MTPJ 22 s-d 28 Juli 2018

0
7497
TEMA BULANAN :“Pendidikan Sebagai Misi Gereja Dalam Pembentukan Karakter”
TEMA MINGGUAN :Peduli Anak Sebagai Tanda Mendengar Ajaran Yesus

BACAAN ALKITABMarkus 10:13-16

ALASAN PEMILIHAN TEMA

Berita Injil sesungguhnya ditujukan kepada segala bangsa, sebagaimana Amanat Agung Tuhan Yesus yang mengutus gereja untuk “menjadikan segala bangsa murid-Ku” (Matius 28:19-20). Dalam pemahaman gereja Protestan, segala bangsa mencakup kese-luruhan bangsa-bangsa di muka bumi ini, bukan hanya orang Yahudi, tetapi juga orang non-Yahudi. Pemahaman segala bangsa di sini pun menunjuk kepada manusia di segala umur, tua dan muda, besar dan kecil. Hal inilah yang membuat gereja-gereja Protestan, di dalamnya GMIM, sangat menekankan pentingnya pelaksanaan pengajaran dimulai dari usia anak-anak sampai lanjut usia. Penting-nya hal ini dilakukan, bukan hanya karena pendidikan harus ber-langsung seumur hidup (from womb to tomb), tetapi karena perintah Tuhan Yesus sendiri.

Berbagai praktik buruk yang mengancam hak-hak anak masih terjadi sampai saat ini. Mulai dari masih banyaknya pekerja anak, perkawinan anak, anak berhadapan dengan hukum, anak dengan gizi buruk, kekerasan terhadap anak, “trafficking” dan sebagainya. Di lain pihak masalah anak berhubungan dengan pendidikan baik formal dan informal: putus sekolah, kurangnya Pendidikan Agama Kristen Anak, anak jalanan dan anak yang dibiarkan.

Sebagaimana diketahui bahwa negara menjamin kesejahteraan tiap-tiap warganya, termasuk perlindungan terhadap hak-hak anak-anak yang merupakan hak-hak asasi manusia. Dalam UU Per-lindungan Anak ditegaskan bahwa anak adalah amanah dan karunia Tuhan yang Maha Esa, yang dalam dirinya melekat harkat dan martabat sebagai manusia seutuhnya (UU 23/2002).

Perenungan di sepanjang minggu ini memanggil umat Tuhan untuk menyadari perintah dan panggilan Tuhan untuk mendidik dan mengajar anak-anak dalam terang Injil Kristus. Sekaligus sebuah panggilan bagi umat Tuhan untuk sadar dan bertobat bila selama ini umat Tuhan, secara khusus orang dewasa, mengabaikan arti penting-nya mendidik dan mengajar anak-anak tentang Injil Kristus dalam keteladanan hidup setiap hari. Itulah sebabnya tema di sepanjang minggu ini adalah: “Peduli Anak sebagai Tanda Mendengar Ajaran Yesus.”

PEMBAHASAN TEMATIS

Pembahasan Teks Alkitab (Exegese)

Kisah Tuhan Yesus yang memberkati anak-anak dalam Markus 10:13-16 berada dalam satu konteks tempat dan waktu yang sama ketika Tuhan Yesus mengajar tentang perceraian dalam Markus 10:1-12. Karena itu, dapat dengan mudah dipahami mengapa murid-murid memarahi orang-orang yang membawa anak-anak mereka untuk dijamah oleh Yesus. Murid-murid memandang tindakan orang-orang tersebut mengganggu Yesus yang sedang mengajar orang banyak. Tindakan orang-orang yang membawa anak-anak mereka kepada Yesus pun sebenarnya sangat dapat dipahami. Sejak kemunculan Yesus lewat pelayanan-Nya, Ia telah melakukan banyak mujizat: menyembuhkan orang-orang sakit, mengusir roh-roh jahat, memberi makan ribuan orang, bahkan membangkitkan anak seorang kepala rumah ibadat. Pelayanan Yesus telah membuat nama-Nya termashyur dan membuat-Nya diikuti banyak orang ke mana pun Dia dan murid-murid-Nya pergi dan berada (Markus. 3:7; 5:24; 6:33; 6:56; 10:1). Inilah yang membuat orang-orang tersebut membawa anak-anak mereka kepada Yesus, yakni supaya Yesus dapat men-jamah anak-anak mereka. Yesus tentu menyadari kehadiran orang-orang beserta anak-anak mereka ini dan menyadari pula bahwa murid-murid-Nya telah memarahi dan menghalangi mereka. Yesus yang melihat hal itu menjadi marah. Dalam Injil Markus, bahkan keseluruhan Injil-Injil, sangat jarang dijumpai Yesus yang meluapkan emosinya, entahkah ketika Dia berbelas kasihan, sedih, atau marah. Dalam teks Markus 10:13-16 hal tersebut ditunjukkan, yakni bahwa Yesus marah (beberapa bagian yang lain adalah Markus 1:41 dan 3:5). Hal ini menunjukkan bahwa Yesus menganggap penting apa yang justru dianggap murid-murid-Nya sebagai hal yang kurang penting, bahkan dianggap mengganggu pelayanan Yesus. Yesus memandang penting anak-anak itu. Perkataan-Nya dalam ayat 14 dengan jelas menunjukkan kepentingan tersebut, “Biarkanlah anak-anak itu datang kepada-Ku, jangan menghalang-halangi mereka …”  Istilah Yunani yang dipakai dalam ayat ini adalah “paidia”, diter-jemahkan “anak-anak kecil”. Kata paidia adalah bentuk jamak dari kata “paidion” yang artinya “anak kecil”. Yesus menunjuk anak-anak tersebut sebagai orang-orang yang empunya Kerajaan Allah (ay.14) dan menegaskan kembali bahwa tidak ada seorang pun yang akan masuk ke dalam Kerajaan Allah bila tidak menyambut Kerajaan itu seperti seorang anak kecil (ayat. 15. bnd. 9:36-37).

Penginjil Markus menempatkan anak-anak kecil bersama-sama dengan mereka yang dipandang berada di tangga paling bawah dalam struktur sosial masyarakat, dan lantas menunjukkan bahwa merekalah yang justru dipandang Yesus sebagai yang empunya Kerajaan Allah dan contoh dari apa yang harus dimiliki dan dilakukan orang-orang yang ingin masuk ke dalam Kerajaan Allah. Dengan kata lain, anak-anak dan orang-orang yang dipandang rendah dan kurang penting oleh masyarakat adalah mereka yang dianggap paling tinggi dan paling penting oleh Yesus. Hal ini telah ditegaskan Yesus terlebih dahulu, sebagaimana dalam Markus 9:42, “Barangsiapa menyesatkan salah satu dari anak-anak kecil yang percaya ini, lebih baik baginya jika sebuah batu kilangan diikatkan pada lehernya lalu ia dibuang ke dalam laut.”

Salah satu hal yang harus diperhatikan juga adalah pernyataan Yesus bahwa mereka yang ingin masuk ke dalam Kerajaan Allah harus menyambutnya seperti seorang anak kecil. Hal ini bukan terutama dimaksudkan bahwa orang dewasa harus mencontoh keluguan anak-anak, tetapi terutama dimaksudkan agar orang dewasa men-contoh cara anak-anak menerima Kerajaan Allah itu. Anak-anak akan menerima Kerajaan itu sebagai sesuatu yang tidak layak mereka terima, melainkan sebagai sebuah anugerah dan pemberian Allah sendiri (a gift). Demikian kisah ini ditutup dengan Yesus yang meletakkan tangan-Nya dan memberkati anak-anak itu, sebagai bentuk kasih dan kepedulian-Nya.

Makna dan Implikasi Firman

Orang percaya dipanggil untuk meneladani Yesus Kristus dalam segala perkataan dan perbuatan-Nya, di dalamnya memegang prin-sip memandang penting apa yang Yesus anggap penting dan ber-usaha melakukannya. Tuhan Yesus di dalam pelayanan-Nya menun-jukkan kepedulian-Nya kepada semua orang dan dalam segala usia, di dalamnya anak-anak. Harus diakui, banyak orang percaya, bah-kan yang telah lama aktif di dalam pelayanan, sering menganggap remeh dan sepele pelayanan kepada anak-anak. Hal tersebut nyata dalam ketidakpedulian untuk mendidik, mengajar, dan meneladan-kan apa yang sesuai dengan kehendak Kristus. Anak-anak sering dianggap kurang penting dan jarang dilibatkan di dalam pelayanan. Lebih celaka lagi bila ada yang memandang anak-anak sebagai penghalang dan pengganggu yang menyusahkan di dalam pela-yanan. Berita firman Tuhan ini adalah panggilan untuk bertobat dan mulai memandang penting pelayanan kepada anak-anak dengan menunjukkan kepedulian yang nyata kepada mereka. Orang tua di rumah mendidik dan mengajar anak-anak sesuai dengan firman Tuhan, dan mengaktualisasikannya dalam keteladanan hidup setiap hari. Demikian juga dengan para pelayan khusus yang di-panggil untuk melayani umat Tuhan, agar memperhatikan pelayanan kepada anak-anak (secara khusus memperhatikan pelayanan komisi kategorial anak). Mengabaikan dan menyepelehkan hal ini berarti telah bertindak tidak taat dan tidak mau mendengar ajaran Yesus Kristus sendiri.

PERTANYAAN UNTUK DISKUSI:

  1. Berdasarkan teks Alkitab, mengapakah Yesus memarahi murid-murid-Nya yang menghalangi anak-anak datang kepada-Nya?
  2. Bagaimanakah menyambut Kerajaan Allah seperti seorang anak kecil sebagaimana panggilan Tuhan Yesus?
  3. Bagaimanakah mewujudnyatakan kepedulian kepada anak-anak, mulai dari rumah tangga Kristen, sekolah, dan di dalam pelayanan gereja?

NAS PEMBIMBING: Markus 9:36-37

POKOK – POKOK  DOA :

  • Jemaat, yakni keluarga-keluarga dan pelayan khusus, menyadari pentingnya kepedulian kepada anak dalam bentuk pengajaran dan keteladanan Kristus dan mengaktualisasikannya dalam tindakan nyata.
  • Kehidupan jemaat sebagai komunitas Kristen yang bertumbuh sebagai jemaat yang mengenal dan mengasihi Tuhan, mulai dari anak-anak sampai lanjut usia.
  • GMIM sebagai gereja Tuhan yang peduli pada pelayanan anak-anak dan aktif melawan perilaku kekerasan terhadap anak-anak.

TATA IBADAH YANG DIUSULKAN:

HARI MINGGU BENTUK IV

NYANYIAN YANG DIUSULKAN:

Persiapan: KJ.  No. 17 Tuhan Allah Hadir

Ses Doa Pembukaan: KJ No. 355 Yesus Memanggil

Ses Pengakuan Dosa & Pengampunan: NNBT. No. 10 Ya Tuhan Yang Kudus

Ses Pembacaan Alkitab: KJ. No. 184 Yesus Sayang Padaku

Persembahan: K.J.No. 362 Aku Milik-Mu, Yesus Tuhanku

Nyanyian Penutup: K.J.No. 413 Tuhan Pimpin Anak-Mu.

ATRIBUT:

Warna dasar hijau dengan simbol salib dan perahu di atas gelombang.