MTPJ 5 s-d 11 Agustus 2018

0
8702
TEMA BULANAN :“Panggilan Gereja untuk Memelihara Hidup Harmoni di Tengah Masyarakat Majemuk”
TEMA MINGGUAN :Hidup Harmoni Dalam Kemajemukan”
BACAAN ALKITAB: Lukas 10:25-37
ALASAN PEMILIHAN TEMA

Kata Harmoni (dalam bahasa Yunani; harmonia) berarti terikat secara serasi/sesuai. Kehadiran gereja di tengah dunia, untuk memberi dampak harmoni dalam hidup dan menjadi berkat. Dari tri tugas panggilan gereja yaitu bersekutu, bersaksi dan melayani; itulah warna yang tidak boleh pudar dimana pun dan dalam kondisi apapun. Termasuk di Negara kesatuan Republik Indonesia yang masyarakatnya majemuk. Kemajemukan bukan hanya menggambarkan konteks agama yang beragam, tetapi berlaku juga dalam hal pendidikan, status sosial, suku, ras, etnis dan gender. Hidup adalah anugerah yang Tuhan berikan kepada kita; “Hidup bersama untuk bersama hidup” bukan suatu slogan untuk diucapkan tetapi hendaklah dilakukan dengan baik dan dijalani dengan penuh ucapan syukur di negeri ini yang sudah 73 tahun Indonesia merdeka (1945 – 2018), namun kecenderungan hidup mementingkan diri dan kelompok pada saat ini masih menjadi isu yang mengancam dan merongrong Negara Kesatuan Repuplik Indonesia. Oleh karena itu gereja terpanggil menyuarakan suara kenabian dan menjadi pelopor untuk memelihara hidup harmoni di tengah masyarakat Indonesia yang majemuk dan dunia.

PEMBAHASAN TEMATIS

Pembahasan Teks Alkitab (Exegese)

Perjumpaan Yesus dengan ahli Taurat bukanlah suatu kebetulan, tetapi tujuan mereka adalah untuk mengawasi bilamana Yesus melakukan kesalahan sehingga ada alasan untuk menangkap dan mendakwa-Nya sebagai penista agama Yahudi. Kemudian seorang ahli Taurat maju dengan per-tanyaan yang ingin mencobai Yesus, bukan dengan maksud untuk meminta pencerahan ilahi. “Guru, apa yang harus kuperbuat untuk memperoleh hidup yang kekal?” Yesus bukan tidak tahu maksud tujuan sang ahli Taurat, tetapi dengan sigapnya Yesus mengarahkan pertanyaan ahli Taurat tersebut dengan pertanyaan “Apa yang tertulis dalam hukum Taurat? Apa yang kau baca di sana?”

Dengan lugas dan fasih sang ahli Taurat, yang sama dengan semua orang Yahudi saleh lainnya pasti tahu intisari dari 10 Hukum Taurat, segera menjawab: “Kasihilah Tuhan Allahmu dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan kekuatanmu dan dengan segenap akal budimu dan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri”

Setelah mendengar jawaban Yesus, si ahli Taurat kembali mengajukan satu pertanyaan, untuk meminta penegasan Yesus, siapakah sesama manusia itu? Hukum Taurat secara tegas menjelaskan bahwa sesama manusia, mencakup aspek holistik, mencakup semua manusia yang ada di dunia ini, semua orang tanpa pandang bulu. Karena semua manusia diciptakan oleh Allah. Akan tetapi para guru agama Yahudi, ahli Taurat membelokkan pemahaman bahwa sesama manu-sia yang menyeluruh itu, terbatas hanyalah sesama suku bangsa Yahudi.

Maka mulailah Yesus menceritakan kisah yang sangat luar biasa menyentuh ini: Adalah seorang yang turun dari Yerusalem menuju ke Yerikho, di tengah perjalanan ia dirampok dan dipukuli sampai hampir mati. Dalam keadaan sekarat tiada berdaya, tiba-tiba munculah seorang imam Yahudi, hmm…mungkin ia akan segera mendapat pertolongan. Akan tetapi betapa ironis respon sang imam, hanya melewati orang tersebut. Selanjutnya, harapan datang melalui kehadiran seorang Lewi yang juga lewat di tempat tersebut. Akan tetapi responnya juga sama. Ia bahkan jalan jauh-jauh tidak ingin mendekat untuk melihat kondisi orang tersebut.

Orang tersebut diabaikan oleh orang-orang yang seharusnya menjadi sahabat-sahabatnya, yang bukan saja sebangsa dan seagama, tetapi juga seorang imam dan yang satu lagi seorang Lewi, tokoh-tokoh masyarakat dengan kedudukan penting. Mereka bahkan dianggap suci. Tugas mereka mewajibkan mereka harus bersikap lemah-lembut dan penuh belas kasihan.

Kemudian datanglah seorang Samaria lewat di situ. Responnya sungguh di luar dugaan. Sebab orang Samaria dicap sebagai bangsa yang najis, jahat dan berdosa. Orang Yahudi tidak boleh bergaul apalagi bersentuhan dengan mereka. Orang Samaria mungkin tidak melakukan aktifitas rohani seperti orang Yahudi mereka tidak memahami konsep yang ada dalam Hukum Taurat tentang mengasihi Tuhan dan mengasihi sesama manusia. Yang dilakukannya, oleh Yesus menyebutkan dengan cukup detil setiap tindakannya: mem-bersihkan, membalut dan membawa ke tempat penginapan. Yesus menjelaskan bahwa pertolongan yang diberikan oleh orang Samaria merupakan wujud dari hati yang digerakkan oleh belas kasihan. Bahwa, hati yang berbelas kasihan akan menggerakkan seseorang untuk mendekat kepada orang lain, masuk dan menempatkan diri dalam situasi orang tersebut. Ungkapan yang sama juga dikaitkan dengan tindakan-tindakan Yesus ketika menolong orang-orang yang menderita.

Pesan yang diajarkan Yesus melalui perumpamaan ini, Yesus mau mengatakan bahwa jika mau memperoleh kehidupan kekal maka harus melakukan tindakan kasih kepada sesama kita. Seperti yang digambarkan dalam perumpamaan tentang seorang Samaria, yang jelas bukan termasuk orang Yahudi tetapi dalam membantu sesama tidak memandang siapa yang dibantu. Hal ini pertanda, bahwa Hukum Taurat yang ditegaskan kembali dalam Hukum Kasih, adalah suatu hukum yang tidak lagi eksklusif, melainkan inklusif. Hukum Taurat dalam pandangan Yesus, adalah Hukum Kasih yang me-nyentuh segala macam suku bangsa, termasuk manusia dalam latar belakang budaya masing-masing. Karena itu Yesus hendak mengubah cara pandang ahli Taurat, dari kebiasaan mengkhususkan pribadi dan kelompoknya sendiri, diperbarui dengan melihat dan memberlakukan Hukum Kasih kepada semua orang, termasuk orang Samaria. Inilah aspek kema-jemukan Hukum Kasih yang hendak dinyatakan oleh Yesus. Kemajemukan bukan hanya berfungsi untuk menggambarkan konteks agama yang berbeda, melainkan lebih dari itu. Kemajemukan juga berlaku bagi kehidupan pendidikan, status sosial, suku, ras, etnis dan gender. Dengan perumpamaan ini, Yesus melakukan suatu perombakan, tradisi yang kaku dari orang Yahudi (band. Matius 5:44-48). Selanjutnya menjadi murid Tuhan Yesus, haruslah mentaati perintah-Nya. “Kasih kepada Tuhan dan sesama” dimana keduanya digabungkan untuk melukiskan arah dan jalan menuju kepada kehidupan kekal. Perjumpaan seorang ahli Taurat dengan Yesus mem-buka pintu yang tertutup yakni cara pandang tentang kasih yang sempit; Pergilah, dan perbuatlah demikian!” (Lukas 10:37). Perintah ini merupakan panggilan untuk menunjukkan belas kasihan kepada semua orang. Yesus memberi penger-tian bahwa sesama manusia adalah setiap orang yang membutuhkan bantuan dan pertolongan.

Makna dan Implikasi Firman

Dalam menyambut perayaan Proklamasi NKRI ke 73 tahun (17 Agustus 2018); Masalah Suku, Agama, Ras masih dirasakan di mana ada kecenderungan sikap mementingkan dan membenarkan diri bahkan kelompok semakin nyata di era sekarang ini. Indonesia adalah negara yang kaya dengan budaya bahkan segala potensi alam yang ada. Latarbelakang sosial budaya sering menjadi masalah dalam pelayanan gereja ketika itu tidak dicermati dan disikapi dengan baik. Gereja hadir bukan hanya dalam kata tetapi dalam tindakan nyata. Refleksi dari kisah perjumpaan Yesus dengan ahli Taurat dengan pertanyaan yang diajukan ahli Taurat merupakan suatu hal yang prinsip karena bicara soal hidup kekal. Sikap dan tanggapan Yesus mengenai pertanyaan yang disampaikan, mengajarkan juga kepada kita bahwa “Hidup ber-sama untuk bersama hidup” hendaklah dilakukan dengan baik. Tujuan hidup orang Kristen bukan hanya di dunia tetapi sorga kekal “Hidup kekal bersama-Nya”. Jadi bukan berapa lama kita hidup di dunia tapi bagaimana hidup memberi arti dan menjadi berkat. Gereja terpanggil menyuarakan suara kenabian dan menjadi pelopor memelihara hidup harmoni di tengah masyarakat Indonesia dan dunia yang majemuk. Tindakan kasih orang Samaria yang baik hati ini menentang cara berpikir bahkan cara bertindak yang salah pada jaman itu. Dimana antara orang Samaria dan orang Yahudi terdapat semacam permusuhan atau semacam “tembok pemisah”. Orang Samaria dijauhi dan dipandang rendah oleh orang Yahudi, dan tak jarang orang Samaria berlaku tidak bersahabat terhadap orang Yahudi (bdk. Lukas 9:52-53; Yohanes 4:9). Yesus menegaskan dan sekaligus mengajarkan suatu pola berpikir dan sekaligus bersikap yang baru, yaitu pola pikir dan sikap Kristiani yang memancarkan kasih tanpa pandang bulu melalui figur seorang Samaria yang baik hati. Jangan tunda ketika saatnya bisa berbuat baik! Perbuatan baik tidak melihat kepada siapa dan dimana hal itu dilakukan.

PERTANYAAN UNTUK DISKUSI :

  1. Apa maksud perikop bacaan ini bila dikaitkan dengan tema: hidup harmoni dalam kemajemukan ?
  2. Apa saja bentuk-bentuk masalah dalam kehidupan bergereja di Negara Kesatuan Republik Indonesia dan di dunia pada umumnya ?
  3. Bagaimana sikap warga gereja agar dapat hidup harmoni dalam kemajemukan ?

NAS PEMBING: Roma 10:12

POKOK-POKOK DOA:

  • Hidup bersama untuk bersama hidup
  • Gereja yang mempersiapkan umat untuk memiliki kepekaan sosial yang tinggi
  • Pemerintah yang bisa mengayomi masyarakat di dalamnya umat/gereja.

TATA IBADAH YANG DIUSULKAN

HARI MINGGU BENTUK I

NYANYIAN YANG DIUSULKAN :

Persiapan : KJ No. 17 Tuhan Allah Hadir

Ses Nas Pembimbing: NNBT No 2 Dunia Tercipta Oleh Kar’na Tuhan-Mu

Pengakuan Dosa : NNBT No 32 Dunia S’makin Berkabut

Pemberitaan Anugerah Allah : KJ No. 40 Ajaib Benar Anugerah

Pengakuan Iman : NNBT No 13 Ya Allah Bapa, Ya Yesus Tuhan

Hukum Tuhan : KJ No.178 Kar’na Kasih-Nya Padaku

Persembahan : NNBT No 15 Hai Seluruh Umat Tuhan

Penutup : Hidup Ini Adalah Kesempatan

ATRIBUT:

Warna dasar hijau dengan simbol salib dan perahu di atas gelombang.