TEMA BULANAN : “Memperkokoh Sinergisme Demi Keutuhan dan Kesinambungan Pelayanan”
TEMA MINGGUAN : “Pemimpin yang Bijaksana Mendengar Setiap Aspirasi”
Bacaan Alkitab : 1 Raja-Raja 12:16-24
ALASAN PEMILIHAN TEMA
Realitas hidup sering mempertontonkan kepada kita rangkaian kisah dan peristiwa memilukan; ada juga yang mengenaskan, tentang para pemimpin yang tersandung kasus-kasus hukum aki-bat penyimpangan atau penyalahgunaan kekuasaan. Memilukan, karena ujung perjalanan bukan pada kesenangan dan kehor-matan, melainkan penderitaan dan kesukaran. Mengenaskan, sebab hukum sering dijadikan alat untuk dapat membenarkan tindakan-tindakan jahat.
Hilangnya kepekaan atas penderitaan orang lain, lemahnya ko-mitmen terhadap kepentingan bersama dan pengelolaan jabatan/ kekuasaan untuk keuntungan diri tidak hanya menghambat pen-capaian tujuan bersama, tetapi dapat menjadi pemicu timbulnya gejolak sosial yang kemudian mewujud dalam sikap penyang-kalan dan ketidak patuhan. Bahkan dapat menjadi ancaman bagi keutuhan suatu komunitas. Dalam realitas hidup seperti ini, hadirnya pemimpin-pemimpin yang bijaksana, yang mendengar aspirasi masyarakat dan peka terhadap penderitaan sesama, sangatlah diperlukan. Karena itu maka Tema: “Pemimpin Yang Bijaksana Mendengar Setiap Aspirasi” dipilih sebagai tema pemberitaan sepanjang minggu ini.
PEMBAHASAN TEMATIS
Pembahasan Teks Alkitab (Exegese)
1 Raja-Raja 12 : 16 – 24 merupakan bagian dari kisah tentang pecahnya kerajaan Israel setelah berakhirnya pemerintahan Raja Salomo. Semasa pemerintahan Raja Salomo, ada pemberlakuan kerja paksa dan pemungutan pajak tinggi yang disinyalir untuk membiayai kemewahan hidup sang raja (Bandingkan. 2 Ta-warikh. 10). Beban kerja paksa membuat masyarakat mengalami kesulitan untuk memenuhi kebutuhan hidup setiap hari, apalagi ditambah dengan beban pajak yang tinggi. Akibatnya, ada yang harus menjual harta mereka guna membiayai kebutuhan hidup dan untuk membayar pajak. Kondisi ini telah mendorong Yerobeam, Putera Nabat, seorang pegawai Salomo yang tangkas dan rajin (1Raja-Raja. 11 : 28), menggerakkan pemberontakan namun gagal dan akhirnya ia melarikan diri ke Mesir, menghindar dari hadangan tentara Salomo (bandingkan 1Raja-Raja 11 : 40).
Peralihan kekuasaan dari Salomo kepada anaknya Rehabeam, telah mendorong Yerobeam kembali ke Israel guna melanjutkan gerakannya. Bersama rakyat ia menghadap Rehabeam, meminta keringanan atas beban kerja dan pajak yang berlaku semasa pemerintahan Salomo. Namun respons sang raja tak sesuai dengan harapan sebahagian besar rakyat. Nasihat para tua-tua agar sang raja memenuhi aspirasi rakyat yang disuarakan Yerobeam dikesampingkan oleh sang raja, yang lebih memilih, mendengar dan mengambil keputusan sesuai nasihat orang-orang muda yang haus akan kekuasaan. Beban yang harus ditanggung oleh rakyat bertambah (1Raja-Raja. 12 : 10 &14). Rakyat bereaksi keras terhadap keputusan raja. Reaksi itu, mencapai klimaks pada peristiwa pembunuhan Adoram, kepala kerja rodi, yang diutus raja, dan pengalaman Rehabeam yang hampir tak dapat menyelematkan diri seperti dikisahkan dalam ayat 18. Sikap arogan dan otoriter, serta kebijakan raja yang tidak berpihak pada kepentingan rakyatmemicu terjadinya pemberontakan yang berujung pada perpecahan, dimana 10 suku di bagian utara memisahkan diri membentuk kerajaan sendiri dengan mengang-kat Yerobeam sebagai raja. Sedangkan suku-suku di bagian selatan, yaitu Yehuda dan Benyamin menjadi kerajaan sendiri dengan Rehabeam sebagai rajanya.
Yerobeam adalah bagian dari komunitas masyarakat yang ikut serta berjuang untuk pembebasan umat dari ketidakadilan akibat tindakan dan kebijakan Pemimpin yang tidak peka terhadap penderitaan rakyatnya. Perjuangannya ditopang oleh Nabi Ahia, orang Silo, yang kehadirannya merupakan representasi dari keinginan, maksud dan rencana Allah bagi umat-Nya. Dalam sistim pemerintahan yang bersifat Teokratis seperti yang berlaku di Israel zaman itu, kesetiaan dan ketaatan kepada Tuhan dan Kehendak-Nya merupakan “harga mati” bagi umat, terutama bagi seorang raja. Karena itu selalu ada keterlibatan/peran nabi danhamba Allah dalam penanganan masalah bahkan dalam seluruh aspek hidup. Dimaksudkan, agar umat Israel tetap setia dan hidup benar dan melakukan kehendak Tuhan. Apa yang terjadi dalam kehidupan bangsa Israel sesungguhnya menjadi bagian dari rencana Allah untuk memenuhi janji-Nya kepada Yerobeam dan sebagai bentuk penghukuman atas ketidaksetiaan Salomo karena terlibat dalam penyembahan berhala.
Makna dan Implikasi Firman
- Keberhasilan seorang pemimpin bukan pada besarnya kekua-saan yang dimiliki atau pada banyaknya materi yang dihimpun selama menjalankan kekuasaannya, melainkan padabesarnya karya yang dilakukan bagi kebaikan segenap anggota komu-nitas. Karena itu, seorang pemimpin tidak boleh kehilangan kepekaan terhadap penderitaan orang lain terutama komunitas yang dipimpinnya; memegang teguh komitmen terhadap kepentingan umat; dan menghindarkan serta mengendalikan diri terhadap godaan untuk memanfaatkan jabatan atau kekuasaan yang dimiliki bagi pemenuhan keinginan dan kepentingan diri sendiri.
- Dengan berpegang teguh pada kesadaran terhadap kuasa dan kehendak Allah, maka gereja dipanggil untuk secara aktif mengambil bagian dalam tindakan-tindakan pembaharuan dan pembebasan kaum lemah dan tertindas; penegakan keadilan peningkatan kesejahteraan yang sangat dirindukan masyarakat, terutama kaum buruh yang sedang memperingati hari buruh nasional.
- Dalam kesaksian Alkitab, Injil Yohanes pasal 13, kita me-nyaksikan bagaimana Yesus mengimplementasikan pengajar-an-Nya kepada murid-murid-Nya tentang pola hidup dan pola kepemimpinan melalui tindakan pembasuhan kaki para murid. Kasih yang tulus, kerelaan untuk berkorban, kesetiaan pada misi dan kesediaan merendahkan diri, itulah yang memungkin-kan tindakan pembasuhan kaki itu terjadi. Pola hidup dan kepemimpinan yang bersifat kehambaan mengantar Yesus kepada kemuliaan, sebaliknya, Rehabeam melalui pola kepe-mimpinan yang otoriter dengan mengandalkan kekuasaan berujung pada hilangnya rasa hormat dan kepercayaan ter-hadap dirinya. Berkaca dari realitas ini, kita melihat pentingnya lembaga-lembaga pendidikan, termasuk keluarga dijadikan wahana pendidikan dan penanaman serta pengimplemen-tasian nilai-nilai kristiani.
- Kisah ini juga memberi kesaksian tentang pentingnya men-dengar dan mempertibangkan aspirasi umat dalam pengam-bilan kebijakan, sebab ketidak pedulian terhadap kerinduan dan harapan umat, dapat berdampak buruk bagi keutuhan hidup bersama.
PERTANYAAN UNTUK DISKUSI:
- Kemukakan sifat-sifat kepemimpinan yang hendaknya dite-rapkan dalam kehidupan berjemaat, bermasyarakat dan berkeluarga !
- Berikan contoh-contoh konkrit dalam penyelenggaraan pela-yanan yang menunjukkan kepedulian dan keperpihakan gereja terhadap penderitaan dan kepentingan orang banyak.
- Apa fungsi dan peran para pelayan Tuhan di tengah-tangah kehidupan masyarakat, khususnya bagi umat Tuhan ?
POKOK – POKOK DOA :
- Terwujudnya kerinduan dan harapan orang-orang yang miskin, lemah dan menderita untuk dapat menikmati keadilan dan kesejahteraan hidup.
- Para pemimpin masyarakat dan gereja agar terhindar dari penyimpangan atau penyalahgunaan kekuasaan.
- Keutuhan hidup berbangsa dan bergereja.
TATA IBADAH YANG DIUSULKAN: HARI MINGGU BENTUK V (ORATORIUM)
NYANYIAN YANG DIUSULKAN:
Mari Menghadap HadiratNya: KJ No. 15 Berhimpun Semua
Bersekutu Dalam Nama-Nya: NNBT No. 4 Naikkan Doa Pada Allah
Ungkapan Sembah: KJ No. 252 Batu Penjuru Gereja
Persekutuan Yang Mengaku Dosa: KJ No. 27 Meski Tak Layak Diriku
Jaminan Yang Menguatkan: KJNo. 260 Dalam Dunia Penuh Kerusuhan
Ses Doa Mohon Tuntunan Roh Kudus: PKJ No. 15 Kusiapkan Hatiku Tuhan
Ses Pemberitaan Firman: KJ No.432 Jika Padaku Ditanyakan
Berilah Yang Baik: KJ No.407 Tuhan, Kau Gembala Kami
Tembang Tekad: NNBT No.28 Ya Tuhan Tolong Aku
ATRIBUT:
Warna dasar putih dengan lambang bunga bakung dan salib berwarna kuning.