MTPJ 3-9 November 2013

0
1389

Tema Bulanan: Kesetaraan dan penghargaan atas perbedaan

Tema Mingguan: Hidup yang memperhatikan sesama

Bahan Alkitab:

  • Imamat 19:9-16
  • Lukas 1-:25-37

ALASAN PEMILIHAN TEMA
Kedamaian atau keadaan yang aman, tentram, tenang rukun adalah kebutuhan universal manusia yang bersifat mutlak. Artinya tanpa kedamaian manusia akan mengalami kesulitan dalam menjalani dan membangun hidup. Karena itu bagi manusia faktor kedamaian sangat penting, strategis dan menentukan untuk kelangsungan hidup. Namun bila mencermati fenomena keberadaan interaksi antara sesama tak jarang ditemukan adanya hal-hal yang mengganggu bahkan mengancam status kedamaian itu.

Indikator ini dapat saja dibuktikan dengan semakin merebak sikap hidup manusia yang cenderung terjerat, menjeratkan dan dijeratkan diri sendiri (individu/kelompok), materi, kebebasan dan kenikmatan. Kecenderungan ini disinyalir melahirkan pandangan bahwa, “aturan/hukum/norma yang terutama berasal dari nilai-nilai religius untuk menata dianggap membatasi ruang gerak. Akibatnya seakan me-matisuri-kan nilai yang paling mulia ini “KASIH” kepada sesama. Implikasi kecenderungan di atas adalah tren kekerasan fisik dan kata-kata antar sesama semakin menusuk tajam dan menyayat hati. Mulai dari lingkungan keluarga, tetangga, tempat kerja sampai pada tatanan kehidupan sosial masyarakat luas.

Sementara itu kemiskinan ekonomi makin mengancam kelangsungan hidup manusia. Saat permasalahan-permasalahan ini tengah mengancam kecepatan kecepatan dan kedahsyatan globalisasi tidak dapat dibendung yang mengakibatkan. Di mana untuk hal ii menggiring satu dengan lainnya salingber kompetisi untuk mempertahankan bahkan memenangkan hidup masing-masing.

Kondisi ini tentu sangat membahayakan “nilai-nilai hidup yang memperhatikan sesama”. Dan secara fundamental tentunya akan mempengaruhi nilai hakiki keimanan umat Tuhan yaitu: mengasihi Tuhan Allah dan sesama yang merupakan dasar untuk menjaga kekudusan hidup di hadapan Tuhan Allah. Karena itu soal hukum kekudusan dari Tuhan Allah sangatlah perlu dan penting untuk diberitahukan dan diajarkan kepada umat Tuhan sepanjang masa seperti yang terdapat dalam nas pembacaan ini.

PEMBAHASAN TEMATIS
Pembahasan Teks Alkitab (Exegese)

Kitab Imamat dalam bahasa Ibrani dipakai kata “wajyiqrat”, disebut oleh orang Yahudi ‘wayyiqra’; yang berarti “dan Dia memanggil”. Menunjuk pada panggilan Tuhan Allah terhadap umat-Nya Israel untuk menghayati hidup kudus (band.19:2). Teks Imamat 19:9-16 adalah bagian tak terpisahkan dari Hukum Kekudusan yang disampaikan Tuhan Allah kepada umat-Nya Israel melalui Musa saat bangsa ini sedang menetap di Gurun Sinai (pasal 17-26). Tujuannya ialah hendak menunjukkan kepada umat Israel cara bagaimana seharusnya mereka hidup sebagai umat yang kudus. Karena mereka sudah dipanggil dan dipilih, dan karena sudah ada hubungan yang kudus antara Tuhan dan mereka. Kudus di sini berarti “dipisahkan, dijauhkan”, mengacu pada pemisahan yang kudus dari yang profan (tidak kudus). Karena itu Tuhan Allah melalui hukum-hukum-Nya berkehendak agar umat pilihan-Nya ini melakukan perbuatan-perbuatan kudus terhadap sesama sebagai cerminan mengasihi Tuhan seperti diutarakan dalam teks pembacaan ini yakni:

Pertama, jangan mengadakan pembiaran kepada orang miskin, orang asing atau terhadap mereka yang berkekurangan, (ay.9,10). Kedua, takut akan Tuhan Allah melalui membangun kualitas diri dan kehidupan baik terhadap sesama, (ay.11-14). Ketiga, berpikir, berucap dan bertindak adil yang sesungguhnya, (ay.15,16). Dari bentuk hukum kekudusan ini sesungguhnya yang hendak ditekankan adalah soal mengasihi Tuhan Allah yang berwujud pada mengasihi sesama atau sikap kehidupan yang memperhatikan sesama. Tapi juga suatu peringatan menyangkut sikap hidup yang kontra produktif dan kontra keadilan (ay.15,16) Penegasan yang sama juga tertuang dalam perumpamaan Tuhan Yesus tentang orang Samaria yang murah hati, (Lukas 10:25-37). Keadilan dan kebenaran tidak boleh dimengerti secara subyektif, tetapi justru menuntut tindakan konkrit untuk membantu orang yang susah.

Perumpamaan ini mengajarkan tiga hal yaitu substansial memberi pembelajaran kepada ahli Taurat supaya mereka hanya jangan mengetahui isi hukum Taurat, tetapi mempraktekkannya terutama dalam hal mengasihi sesama.

Makna dan Implikasi Firman
“Hidup yang memperhatikan sesama,” (Im.19:18) merupakan suatu sikap hidup yang sangat penting dan mendasar dalam membangun tatanan hidup yang bermartabat. Tatanan hidup yang bermartabat yakni memperhatikan mereka yang miskin, lemah dan berkekurangan. Memperhatikan sesama adalah cerminan dari kudusnya hidup mengasihiTuhan Allah. Inilah yang dikehendaki Allah dalam kehidupan umat-Nya.

Namun menjadi suatu persoalan genting dalam satu komunitas antar sesama bahwa kata “jangan” itu bisa berubah menjadi “biarlah”. Biarlah orang miskin itu, biarlah orang lemah itu, biarlah orang yang berkekurangan itu karena apa hubunganku dengan mereka dan apa untungku terhadap mereka. Biarlah daku berbohong, biarlah aku mengambil bukan hakku, biarlah aku bersumpah palsu untuk mengelabui, biarlah aku merampas, biarlah aku memeras mereka karena kalau tidak bagaimana dapat menjadi pemenang dalam persaingan hidup ini? Biarlah menyebarkan fitnah, biarlah bertindak tidak adil, biarlah mengancam hidup sesama karena lebih baik menyerang dahulu dari pada diserang.

Sikap, tindakan dan perilaku hidup semacam inilah yang secara eksplisit hendak dikecam Tuhan Yesus melalui ceritra tentang orang Samaria yang murah hati terhadap para penyamun yang merampok, memukul dan kehilangan naluri kemanusiaan. Terhadap seorang ahli Tuarat yang mau cari-cari alasan untuk tidak berbuat kebaikan kepada sesama. Terhadap seorang imam ketika melihat seorang yang perlu mendapatkan pertolongan melewatiny begitu saja bahkan pura-pura tidak melihat. Terhadap orang Lewi itu, sudah mengetahui penderitaan sesama tapi pura-pura tidak mengetahui. Karena itu yang hendak ditonjolkan Yesus adalah bagaimana menjadi sesama yang memperhatikan lewat tindakan dan perbuatan nyata seperti orang Samaria itu. Ketika dia melihat orang yang memerlukan bantuan, dia tidak mencari-cari alasan untuk tidak menolongnya. Melainkan spontanitas rasa ibahnya muncul dan langsung bertindak memberikan pertolongan dengan tidak memikirkan untung ruginya. Dengan penuh ketulusan berkorban mengeluarkan apa yang dimilikinya untuk dapat dimiliki serta dinikmati oleh yang membutuhkan, bahkan katanya ‘kalau kurang aku akan menambah lagi’. Sikap dan tindakan inilah yang dimaksudkan oleh hukum kasih, “Kasihilah Tuhan Allahmu dengan segenap hatimu, dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu dan dengan segenap akal budimu, dan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.”

Kata Tuhan Yesus, “Perbuatlah demikian, maka engkau akan hidup. Pergilah, dan perbuatlah demikian!” Juga merupakan suatu perintah bagi kita sebagai gereja-Nya untuk dilakukan tanpa tendeng aling-aling. Artinya tanpa macam-macam dan tanpa banyak alasan, harus dan jangan tidak, “Hidup yang memperhatikan sesama”.

PERTANYAAN DISKUSI

  • Jelaskan maksud Tuhan Allah mengadakan hukum ini (Imamat 19:9-16) kepada umat-Nya Israel berhubungan dengan memperhatikan sesama, dan apakah makna dari ceritra “orang Samaria yang murah hati” bagi gereja (umat Tuhan) dalam kehidupan masa kini yang cenderung individualistis (mementingkan diri/kelompok sendiri).
  • Apakah hukum-hukum yang terdapat dalam kitab Imamat 19:9-16 ini dipraktekkan umat Tuhan pada masa kini? Kalau ya, bagaimana penerapannya, kalau tidak apakah penyebabnya.
  • Menurut anda apakah yang menghambat praktek hidup yang memperhatikan sesama. Dan apakah pada zaman sekarang orang kebanyakan masih memiliki sifat-sifat seperti “orang samari yang murah hati”?

NAS PEMBIMBING: Mikha 6:8

POKOK-POKOK DOA

  • Mendoakan agar hubungan antar manusia terbangun sifat-sifat yang saling memperhatikan sesama.
  • Mendoakan agar umat Tuhan tidak terjebak pada sikap hidup individualistis.  
  • Terbangun dan terbentuk kualitas kehidupan manusia yang peka terhadap penderitaan sesama.

TATA IBADAH YANG DIUSULKAN: HARI MINGGU BENTUK I

NYANYIAN YANG DIUSULKAN:
Panggilan beribadah: KJ No.7:1,4
Sesudah nas Pembimbing: KJ No.260:1,2
Pengakuan Dosa: NKB No.73:1
Berita Anugerah Allah: NKB No.72:1,3
Hukum Tuhan: Kasih Pasti Lemah Lembut
Persembahan: Betapa Hatiku Berterima Kasih; Sungguh ‘Ku bangga Bapa
Penutup: NKB No.211:1,2,3

ATRIBUT YANG DIGUNAKAN:
Warna dasar hijau dengan simbol salib dan perahu di atas gelombang.

TINGGALKAN KOMENTAR

Please enter your comment!
Please enter your name here