TEMA BULANAN : “Keluarga Sebagai Pangkalan Misi”
TEMA MINGGUAN : “Persembahan yang Berkenan Pada Tuhan”
BACAAN ALKITAB: Kejadian 4:1-16
ALASAN PEMILIHAN TEMA
Persembahan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia memiliki arti hadiah, pemberian kepada orang yang terhormat. Dalam tradisi umat Perjanjian Lama, setiap kali umat Allah datang menghadap hadirat Tuhan (beribadah), mereka selalu membawa “korban” atau persembahan kepada Tuhan. Hal ini dilakukan sesuai perintah Tuhan bahwa setiap orang yang datang menghadap Tuhan, janganlah ia menghadap dengan tangan hampa, tetapi masing-masing membawa persembahan sesuai dengan berkat yang diberikan Tuhan kepadanya. (Bnd, Ulangan 16: 16-17). Pemberian persembahan harus yang terbaik, tidak cacat atau sesuatu yang buruk. Persembahan juga dihubungkan untuk kebebasan atau keselamatan jiwa dengan hati yang tergerak dan terbuka.
Persembahan tidak hanya dipahami sebagai kewajiban berupa persembahan persepuluhan, bulanan, tahunan, syukur dan lain sebagainya, tetapi lebih dari pemberian ’sukarela’ yang dilandasi dengan iman yang benar kepada Tuhan. Motivasi yang benar untuk memberikan yang terbaik bagi Tuhan dan kesediaan untuk berkorban dan menyangkal diri seperti yang dilakukan Kristus dalam mempersembahkan dirinya untuk keselamatan dunia ini. Persembahan diarahkan dalam visi dan motivasi yang berhubungan dengan Tuhan, serta seluruh hidup yang dipakai untuk mempermuliakan Tuhan Yesus. Persembahan diberikan dengan kesadaran bahwa segala sesuatu diperoleh dari, oleh dan kepada Dia. Disitulah makna persembahan yang sesungguhnya, yaitu ketaatan, kesetiaan kita kepada Tuhan. Karena itu tema minggu ini adalah “Persembahan Yang Berkenan Pada Tuhan”
PEMBAHASAN TEMATIS
Pembahasan Teks Alkitab (Exegese)
Kejadian dalam septuaginta berbahasa Yunani; Γένεσις, genesis; “permulaan”(Ibr.:בראשית“beresit“ pada mulanya. Tema kitab Kejadian: manusia tidak sempurna tanpa Allah. Kitab ini ditulis +tahun 1440-1400 SM, ketika Musa memimpin bangsa Israel keluar dari Mesir. Kejadian pasal 1-11 merupakan pendahuluan isi Alkitab dengan latar belakang tanah dan kebudayaan Mesopotamia yang menekankan susunan narasi dengan pusat perhatian pada tokoh-tokoh seperti Adam, Habel, Nuh, Abraham, Ishak, Yakub dan Yusuf.
Cerita Kain dan Habel ada beberapa hal yang menonjol, yakni perbedaan korban persembahan (ayat 3-4), dosa yang mengancam di hadapan manusia (ayat 7), darah yang berseru dari dalam tanah (ayat 11), dan tanda yang diberikan kepada Kain (ayat 14). Konflik yang terjadi dalam naskah ini, adalah penolakan persembahan Kain oleh TUHAN dan Kain yang membunuh adiknya Habel. Kain (Ibrani.qayin, gãnâ artinya “memperoleh” atau “mendapatkan”, memiliki, menguasai, harta benda). Bahasa Arab (“sebuah tombak” atau “seorang pandai besi”). Habel (Ibrani. Hebel, ibel artinya “napas yang berlalu” atau “uap” arus udara, hidup, kehidupan). Habel merupakan pencetus kehidupan beternak (penjaga domba ) sedangkan Kain mengikuti jejak ayahnya mengusahakan pertanian (penggarap tanah). Kurban persembahan (minhâ) masing-masing membawa persembahan khusus kepada Tuhan yang tidak disebutkan adanya mezbah atau tempat ibadah. Minhâ tersebut, sebagai-mana dikenal orang kuno, berfungsi untuk mengungkapkan rasa terima kasih, berdamai dengan Tuhan dan untuk mengiringi ibadah. Kisah tentang penyembahan pertama dalam sejarah umat manusia untuk beribadah, bahwa umat harus membawa sesuatu miliknya sendiri untuk dipersembahkan kepada Tuhan.
Persembahan Habel diterima karena iman, ketaatan, kesetiaan, kerelaan, perkataan, perbuatan dan pemberian korban bakaran (Ibrani 11:4). Habel beriman, Kain tidak (bnd Ibrani 11:6), Habel hidup baik, Kain hidup jahat, Habel memberikan yang terbaik sedangkan Kain asal saja memberi. Iman Habel menumbuhkan motivasi yang dipandang baik (bersih, murni, tulus) oleh TUHAN (Matius 23:35), yang ketika ia sudah matipun darahnya masih berteriak (Ibrani 12:24). Kain memiliki motivasi yang tidak baik ketika ia memberikan persembahan kepada TUHAN (bnd. Matius 15:19) yang mendorong ia untuk membunuh Habel.
Kemarahan atau hati yang panas mengakibatkan rusaknya hubungan, pemukulan, bahkan pembunuhan. Kemarahan janganlah sampai manusia berbuat dosa (Efesus 4 :9-12, 26). Kain memiliki rasa iri hati kepada saudaranya, bahkan membunuh saudaranya sendiri. Setelah Kain membunuh Habel, Allah menanyakan keberadaan Habel, Allah bersikap seakan-akan tidak mengetahui apa yang dilakukan oleh Kain terhadap Habel, Allah ingin pengakuan dari Kain, tetapi jawaban dari Kain tidaklah sesuai dengan apa yang dilakukan oleh Kain terhadap Habel, Kain bersikap tidak tahu apa-apa tentang Habel. Allah menggambarkan dosa sebagai kekuatan menggoda, seperti binatang buas, yang siap menerkam dan menelan. Namun, Allah juga dengan kasih karunia-Nya memberikan kemampuan untuk melawan dan menolak dosa dengan tunduk pada firman-Nya. Manusialah yang memilih apakah mereka akan menyerah kepada dosa atau mengalahkannya (bnd. Roma 6:1-23). Pandangan budaya ketika itu, kehidupan manusia terletak pada darah yang ditumpahkan menurut balas-dendam dan biasanya tempat penumpahan darah ditutupi. Setelah gagal dalam pergumulan mengalahkan emosi, Kain mendapati dirinya berada di dalam kekuasaan dari suatu kekuatan yang mengendalikan dia sepenuhnya. Tuhan Allah berharap untuk memperoleh sebuah pengakuan dosa dari Kain untuk mempersiapkan jalan bagi pencurahan kemurahan dan pengampunan dosa sepenuhnya. Sekalipun Kain berbuat dosa dengan sengaja, tetapi ia ternyata dikejar Allah yang penuh kasih karunia. Sebaliknya tindakan yang memalukan, dengan marah dan menantang, Kain menjawab pertanyaan Allah dan tidak menghormati Allah, karena dosa sudah mencengkeram dirinya.
Kutukan terhadap pembunuh itu yakni pengusiran ke padang gurun yang tidak menghasilkan apa-apa karena kematian Habel. Tanah, akan bermusuhan dengan pembunuh itu sehingga dia tidak akan memperoleh makanan dengan mengelola tanah. Kain diusir dari wilayah kedaulatan Tuhan dan tidak tinggal lagi dalam perdamaian dan kesejahteraan daerah kekuasaan Tuhan. Kain berada di negeri yang gersang, mengembara dalam kelelahan dan keputusasaan. Ketidakpastian, keresahan, perjuangan keras, kesalahan dan ketakutan, akan merupakan “pendamping” tetapnya. Pelarian Kain seperti terhuyung-huyung, sempoyongan, tertatih-tatih tanpa kepastian masa depan. Kutuk yang berikut yaitu; tanah yang diusahakan tidak akan memberikan hasil sepenuhnya kepada Kain. Sebagaimana tanah yang telah menjadi saksi akan kejahatan yang dilakukan oleh Kain terhadap adiknya. Akibat dosa, Kain harus terusir dari daerah tersebut. Dia tidak merendahkan diri dalam penyesalan dan pertobatan, tetapi memisahkan diri dari Tuhan dan berusaha untuk hidup tanpa pertolongan Allah. Ketakutan dan kemurungan menguasai orang berdosa ketika dia memikirkan berbagai bahaya yang akan dialaminya. Kain membayangkan berbagai musuh kejam yang akan membunuhnya. Di dalam ketakutannya dia yakin bahwa kehancuran pasti akan dialami olehnya, sebab dia merasa bahwa dirinya akan sepenuhnya berada di luar lingkaran penjagaan Allah. Tetapi Tuhan Allah tetap menunjukkan kasih setia-Nya yang berlimpah, kepada Kain yang adalah milik-Nya, dan menjaganya serta melindunginya di tempat pengembaraan Nod.
Makna dan Implikasi Firman
Ketaatan setiap orang percaya kepada Tuhan akan menentukan apakah persembahan itu berkenan kepada Tuhan atau tidak. Apa yang kita kerjakan (ibadah, pelayanan) dan persembahan (waktu, tenaga, pikiran, bahkan materi) yang kita berikan kepada Tuhan adalah harapan agar diterima dan tidak menjadi sia-sia dihadapan Tuhan. Kita tidak sekedar berbangga jika kita telah memberikan persembahan bagi pekerjaan Tuhan atau bahkan menjadi donatur bagi gereja bila hal itu semata-mata untuk menutupi dosa-dosa kita.
Persembahan Habel yang diterima Allah karena persembahan yang terbaik dan yang berkenan kepada-Nya. Persembahan yang diindahkan Tuhan adalah persembahan yang seimbang, antara kehidupan kita yang baik dan persembahan kita. Bagaimana mengukur persembahan yang baik, tentunya Tuhan memiliki penilaian tersendiri, untuk memilih persembahan mana yang diterima, dan mana yang ditolak. Tugas dan kewajiban sebagai orang percaya adalah memberikan yang terbaik bagi Tuhan. Persembahan yang terbaik, adalah persembahan yang berasal dari jerih lelah, pengorbanan serta perjuangan hidup dengan nilai-nilai kejujuran, kebenaran dan kesetiaan. Persembahan kepada Tuhan yang terbaik yang kita berikan, bukanlah berasal dari hasil korupsi, pencurian, seks komersial, perjudian, togel atau kejahatan lainnya. Memberi bagi Tuhan, bukan berarti sebatas pada materi saja, namun memberi waktu kita, tenaga, pikiran, dan sebagainya. Memberi yang terbaik dengan menjaga hati dengan tidak melakukan kesalahan atau dosa agar hidup kita berkenan kepada Tuhan.
Korban penebusan melalui hewan di zaman Perjanjian Lama, telah disempurnakan dalam Perjanjian Baru, Allah mengutus Yesus dalam dunia sebagai Anak Domba Allah untuk korban penghapus dosa manusia. Jadi yang harus dilakukan orang yang percaya adalah menyerahkan seluruh hidupnya kepada Tuhan sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah ( Roma 12 :1).
Allah mengetahui kedalaman setiap hati manusia, ketika kita melihat kemajuan orang lain, janganlah kita menjadi panas hati melainkan turut bersuka cita, agar kita dapat belajar dari keberhasilannya. Tetaplah rendah hati dan buanglah segala sikap iri hati dan cemburu karena karakter tersebut dapat meng-akibatkan dosa-dosa lain.
PERTANYAAN UNTUK DISKUSI:
- Jelaskan persembahan yang berkenan kepada Tuhan menurut Kejadian 4:1-16?
- Apa arti dari persembahan dan mengapa kita memberikan persembahan?
- Menurut saudara, apakah memberi persembahan tergantung dari jumlahnya (kuantitas) atau mutunya (kualitas)?
NAS PEMBIMBING:
Matius 5:23-24
PKOK-POKOK DOA:
- Persembahan yang berkenan kepada Tuhan.
- Memberikan persembahan dari hasil pekerjaan yang jujur.
- Bertekun dalam doa dan pekerjaan.
- Ikatan persaudaraan diantara keluarga semakin kuat.
- Jauhkan dari bencana di tengah-tengah keluarga.
- Memohon perlindungan Tuhan dalam perjalanan kehidupan.
TATA IBADAH YANG DIUSULKAN
HARI MINGGU BENTUK I.
NYANYIAN YANG DIUSULKAN
Panggilan Beribadah: KJ.No. 1 Haleluya
Ses Nas Pemb: PKJ No.146 Bawa Persembahanmu
Pengakuan Dosa: NKB No.19 Dalam Lautan Yang Kelam.
Pemberitaan Anugerah Allah: NKB No.199 Sudahkah Yang Terbaik Kuberikan
Ses Pengakuan Iman: KJ No. 38 T’lah Kutemukan Dasar Kuat
Ses Hukum Tuhan: NKB No. 129 Indah Mulia, Bahagia Penuh
Ses Pembacaan Alkitab: NNBT No.12 Diamlah
Persembahan:KJ No. 450 Hidup Kita Yang Benar
Nyanyian Penutup: DSL No. 179 Selaku Orang Pengetam.
ATRIBUT
Warna dasar hijau dengan simbol salib dan perahu di atas gelombang.