MTPJ 31 Agust – 6 Sept 2014

0
1610
TEMA BULANAN : “Berdemokrasi Dalam Ekonomi Yang Berkeadilan”
TEMA MINGGUAN : “Kewirausahaan”
Bahan Alkitab: Yakobus 4:13-17; 2 Tawarikh 31:20-21
 
ALASAN PEMILIHAN TEMA

        Kedamaian dankesejahteraan adalah kebutuhan yang esensial dalam hidup manusia, sebab di satu sisi manusia membutuhkan kehidupan yang penuh damai dengan sesama dan alam, yang merupakan kebutuhan sosial tapi juga psikhis, dan di sisi lain kesejahteraan dibutuhkan agar terpenuhinya kebutuhan fisik manusia. Kebutuhan ini telah dinikmati manusia sejak diciptakan Allah dan terutama ketika mereka di tempatkan dalam taman Eden (sebelum manusia jatuh ke dalam dosa).Dengan demikian tidaklah mengherankan jikalau hal ini menjadi kebutuhan mendasar/esensial sejak dahulu sampai sekarang ini.

Hal ini mendorong manusia dari masa ke masa untuk berupaya dengan berbagai cara demi mewujudkan kebutuhan tersebut lewat perjuangan/usaha yang keras dan cerdas; mengerahkan, mengembangkan dan memanfaatkan berbagai potensi/kemampuannya untuk memobilisasi semua potensi alam dan komunitas sosial di sekitarnya. 

Agar usaha mewujudkan kebutuhan tersebut berhasil secara maksimal dan optimal, maka sangatlah dibutuhkan setiap orang untuk mampu mengembangkan kecermatan orientasi dan perencanaan serta pertimbangan yang matang sambil memperhatikan prinsip-prinsip kewirausahan (entre preneurship) yang ada bahkan terampil dalam memainkan peranan di setiap bidang yang dilakoninya. Dengan demikian setiap orang, terutama wirausahawan (entrepreneur) ber kewajiban mengembangkan/memberdayakan kemampuan/ potensi diri semaksimal mungkin. Namun tidak dapat dipungkiri bahwa dalam usaha mengembangkan potensinya ada kecenderungan orang terjebak pada pengandalan diri sendiri.

Kondisi ini tidak jarang menjadikan manusia egoistis, sifat kemanusiaannya melambung tinggi tanpa batas dan terlalu percaya diri sehingga pada gilirannya dapat membutakan kesadaran tentang keterbatasan sebagai manusia ciptaan Tuhan. Dalam rana ini dapat saja orang terpusat pada kepentingan diri sendiri sambil mengabaikan tanggung jawab sosial, alam dan spiritualitasnya dan melupakan Tuhan sebagai sumber segala berkat, sehingga dapat menghalalkan berbagai cara yang tidak terpuji. Pada gilirannya akan memunculkan kesenjangan sosial dan ekonomi yang dapat merobek nilai kedamaian dan kesejahteraan yang menjadi harapan dan dambaan semua mahluk. Realitas ini sesungguhnya bertentangan dengan harapan dan dambaan manusia ciptaan Tuhan sekaligus  berseberangan dengan kehendak Tuhan Allah Sang pencipta.

 

PEMBAHASAN TEMATIS

Pembahasan Teks Alkitab (Exegese)

        Sikap para wirausaha (“entrepreneur”) yang dilukiskan dalam surat Yakobus 4:13-17, merupakan ungkapan keduniawian yang dapat membuat orang terasing dari Allah. Mereka adalah orang Kristen Yahudi para pedagang keliling yang memiliki usaha menguntungkan di wilayah Mediterania.  Mereka ahli membuat rencana dan strategi yang cermat dan jitu untuk usaha perdagangan. Keahlian mereka dalam membuat rencana membuat mereka menjadi terlalu percaya diri dan pada gilirannya cenderung mengandalkan kemampuan/potensi manusiawi sendiri sehingga mereka memegahkan diri dan menjadi congkak. Mereka tahu bagaimana melakukan hal yang baik namun tidak diwujudkan dalam tindakan, secara khusus dalam usaha dagang mereka.

        Penulis mengecam cara mereka yang terlalu sekuler sehingga melupakan kodrat hidup manusia yang sangat terbatas untuk menjangkau masa depan yaitu tentang berbagai hal yang akan terjadi dikemudian hari.

 Bagi Penulis, membuat rencana adalah hal yang baik dan tidak salah. Namun dalam kenyatannya mereka mengabaikan dua hal yaitu:

1. Keterbatasan manusia yang membatasi pengetahuan mereka untuk menjangkau masa depan,

2. Ketidakpastian hidup yang oleh Yakobus diumpamakan seperti uap yang bisa hilang lenyap seketika.

Oleh sebab itu Yakobus menasehati bahwa sebagai orang Kristen, seharusnya dalam membuat rencana hendaknya mengakui ketergantungannya kepada Allah, sehingga tidak boleh tidak mengatakan “Deo Volebte” ( jika Tuhan menghendakinya ). Pengakuan ini memberi arti bahwa orang percaya harus mengakui kedaulatan Allah sebagai sumber segala berkat di satu pihak dan di pihak yang lain mengakui keterbatasan manusiawinya, keyakinan ini akan menghentar mereka untuk tidak terlalu percaya diri dan menjadi congkak/sombong. Sebaliknya keyakinan dan pengakuan tersebut akan menghentar mereka untuk menyadari dan menyatakan kerendahan hati bahkan mengakui keter- gantungan kepada Allah, selanjutnya mempraktekkan suatu etika Kristen yang benar dan baik dalam hidup sehari-hari teristimewa dalam usaha perdagangan mereka.

Bagi Yakobus, kualitas hidup Kristen seperti ini (yang mengakui kedaulatan Tuhan dan ketergantungan manusia), sangat menentukan keberhasilan usaha mereka. Sebab sikap yang dilandasi oleh kesadaran ini akan membuat mereka disukai oleh banyak orang sehingga keberhasilan ganda akan dinikmati yaitu berhasil dalam usaha tapi juga berhasil menularkan sifat kebaikan bagi orang lain, sehingga Tuhan dimuliakan.

        Nasihat dan harapan Yakobus ini sangat relevan dengan pikiran dan tindakan yang dilakukan oleh Hizkia (2 Taw 31 : 20–21). Bahwa Hizkia menikmati keberhasilan dan kesuksesan justru karena ia dengan sungguh-sungguh memperjuangkan tanggungjawab imannya. Ia telah berupaya menata dan meletakkan norma religius. Ia telah memanfaat kan dan memaksimalkan jabatannya untuk menata kehidupan yang lebih baik, jujur, adil dan benar dihadapan Tuhan Allahnya dan sesama manusia. Ia telah berusaha menempat kan nilai ketaatan umat kepada Tuhan sebagai sesuatu yang sentral dalam hidup masyarakat yang religius. Semua dilakukannya dengan sungguh-sungguh demi terwujudnya kedamaian dan kesejahteraan masyarakat. Dan oleh sebab itu umat harus berusaha berbuat sesuatu, mengadakan sesuatu, karena Tuhan telah menyediakan segala sesuatu bahkan telah lebih dahulu melakukan sesuatu dalam hidup manusia, sehingga manusia memiliki hidup yaitu hidup dalam kelimpahan (Yoh 10:10). Kesadaran dan tekad dalam perjuangan ini membuat Hizkia menjadi orang yang berhasil/ sukses dan sejahtera dalam segala usahanya.

        Dengan demikian kesuksesan Hizkia tidak pernah lepas dari keyakinannya bahwa Tuhan adalah sumber kesuksesan dan keberhasilan. Dia adalah sumber damai sejahtera. Oleh sebab itu  dalam kerelaannya ia bersedia memberi diri untuk berusaha dengan sungguh-sungguh memperjuangkan kehendak Tuhan yaitu kebaikan, kejujuran dan kebenaran bagi kedamaian dan kesejahteraan bersama semua mahkluk agar harmonisasi hidup terwujud dalam masyarakat yang bermental moral Religius.

 

 Makna dan Implikasi Firman

-Tuhan Allah adalah Pencipta langit, bumi dan segala isinya. Ia telah mengadakan segala sesuatu bahkan menyediakan segala sesuatu bagi umat-Nya. Dia adalah sumber segala sesuatu dan segala sesuatu ada dalam genggaman-Nya, termasuk masa lalu, masa kini dan masa depan.

-Manusia adalah buatan tangan Tuhan yang memiliki berbagai keterbatasan termasuk menjangkau masa depan. Oleh sebab itu manusia tergantung kepada Dia Sang Pencipta. Dengan demikian seyogianya manusia melibatkan dan mengandalkan Tuhan dalam totalitas hidupnya termasuk di dalamnya setiap perencanaan dan perjuangan hidup. Rasa ketergantungan ini akan menuntunnya untuk selalu rendah hati (tidak sombong), karena kerendahan hati adalah modal utama untuk hidup damai dengan sesama bahkan dengan Tuhannya bahkan dapat menjadi jaminan untuk berhasil dalam segala sesuatu termasuk dalam usaha.

-Manusia menghendaki hidup yang betul-betul hidup yaitu hidup sukses yang berkedamaian dan berkesejah- teraan seperti manusia sediakala. Untuk mewujudkan harapan tersebut, manusia berkewajiban untuk meng- usahakan dan mengembangkan setiap potensi ciptaan Tuhan (sumber daya Manusia dan alam) secara maksimal dan optimal sehingga berdaya guna dan berhasil guna. Usaha untuk memberdayakan semua potensi yang ada merupakan penugasan Tuhan (Kejadian 2:15). Oleh sebab itu ketika orang percaya melakukannya maka hal itu adalah penyataan ketaatan dan kedengar-dengaran nya terhadap kehendak Tuhan. Namun menjadi suatu tanda awas bagi manusia untuk tidak terjebak pada pengandalan diri dan kecenderungan individualistis serta eksklusivistis yang membutakan perhatian dan tanggungjawabnya terhadap kesejahteraan sesama manusia dan semua mahkluk, melainkan dengan sungguh sungguh memperhatikan prinsip hidup sosial, di dalamnya ada kerelaan membangun ekonomi bersama sehingga menumbuhkan rasa keadilan sosial ekonomi  yang berdampak pada  perwujudan kebersamaan. Sebab hanya dalam bingkai kebersamaanlah maka kedamaian dan kesejahteraan memiliki nilai yang sesungguhnya.

-Setiap orang percaya terpanggil untuk memanfaatkan dan memaksimalkan jabatan dan profesinya (pemerintah /penguasa, pengusaha dan profesi lainnya) dalam membangun tatanan kehidupan yang bermoral baik dan bermental religius yang nyata dalam sikap yang jujur dan adil di alam demokrasi dunia dan secara khusus negara yang kita cintai ini.

-Kesuksesan yang betul-betul sukses hanya dapat diraih dalam bingkai mengusahakan kebutuhan kesejahteraan bersama sebab hanya dalam kebersamaan inilah akan dinikmati arti damai sejahtera yang sesungguhnya. Sebab tidaklah mungkin sejahtera yang sesungguhnya dinikmati dalam kondisi kacau, sebaliknya damai yang sesungguh nya dapat dinikmati jika di dalamnya ada kesejahteraan.

 

PERTANYAAN DISKUSI

1.   Ketika kita berwirausaha, apa saja yang perlu diperhatikan menurut perikop yang  dibaca?

2.   Apa yang harus disadari dan diyakini oleh orang percaya dalam hidupnya ?

3.   Bagaimana mewujudkan kesadaran dan keyakinan tersebut dalam hidup dan kerja?

 

NAS PEMBIMBING :  Yeremia 29:7

 

POKOK-POKOK DOA

  1. Melibatkan  dan mengandalkan  Tuhan dalam setiap perencanaan termasuk dalam bidang kewirausahaan (entrepreneurship).
  2. Tanggung jawab mewujudkan nilai etis teologis dalam bidang kewirausahaan yaitu nilai kebaikan, kejujuran dan kebenaran.

 

TATA IBADAH YANG DIUSULKAN: HARI MINGGU BENTUK  V

 

NYANYIAN YANG DIUSULKAN:

Panggilan beribadah :  NNBT No. 2.

Ses. Nas Pembimbing:  NNBT No. 27.

Ses. Pengakuan dosa:  NNBT No. 8.

Ses. Berita Anugerah:  NNBT No. 9.

Ses. Hukum Tuhan :  NKB No.14.

Persembahan:  NNBT No 15.

Nyanyian penutup :  Yang menabur dengan tangis

 

ATRIBUT YANG DIGUNAKAN:

Warna dasar hijau dengan simbol salib dan perahu di atas gelombang.

 

TINGGALKAN KOMENTAR

Please enter your comment!
Please enter your name here