MTPJ 9 – 15 Februari 2014

0
1290

TEMA BULANAN : “Keadilan Allah”

TEMA MINGGUAN : “Lingkungan Hidup yang berwawasan Keadilan”

Bahan Alkitab : Ulangan 32 : 1 – 4 ; Wahyu 7 : 1 – 3

 

ALASAN PEMILIHAN TEMA

Lingkungan hidup adalah rumah bersama bagi semua mahklup hidup. Bila lingkungan hidup itu tertata baik maka mahkluk hidup termasuk manusia pasti merasa tentram dan damai. Sebaliknya bila lingkungan hidup itu menjadi rusak maka kehidupan mahkluk hidup menjadi terganggu bahkan terancam. Beberapa peristiwa yang menggambarkan terganggu dan terancam kehidupan mahkluk hidup yang terjadi di mana-mana sekarang ini yakni banjir dan tanah longsor. Hal ini perlu menjadi perenungan dan pembelajaran yang sangat penting bagi

kita. Bahwa alam sekitar harus dipelihara dan dijaga kelestarian, keindaha dan keseimbangannya agar memberi nuansa yang menghidupkan, bukan membawa bencana. Untuk mewujudkan nuansa tersebut maka sikap dan cara pandang terhadap lingkungan hidup harus berwawasan keadilan. Bahwa bukan hanya manusia saja yang berhak hidup tetapi juga tumbuhan dan hewan berhak hidup di “rumah” yang satu ini. Dengan kata lain bukan hanya kepentingan manusia saja yang harus diutamakan dalam mengelola bumi ciptaan ini tetapi kepentingan semua mahkluk hidup dan lingkungan. Itulah sebabnya tema perenungan kita minggu ini adalah : “Lingkungan Hidup yang berwawasan Keadilan”.

 

 

PEMBAHASAN TEMATIS

Pembahasan Teks Alkitab(Exegese)

Menjelang akhir hidupnya yang juga merupakan akhir pelayanannya, dengan penuh kegembiraan Musa menulis sebuah nyanyian dan mengajarkanya kepada orang Israel sesuai perintah Tuhan (Ul 31:19). Nyanyian itu menceritakan tentang kebesaran dan kasih sayang Tuhan Allah atas umat Israel dari pembebasannya di Mesir menuju ke negeri impian tanah Kanaan. Memang nyanyian ini, selain melukiskan ucapan syukur Musa atas pengalaman iman yang dia rasakan, juga merupakan sebuah gugatan pada umat Israel yang tidak setia kepada perjanjian mereka dengan Allah. Mereka selalu memberontak ( 32:15-18). Itulah sebabnya Tuhan Allah terpaksa menghukum mereka (32:19-27). Karena mereka tidak tahu berterima kasih atas segala kebaikan-Nya. Pada satu pihak Ia mengasihi dengan kasih yang tiada batasnya tapi pada pihak lain Ia juga menghukum dengan cara menyembunyikan diri-Nya (32:20). Ia tidak peduli dan membiarkan mereka terserang penyakit, kelaparan dan tertimpa malapetak (32:21-35). Inilah bentuk keadilan Allah.

Musa melukiskan keadilan Allah itu dengan memakai unsur-unsur alam semesta di awal nyanyiannya. “Pasanglah telingamu, hai langit,… dan baiklah bumi…” Menunjukkan abwah syair ini dibuat sebagai pujian dan kesaksian kepada Allah dan penghuni sorga (di langit) serta untuk didengar dan dilakukan oleh umat israle (di bumi). Nyanyian yang mengandung pengajaran ini diharapkan tertanam bermanfaat pada umat Israel, seperti yang digambarkan sercara kiasan : “menitik laksana hujan”, “menetas laksana embun”,”laksana hujan renai ke atas tunas muda”. Kiasan-kiasan ini menggambarkan bagaimana Musa sangat menyayangi dan menyukai nuansa alam. Dalam nuansa yang sejuk, indah dan menghidupkan itu nyatalah kesetiaan dan keadilan Allah yang sempurna. Sebab Allah tidak pernah bohong dan tidak pernah berlaku curang. Keputusan dan perbuatan-Nya selalu benar dan adil. Langit dan bumi dengan segala isinya menjadi saksi bagaimana Allah menata semua unsur secara seimbang dan adil sehingga menjamin kehidupan bagi mahkluk hidup. Ia berkuasa atas ciptaan-Nya, seperti yang dinyatakan juga melalui kelima malaikat dalam Wahyu 7:1-3. Empat malaikat berdiri menahan angin pada keempat penjuru bumi (Wahyu 7:1) dan satu malaikat (malaikat kelima) yang meminta kepada keempat malaikat untuk menahan pengrusakan terhadap bumi, laut dan pohon-pohonan.

Bahwa hujan dan angin, demikian juga unsru-unsur alam lainnya adalah ciptaan Tuhan. Allah behak dan berkuasa mengendalikan unsur-unsur ala mini untuk segala rencana dan kehendak-Nya. Ia memberikan hujan dan embun untuk menyejukkan dan menumbuhkan tunas-tunas baru sehingga berlangsung kehidupan yang berkesinambungan, tetapi juga Ia dapat mengirimkan angin untuk menghancurkan dan merusak bumi dan laut ( Wahyu 7:2). Semuanya bergantung pada kehendak-Nya. Bahwa ketaatan dan kesetiaan kita kepada Allah yang menghidupkan. Dan unsur-unsur alam seperti; tanah, hujan, angin, panas matahari, dll. Benar-benar menjadi lingkungan yang memberikan kesejukan dan kehidupan yang tidak membawa kerusakan apalagi bencana.

 

Makna dan Implikasi Firman

Tuhan Allah memberikan alam lingkungan yang indah dan sehat untuk menjadi tempat kehidupan manusia dan mahkluk hidup lainya. Ada hujan untuk memnuhi kebutuhan air, ada panas matahari untuk memberi kehangatan; ada angin untuk menambah kesejukan dan ada unsur-unsur alam lainnya dengan fungsi dan manfaat masing-masing bagi kesinambungan kehidupan. Semuanya tercipta sercara seimbang, adil dan saling ketergantunga. Akhir-akhir ini lingkungan alam yang seharusnya memberi  nuansa asri, segar dan sejuk, justru sering menimbulkan masalah, malapetaka bahkan bencana. Setiap musim hujan selalu terjadi banji. Sungai-sungai tidak mampu lagi menampung luapan air, mengakibatkan rumah-rumah dan penduduk sepanjang daerah alirang sungai terseret banjir sehingga menimbulkan kerusakan yang cukup parah bahkan korban jiwa. Demikian juga dengan tanah longsor yang terjadi pada beberapa kawasan di perbukitan telah menimbulkan kerugian yang sangat besar dan jatuhnya korban jiwa. Juga, cuaca ekstrim yang sekarang banyak kali terjadi, sangat menggangu aktifitas kehidupan manusia, menimbulkan kerugian material seperti pohon-pohon tumbang dan menimpa pemukiman warga, merusakkan jaringan aliran listrik, PDAM, dan telekomunikasi. Selain itu, secara global kerusakan lingkungan. Pencemaran udara dan air, punahnya beberapa jenis species tanaman dan binatang, menurunnya tingkat kesuburan tanah dan menipisnya sumber-sumber energy.

Kita  memahami dan menyadari secara iman bawah, alam semesta dengan semua unsur dan kekayaan di dalamnya dijadikan oleh Firman Allah (Wahyu 11:3). Dan segala sesuatu yang Ia jadikan adalah baik (Kej 1:31a). semuanya digunakan untuk kesejahteraan dan kesinambungan kehidupan manusia dan mahkluk hidup lainnya, termasuk kelestarian lingkungan. Tetapi seperti bangsa Israel yang sering bersikap memberontak melawan Allah dan karena itu Allah terpaksa memberontak melawan Allah dan karena itu Allah terpaksa menghukum mereka, demikian juga banyak perilaku manusia yang merusak lingkungan seperti penggundulan hutan, membuang sampah seenaknya; yang mengakibatkan terjadinya banjir, erosi, tanah longsor, kemerosotan struktur tanah, dll. Semua itu pada akhirnya hanya mendatangkan penyakit, kerugian dan bencana bagi manusia.
Bahwa manusia yang diberi mandate untuk menguasai dan mengelola lingkungan alam harus sabar, bertobat dan lebih bertanggung jawab. Hentikan sikap merusak dan lalai ! Ganti dengan sikap merawat, menjaga dan mencintai lingkungan supaya bukan bencana yang terjadi tetapi berkat yang datang.

 

PERTANYAAN DISKUSI

-Jelaskan bentuk-bentuk keadilan Allah bagi lingkungan hidup berdasarkan teks bacaan.

-Mengapa kita harus kuatir dan takut terhadap resiko yang ditimbulkan akibat bencana dari kerusakan lingkungan.

-Daftarkan usaha-usaha konkrit yang dapat dilakukan untuk menjaga kelestarian lingkungan

NAS PEMBIMBING : Mazmur 19 : 2

 

POKOK-POKOK DOA

-Berdoa untuk terciptanya lingkungan yang sehat, adil dan indah agar terjamin kehidupan.

-Berdoa supaya jangan lagi ada aksi-aksi yang merusak lingkungan tetapi akan muncul semangat untuk merawat dan mencintai lingkungan.

 

TATA IBADAH YANG DIUSULKAN: HARI MINGGU BENTUK II

NYANYIAN YANG DIUSULKAN:

          Persiapan : KJ No. 289

          Ses Nas Pembimbing : NNBT No. 3

          Pengakuan Dosa : “Oh Tuhan yang Maha Kuasa”

          Pengampunan Dosa : “Bertobatlah”

          Persembahan : KJ No. 428

          Nyanyian Penutup : NNBT No. 43

 

ATRIBUT YANG DIGUNAKAN :

Warna dasar hijau dengan symbol salib dan perahu di atas gelombang.