Beranda Renungan Harian Keluarga Paskah II, 6 April 2015

Paskah II, 6 April 2015

0
2237

TEMA MINGGUAN: “Percaya Berharap dan Berkarya dalam Kemenangan Kristus”
Bahan Alkitab: Roma 4:18-25

Saudara-saudaraku yang dikasihi Tuhan,

Hari ini, pemuda Kristen memaknai  kehadirannya di tengah-tengah dunia sambil memahami arti kemenangan yang dinyatakan Kristus. Betapa sangat berharganya orang percaya ketika mengalami kemurahan Allah melalui Yesus. Dukacita diubah menjadi sukacita. Ketidakberdayaan diubah menjadi kemenangan. Inilah kabar baik. Dosa telah dikalahkan, Kristus menang.

Saudaraku, tentu kita lebih menyukai cerita pengorbanan Yesus di kayu salib, di bandingkan dengan cerita manusia pertama yang jatuh ke dalam dosa. Kita berterima kasih atas karya agung Yesus terhadap dunia. Namun sering kita menyalahkan manusia pertama yang merusak tatanan kehidupan dunia.  Jika difilmkan, Adam dan Hawa kita golong kan sebagai tokoh antagonis. Sedangkan Yesus adalah  pahlawan penyelamat.

Kita menyadari perbedaan mendasar di antara keduanya. Jika manusia pertama mengawali hidupnya untuk mencari pengetahuan sendiri, maka Yesus memulai kehidupannya dengan berserah kepada Tuhan. Ia yakin bahwa Allah adalah seorang ayah yang tak akan membiarkan anaknya menderita dengan sia-sia. Ia ikhlas menerima kehendak Allah, sekalipun jalan yang Ia tempuh begitu berat.

Yesus berangkat dari satu hal, yaitu percaya. Percaya dulu baru mengerti, bukan mengerti dulu, baru percaya. Tetapi terkadang orang Kristen sering bertindak terbalik. Di mana untuk percaya terhadap sesuatu, kita menuntut penjelasan. Jika ada hal yang tidak kita mengerti, kita tidak akan percaya. Padahal persekutuan indah dengan Allah di dapat saat kita mau mempercayakan iman kita kepada-Nya melalui firman-Nya, sama seperti yang dilakukan Abraham. Betapa Abraham percaya, bahwa Allah akan membuat yang tidak mungkin menjadi mungkin. Saat Abraham sudah menjadi tua dan sulit mendapat keturunan, ia hanya percaya. Maka hadirlah Ishak dalam kehidupannya (Kejadian 17:17). Saat Abraham diperintahkan Allah untuk mempersembahkan Ishak, ia hanya percaya. Allah telah berjanji bahwa anak-anak Abraham akan tinggal di tanah Kanaan. Tetapi bagaimana hal itu dapat terjadi jika Ishak sudah meninggal? Abraham tidak mengerti, tetapi ia tetap menaati Allah. Allah berkata. “Sekarang Aku tahu bahwa engkau beriman kepada-Ku, karena engkau rela menyerahkan anakmu, kepada-Ku.” Demikianlah iman diperhitungkan sebagai kebenaran kepada Abraham.

Melalui Abraham, kita melihat gambaran Alkitab tentang betapa pentingnya iman itu. Dengan iman tidak ada satupun yang tidak dapat kita lakukan. Dengan iman tidak ada istilah “tidak dapat”. Dengan iman semuanya mungkin, sebab tidak ada yang mustahil bagi orang percaya (Markus 9:23). Tanpa iman tidak mungkin orang berkenan kepada Allah.

Saudaraku, iman adalah keyakinan bahwa apa yang kita harapkan pasti terjadi. Iman adalah keyakinan bahwa apa yang tidak kita lihat adalah benar atau benar-benar terjadi. Bila kita hidup dengan iman, kita akan dimungkinkan untuk melakukan hal-hal besar yang melampaui akal atau kemampuan kita. Tetapi demikian iman kita haruslah iman yang tahan uji terhadap segala sesuatu yang kita hadapi dalam hidup ini. Semakin dihantam semakin dalam menghujam. Semakin dibakar dalam api justru semakin murni. Bukan iman yang merengek-rengek dan gampang merajuk. Tetapi iman seperti pohon bambu, bergoyang bila angin agak keras bertiup, tetapi tidak patah. Iman seperti inilah yang pasti menjadi daya tarik utama. Sebab bagaimana mungkin orang tertarik pada iman Kristen, kalau ia tidak melihat iman yang kuat pada orang Kristen itu sendiri? Iman bukan hanya berkoar-koar tapi tunjukkan dan demonstrasikan iman itu dengan jelas.

Saat pemuda Kristen menghayati kemenangan Yesus melalui tindakan iman, maka percaya, berharap dan berkaryalah. Percayalah bahwa kita dapat melakukan hal yang besar dengan campur tangan Allah. Jadilah pemuda Kristen yang memikirkan iman yang dinamis, aktif, mantap dan berani, tapi juga mampu berkarya dalam kehidupan nyata.

Perayaan hari ulang tahun dan selebrasi paskah pemuda GMIM adalah momen di mana kita mempraktikkan semangat kemenangan Kristus. Robert Browing berkata: “Hidup hanya satu kali, matipun hanya satu kali. Berbuatlah sebaik-baiknya. Agar kita bisa hidup sebaik-baiknya, dan mati sebaik-baiknya”. Berbuat sebaik-baiknya berarti hidup dengan penuh makna. Dan hidup yang penuh makna berarti beriman. Kita bisa berguna bagi sesama, bagi masa depan generasi mendatang yang kita bangun mulai saat ini.

Beriman bukanlah hanya sekedar percaya dan berharap tapi berkarya. Tuhan Yesus berkarya dengan salib. Karena salib sering tersembunyi dibalik kharisma seorang pemimpin. Kerendahan hati telah ditukar oleh popularitas sebuah nama besar. Betapa sering salib itu ditelan oleh bangunan gereja yang megah. Kesederhanaan salib lenyap terbungkus oleh segala macam kemewahan dan kemegahan. Betapa sering salib tersembunyi dibalik kemeriahan suatu pesta dan selebrasi. Tempat dimana orang Kristen mengejar kebanggaan.

Di perayaan hari ulang tahun dan selebrasi paskah pemuda GMIM di tahun 2015 ini marilah kita hayati salib dan kebangkitan-Nya dalam hidup kita, berkaryalah dalam kemenangan Kristus. Amin.

TIDAK ADA KOMENTAR

TINGGALKAN KOMENTAR

Please enter your comment!
Please enter your name here