkan kepada tuannya bahwa ia dapat dipercaya. Dengan perbuatan atau kelakuan para hamba seperti itu maka orang akan memuliakan ajaran Allah, Juruselamat.

Dalam uraian di atas tergambar dengan jelas bahwa para hamba Tuhan (Gereja) maupun anggota-anggota keluarga harus berupaya “melawan” para pengajar sesat yang hidupnya tidak tertib dan mengacaukan banyak keluarga, dengan cara ber-perilaku Kristiani yang benar. Masing-masing anggota keluarga harus melaksanakan tugas, fungsi dan tanggung jawabnya dengan benar; tidak terpengaruh dengan cara hidup yang tidak tertib maupun usaha penyesatan yang akan menghancurkan kehidupan keluarga. Dengan kehidupan seperti itu maka keutuhan keluarga akan terjaga.

Makna dan Implikasi Firman

Kehidupan manusia di era postmodern ditandai dengan sikap individualistis yang semakin tinggi. Orang lebih meng-utamakan kepentingan diri sendiri dan kurang peduli dengan keberadaan orang lain. Inipun terjadi dalam hidup keluarga Kristen. Ada yang demi meraih kesenangan pribadi, meng-abaikan tanggung jawabnya untuk keluarga; baik sebagai suami, istri, anak, maupun orang tua.

Hal ini menghadirkan tantangan bagi keutuhan keluarga. Ditambah lagi masalah yang muncul karena kemajuan di bidang media sosial, informasi dan telekomunikasi. Misalnya, televisi dengan berbagai tayangan dan iklan menawarkan berbagai nilai hidup dan solusi dari berbagai masalah yang justru bertentangan dengan iman seperti kekerasan, gaya hidup mewah dan perceraian. Kehadiran media sosial facebook yang membuka ruang persahabatan turut membuka ruang perselingkuhan dan ketidakharmonisan suami isteri. Kehadiran internet dengan kemudahan mengakses situs porno berakibat terjadinya praktek seks bebas di kalangan anak-anak muda, perzinahan dan penyimpangan seks lainnya.

Menghadapi realitas seperti ini pengajaran Alkitab yang benar harus terus disampaikan untuk membentuk karakter Kristiani dari masing-masing anggota keluarga. Orang-orang tua maupun anak-anak dan suami maupun istri harus terus diingatkan tentang bagaimana cara hidup yang benar, jauh dari sikap egois, mau melihat kepentingan bersama sebagai keluarga, menjalankan tugas/tanggung jawab masing-masing dan ber-upaya membangun hubungan yang harmonis satu dengan yang lain.

Orang-orang tua harus terus didorong untuk berperilaku benar dan bijaksana, serta mampu memberi pendidikan iman bagi anak-anak dalam rangka membentengi kehidupan beriman mereka. Suami-isteri harus terus dibekali untuk bertanggung jawab dan mencintai pasangannya, anak-anaknya dan keluar-ganya. Orang-orang muda harus dibimbing untuk mampu menjaga kekudusan hidup dengan cara menguasai dan mengendalikan diri dalam segala hal dari segala godaan dan nafsu yang menyesatkan.

Demikian juga sebagai bagian dari persekutuan Gereja, keluarga-keluarga Kristen menjadi alamat atau sasaran pela-yanan Gereja. Bukan hanya pada proses pembentukan keluarga, tapi juga pada upaya menjaga atau memelihara keutuhan keluarga warga jemaat melalui katekisasi dan pembinaan warga Gereja, perkunjungan penggembalaan secara rutin, maupun perhatian khusus ketika keluarga-keluarga ang-gota jemaat menghadapi persoalan hidup berumah tangga. 

PERTANYAAN UNTUK DISKUSI:

  1. Bagaimana cara dan mengapa jemaat harus menjaga keutuhan keluarga menurut Titus 2:1-10 ?
  2. Apakah Gereja sebagai suatu persekutuan bertanggung jawab untuk menjaga keutuhan keluarga Kristen? Jelaskan! Bagaimana caranya

NAS PEMBIMBING: Kolose 3:23

POKOK – POKOK  DOA:

  • Keluarga-keluarga Kristen yang ditimpa berbagai per-gumulan yang mengancam keutuhan keluarga
  • Kesadaran dan tanggung jawab masing-masing anggota keluarga untuk membangun kehidupan yang harmonis dan menjaga keutuhan keluarganya.
  • Gereja mampu berperan untuk memelihara keutuhan keluarga warga Jemaat 

TATA IBADAH YANG DIUSULKAN: HARI MINGGU BENTUK 4 

NYANYIAN YANG DIUSULKAN:

Persiapan: KJ No 15 Berhimpun Semua”

Pembukaan:         KJ No 355 Yesus Memanggil

Pengakuan Dosa: KJ No 29 Di Muka Tuhan Yesus

Berita Pengampunan: NNBT No 32 Dunia Semakin Berkabut

Ses Pembacaan Alkitab: NKB No 116 Siapa Yang Berpegang Persembahan: KJ No 318 Berbahagia Tiap Rumah Tangga Penutup: KJ No 451 Bila Yesus Berada Di Tengah Keluarga

ATRIBUT:

Warna dasar putih dengan lambang bunga bakung dan salib berwarna kuning.

TINGGALKAN KOMENTAR

Please enter your comment!
Please enter your name here