TEMA BULANAN: “Pemulihan Dunia”
TEMA MINGGUAN: “Bumi adalah Ciptaan Tuhan”
Bahan Alkitab : Kisah Para Rasul 17:22-34
ALASAN PEMILIHAN TEMA
Dalam usaha mencari dan menemukan “yang ilahi” manusia seringkali menggambarkan Allah sebagai yang lebih hebat, lebih kuat, berkuasa, mempengaruhi dan menentukan kehi-dupan manusia serta ciptaan lainnya. Itulah sebabnya, per-sonifikasi terhadap “yang ilahi” amat ditentukan oleh kebu-dayaan dan kemampuan imajinasi pikiran manusia tentang rupa, wajah dan wujud dari “yang ilahi” itu. Karenanya beragam latar belakang budaya, bangsa, suku dan bahasa dalam kehidupan manusia, ditemukan kenyataan akan model model “yang ilahi” dalam keanekaragaman bentuk.
Namun dalam tulisan Lukas pada kitab Kisah Para Rasul pasal 17:24, Paulus menegaskan bahwa tentang “yang ilahi”, bukanlah seperti apa yang dipikirkan dan karena itu dapat dibentuk oleh tangan manusia, melainkan Dia-lah Allah yang justeru adalah pencipta dan pemilik seluruh ciptaan, baik yang ada di bumi maupun di langit. Oleh karena itu tema “Bumi adalah Ciptaan Tuhan” merupakan pernyataan iman Kristen yang memberi pandangan berbeda tentang siapa “yang ilahi” itu. Pertama, Dia bukan ciptaan melainkan pencipta. Sebab itu, tak ada satupun gambaran ciptaan manu-sia yang dapat mewakili-Nya. Dia tidak dimiliki melainkan pemilik segala sesuatu yang ada. Kedua, maka dari itu, “yang ilahi” bukan ditemukan dalam upaya pencarian manusia, melainkan Dia sendiri yang mencari dan menemukan manu-sia, Dia bukan dipilih untuk dipercaya, justru Dia-lah yang memilih orang-orang yang percaya kepada-Nya. (bnd. Yohanes 15:16)
PEMBAHASAN TEMATIS
Pembahasan Teks Alkitab (Exegese)
Kitab Kisah Para Rasul oleh para ahli teologi Perjanjian Baru sering disebut juga sebagai kisah Roh Kudus. Hal ini bukan tanpa alasan. Sebab jiwa seluruh tulisan dalam kitab kisah para rasul menceritakan tentang peran sentral Roh Kudus yang menuntun para Rasul mulai dari peristiwa kenaikan Yesus ke sorga sampai pada pemberitaan Injil ke “seluruh dunia’” oleh para rasul terutama Paulus. Kitab ini ditulis oleh Lukas sebagai kelanjutan dari Injil Lukas. Sebagai generasi ke dua atau ke tiga yang tidak mengalami dan menyaksikan Yesus ketika berkarya di dunia maka Lukas sangat bergantung pada mereka yang menjadi saksi mata yaitu murid-murid Yesus sebagai generasi yang pertama lewat tradisi, khotbah dan nasehat.
Kitab ini ditulis dalam rangka membangun iman para pembacanya untuk bersaksi bagi Kristus, kapanpun dan dimanapun waktu dan tempatnya. Kisah Para Rasul 17:22-34 menceritakan tentang Paulus di Atena dalam misi pekabaran injil yang ke dua. Kehadirannya di Atena tidak direncanakan, sebab secara terburu buru ia meninggalkan Berea (bnd. Kisah Para Rasul 17:15) setelah diusir dari Filipi dan Tesalonika. Namun yang menarik dimanapun Paulus berada, gairahnya untuk memberitakan Injil Kristus selalu berkobar-kobar (Kisah Para Rasul 17:16-17.)
Di hadapan sidang majelis Areopagus – secara harafiah berasal dari kata “Areios Pagos”, atau bukit Ares menunjuk pada dewa perang Yunani, suatu bukit kecil di sebelah barat laut Akropolis di Atena Paulus mempertanggung jawabkan imannya kepada Kristus. Aeropagus sebuah lem-baga yang memiliki wibawa dan kuasa terutama dalam perkara moral dan agama, sebab itu seorang pemberita ajaran dewa dewa asing (Kisah Para Rasul 17:18) akan dibawa dihadapannya.
Paulus secara kontekstual memberitakan Injil dengan mempergunakan apa yang dimengerti dan dipahami khalayak ramai sebagai media/alat pemberitaan “kepada Allah yang tidak dikenal” (ay 23) dari situ ia memperkenalkan siapa “Allah yang tidak dikenal” itu. Ia adalah pencipta langit dan bumi serta segala isinya (ay 24), pemberi nafas kehidupan dan segala sesuatu, yang tidak dilayani oleh tangan manusia (ay 25). Yang menjadikan semua bangsa dan manusia, serta menentukan musim dan batas mereka (ay 26).
Sebab itu dalam upaya mencari untuk menjamah dan menemukan yang ilahi (ay 27) Paulus mendorong agar manusia sadar bahwa “kita ini dari keturunan Allah juga” (ay 28) oleh karena itu yang ilahi tidak sama seperti emas, perak atau batu, ciptaan kesenian dan keahlian manusia (ay 29). Atas dasar inilah Paulus mendorong, agar pertobatan terjadi dalam kehidupan manusia pada cara mereka menyembah yang ilahi. (ay 30). Karena akan datang hari penghakiman melalui Dia yang bangkit dari antara orang mati (ay 31).
Pernyataan iman Paulus tentang kebangkitan orang mati menimbulkan reaksi penolakan oleh sebagian besar anggota majelis Aeropagus yang kebanyakan terdiri dari golongan Epikuros dengan pandangan mereka tentang ajaran yang berpusat pada kese-nangan hidup, meskipun kesenangan ini bukanlah menunjuk pada kesenangan fisik melainkan kesenangan pikiran. Filsafat Epikuros yang mengatakan “marilah kita makan dan minum, sebab besok kita akan mati” menyangkal harapan akan ke-bangkitan orang mati.
Juga golongan Stoa yang memandang kepercayaan kepada yang ilahi bersifat abstrak dan manusia berasal dari sana sebab itu jika ia mati ia akan kembali kepada yang ilahi dan bersama akan binasa dengan alam semesta, sebab itu kebahagian menurut golongan ini bergantung pada penalaran manusia dalam menyelaraskan kehidupan dengan seluruh hukum yang mengatur alam semesta. Maka kebang-kitan orang mati adalah sesuatu yang tidak berarti dan sepele (ay 32).
Namun demikian pemberitaan akan kebenaran Injil Kristus tidak akan pernah kembali dengan sia-sia, terbukti bahwa beberapa orang laki-laki dan perempuan diantaranya Dionesius anggota majelis Aeropagus dan Damaris menjadi percaya kepada Kristus (ay 34).
Makna dan Implikasi Firman
Menarik untuk dipahami, bahwa lewat bagian firman Tuhan ini kita belajar:
- Kesiapan dan kesediaan untuk memberitakan firman Tuhan yang tidak tergantung pada situasi dan kondisi yang kita hadapi, sebaliknya orang percaya harus mampu mempertanggungjawabkan iman-nya pada setiap waktu dalam keadaan apapun.
Mustahil menyembah yang ilahi dengan tidak dikenal, penyem-bahan yang benar adalah sebuah relasi. Kita tidak dapat menyembah Tuhan tanpa mengenal-Nya, sebab dalam hubungan ini yang menyembah dan disembah saling mengenal. Karena itu sikap kita dalam menyembah Tuhan tentu harus selalu disertai akan pengenalan yang benar kepada Tuhan.
- Identitas Allah sebagai pencipta secara radikal membedakan diri-Nya dengan ciptaan-Nya, sebab itu tidak ada alasan apapun bagi kita untuk menyembah ciptaan sebaik apapun bentuk dan rupanya. Lewat bagian firman ini kita didorong agar menyembah Dia Allah pencipta. Sementara itu bagi mereka yang memiliki relasi yang tidak benar dalam penyembahannya kepada Tuhan ataupun masih menyembah ciptaan-Nya, maka ada ajakan untuk mengalami pertobatan.
- Kepercayaan tentang kebangkitan adalah sentral dalam iman Kristen namun bagi “yang lain” kebangkitan adalah berita yang sepele dan mustahil. Karena itu kita terpanggil untuk menyak-sikan kebenaran dan kuasa kebangkitan dalam kata dan perbuatan.
- Injil yang diberitakan pasti akan membawa pertobatan, bukan soal jumlah melainkan soal tindakan Allah yang memakai pemberitaan Injil sebagai alat yang membawa pada pertobatan dan keselamatan.
PERTANYAAN UNTUK DISKUSI:
- Apa pemahaman saudara tentang “yang ilahi” menurut bagian firman Tuhan ini ?
- Menurut saudara, bagaimana upaya kontekstualisasi gereja dalam pemberitaan injil saat ini
NAS PEMBIMBING: Yesaya 48 : 18
POKOK-POKOK DOA:
- Doakan setiap pemberitaan Injil yang dilakukan oleh gereja melalui orang percaya di seluruh dunia khususnya di Indonesia.
- Doakan agar pengenalan yang benar akan Allah pencipta terjadi di seluruh dunia
TATA IBADAH YANG DIUSULKAN: HARI MINGGU BENTUK I
NYANYIAN YANG DIUSULKAN:
Panggilan Beribadah: NNBT No. 2 Dunia Tercipta
Nas Pemb/Nyanyian Masuk: NKB No.122 Kuingin Berperangai
Pengakuan Dosa: NKB No. 13 O Allahku Jenguklah Diriku
Berita Anugerah Allah: KJ. No. 40 Ajaib Benar Anugerah
Ses Hukum Tuhan: KJ No.252 Batu Penjuru Gereja
Ses. Pembacaan Alkitab: NKB No. 14 Jadilah Tuhan Kehendak-Mu
Persembahan: KJ. No 289 Tuhan, Pencipta Semesta
Penutup: NNBT No. 34 Tuhanlah Perlindunganku.
ATRIBUT:
Warna dasar hijau dengan simbol salib dan perahu di atas gelombang.