TEMA BULANAN | : “Kekuasaan Allah” |
TEMA MINGGUAN | : “Kekuasaan berdasakan pemerintahan dan maksud Tuhan Allah” |
Bahan Alkitab | : 1 Samuel 16 : 1-13; 1 Petrus 2 : 11-17 |
Alasan Pemilihan Tema
Dalam kehidupapn bermasyarakat dan bergereja kita tidak bisa terlepas dari dunia politik. Politik yang berhubungan dengan kekuasaan, distribusi kekuasaan dan cara untuk membawa masyarakat kekpada kehidupan yang makin sejahtera dan makmur.tetapi cara berpolitik secara praktis banyak kali diigoda dengan ketidak-jujuran dan manipulasi kebenaran dalam berdemokrasi yang telah melanggar hukum. Melalui pembacaan ini kita akan belajar tentang bagaimana pemimpin menurut Alkitab dan apa tujuan lembaga pemerintah menurut Alkitab dan bagaimana gereja seharusnya perlu dalam memilih pemimpin serta sikap gereja dalam melihat kinerja pemerintah menurut kesaksian Alkitab.
Memiliki pemimpin adalah kebutuhan suatu organisasi dan masyarakat publik. Pergantian pemimpin juga menjadi kebutuhan seiring pergantian waktu atau aspirasi untuk menjawab kesinambungan organisasi atau kehidupan bermasyarakat. Di sinilah perlu ada yang namanya peraturan organisasi yang mengatur kepemimpinan, citra kepemimpinan dan alat memilih pemimpin yang biasa disebut demokrasi.
Pembahasan Tematis
- Pembahasan Teks Alkitab (Exegese)
Dalam pergantian pemimpin ada beberapa hal Samual, Saul dan Daud. Saul dipilih karena penampilan tetapi karena perkenanan Tuhan (1 Sam. 9), tetapi Samuel yang sudah tua sedih dengan penolakan Tuhan atas Saul karena ketidak-setiaannya (1 Sam. 13) dan Samuel yang sudah tua takut kepada kekuasaan Saul. Rasa bersalah dan berdosa dari Saul membuat dia takut dan dia tidak bertobat tetapi dikuasai ketakutan dan ketakutan menghasilkan kekejaman. Tetapi tokoh Samuel sebagai agamawan, nabi, imam, seorang pemimpin spiritual politis penting adalah menjalakan tugas-tugas keimanan dan kenabiannya.
Perlangkapan pelayanan (pengurapan) yaitu tabung tanduk dan minyak (ayat 1) haruslah dipakai untuk menjalankan tugas misionernya. Samuel tunduk pada perintah Tuhan Allah. Karena Saul telah brbuat salah sengan memakai arti imam bukan untuk memuliakan Tuhan tetapi merealisasikan otoritasnya didasarkan pada kehendak duniawi rakyatnya. Jadi tidak benar istilah “vox populi vox Dei”, suara rakyat adalah suara Tuhan. Justru sebaliknya yang benar adalah “vox Dei vox populi” suara Tuhan dulu sebagai dasar kebenaran baru kemudian suara rakyat. Inilah yang dibuat oleh hambanya Samuel mendengar suara Tuhan (instruksi Tuhan) dengan mengisi tabung tanduk dengan minyak pengurapan dan melihat bukan penampilan fisik kandidat pemimpin tetapi isi hati (ayat 7) dari orang yang akan diurapi. Supaya sesudah pengudusan dan pengurapan maka orang yang hatinya untuk kemuliaan Tuhan akan berbuahkan kebaikan bagi banyak orang terlebih bagi kemuliaan Tuhan.
Sebagai warga kerajaan Allah maka umat Tuhan mesti memiliki cara hidup yang baik (bhs Yun:”kalen” artinya baik secara moral) di tengah-tengah orang bukan Kristen supaya melalui perbuatan baik anggota-anggota gereja maka orang-orang lain akan memulliakan Allah (1 Pet. 2:11-12). Tunduklah (bhs Yun: “hupotageete” Ingg: “submit”) karena Allah merupakan suatu perintah kepada orang Kristen. Maksudnya bahwa pemerintah sebagai suatu lembaga (Yun: “ktisis” artinya bangunan, ciptaan, lembaga) harus ditaati, termasuk kepada pejabat-pejabatnya, bukan karena ketaatan orang percaya kepada mereka tetapi kepada Tuhan itu sendiri yang menghadirkan pemerintah itu. Itu berarti dalam definisi iman Kristen pemerintah adalah tanda kehadiran Tuhan yang berfungsi/bertugas menghukum orang jahat dan menghormati orang yang berbuat baik (ayat 13-14). Jadi kriteria kebenaran suatu pemerintah adalah lelakukan tugas pemerintah itu secara moral (menghukum yang jahat dan menghormati yang baik). Jika terjadi distorsi (pemutar-balikan) moralitas tugas pemerintah seperti itu bukanlah berasal dari Tuhan Allah karena itu orang percaya bertanggung jawab mengkritisinya. Bagian akhir dari peringatan dalam perikop ini adalah tiga perintah yang disampaikan kepada anggota-anggota jemaat (ayat 17), yaitu menghormati semua orang (inklusif), kasihilah saudaramu (eksklusif komunal), takutlah akan Allah (dasar spiritualitas) dan hormatilah raja (etika politik kristiani).
- Makna dan Implikasi Firman
Di tahun ini dan selanjutnya ada momen-momen pemilihan (pemilukada) serta pemilihan di kolom, aras jemaat dan kompelka BIPRA. Pereungan firman ini kiranya akan mengarahkan kita sebagai Gereja Tuhan tentang tanggung jawab warga gereja dan lembaga gereja dalam berpartisipasi dan member sikap terhadap proses ber-demokrasi baik di dalam gereja maupun di dalam proses berdemokrasi masyarakat.
Pendapat yang dikedepankan dalam berdemokrasi sering melihat pasa penampilan luar seperti fisik, kekayaan atau status sosial yang melekat dalam diri seseorang menjadi ukuran dalam memilih seseorang menjadi pemimpin. Bahkan pendapat ini telah menjadi dasar pemilihan dan sengaja digembar-gemborkan menjadi opini public dalam proses berdemokrasi. Pembacaan perikop pertama di minggu ini justru fundamennya lain. Tuhan bukan memilih berdasarkan pada penampilan luar (“external performance”) dari seseorang tetapi pada isi hati yaitu ketulusan, kejujuran dan komitmen untuk taat kepada kehendak Tuhan. Dasar-dasar beriman inilah yang perlu supaya kejujuran makin dihadirkan dalam kehidupan berdemokrasi baik dilingkungan gereja maupun di dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara.
Selanjutnya tidak dapat disangkal bahwa kepentingan dan proses berpolitik tidak dapat dipisahkan. Tetapi meurut kesaksian perikop kedua pembacaan kita di minggu ini bahwa dalam mengkritisi kinerja pemerintah sering kita melihat dari kepentingan politik suatu partai politik atau figur pemimpin saja. Pembacaan kedua dari perikop ini, juga menjadi statement etika politik gereja Reformed, para reformator Gereja termasuk Yohanes Calvin justru dikutip dari 1 Petrus 2:14-15. Sejauh pemerintah berupaya memproteksi/melindungi bahkan mendorong menghadirkan kebaikan dalam kehidupan masyarakat dan sungguh-sungguh menghukum pelaku kejahatan tanpa diskriminasi (pilih kasih) maka kinerja pemerintah mesti didukung. Tetapi sebaliknya kalu orang baik dihukum dan diinjak-injak hak hidupnya mungkin karena berseberangan, atau kebaikan dipinggirkan dan para pelaku kejahatan justru dilindungi dan kejahatan secara tersembunyi dipelihara maka pemerintah seperti itu mesti dikritik oleh Gereja. Suara profetis (kenabian) Gereja ini mesti berani dihadirkan dalam kehidupan pelayanan gereja sebagai wujud ketaatan gereja terhadap Tuhannya, supaya sungguh-sungguh gereja menjadi gereja, menghadirkan fungsi sebagai tubuh Kristus di dunia dalam rangka menghadirkan tanda-tanda pemerintahan kerajaan Allah di muka bumi.
Pertanyaan Diskusi
1. Bagaimana memilih pemimpin sesuai dengan kesaksian 1 Samuel 16 : 1-13 ?
2. Bagaimana kita menilai kinerja pemerintah sesuai 1 Petrus 2 : 13-15 ?
Nas Pembimbing : Amsal 3 :27-29
Pokok-pokok Doa
– Tentang pemilihan kepala daerah di kabupaten Mitra di tahun ini
– Tentang pemilihan pelsus di aras jemaat dan pelsus kompelka BIPRA di tahun ini
– Ketegasan pemerintah untuk menghadirkan keadilan, kedamaian dan kemakmuran di dalam hidup bermasyarakat dan bernegara yaitu membela kebaikan dan menghukum kejahatan
– Anggota-anggota jemaat dan gereja yang menderita penganiayaan di seluruh dunia karena Injil Kristus dan kebenaran
– Hadirnya pemimpin-pemimpin yang mengasihi Tuhan dan peka dalam menghadirkan keadilan, kebenaran dan kemakmuran
Tata Ibadah yang diusulkan : Hari Minggu Bentuk I
Nyanyian yang diusulkan:
Persiapan : NNBT No.4
Ses Nas Pemb : NKB No.3
Pengakuan Dosa : NNBT No.8
Ses Pengakuan Iman : KJ No.38
Ses Hukum Tuhan : KJ No.293:3
Persembahan : PKJ No.146
Nyanyian Penutup : NKB No.189
Atribut yang diusulkan:
Warna dasar hijau dengan simbol salib dan perahu di atas gelombang.