“Kalau spiritual formation itu baik dan prima, tentunya juga leluasa beradaptasi dalam setiap kesempatan dan kondisi”
Pendeta, Figur Eksemplaris
Di lingkungan GMIM, terutama di kalangan pendeta dan pekerja GMIM, siapa yang tak kenal pendeta Marthen Karundeng. Sehari-harinya, pria kelahiran Lansot Tareran 25 Maret 1951 menjalankan tugas sebgai Wakil Sekretaris Badan Pekerja Majelis Sinode yang membidangi Pekerja GMIM.
Ibarat jahe, semakin tua semakin pedas, pendeta Marthen Karundeng makin energik dalam mengemban dan menunaikan tugas-tugas gerejawi.
Pekerjaannya sekarang ini benar-benar membutuhkan tenaga, waktu dan pikiran yang ekstra prima untuk menghandel berbagai dinamika seputar keberadaan ribuan pendeta dan pekerja GMIM yang tersebar 889 jemaat dan 104 wilayah.
Tak hanya itu, pendeta Marthen sekarang ini dipercayakan sebagai ketua umum pelaksanaan vikariat pendeta. Selain energik, suami tercinta Margo Kowel ini dikenal simpel namun berwibawa.Siapa saja yang berjumpa dan bercakap dengannya pasti merasa enjoy dengan suasana percakapan yang serius tapi santai. Tak muluk-muluk atau basa-basi, kata dan keimat yang diucapkannya jelas, tegas dan sederhana sehingga cepat ditangkap dan dimengerti.
Inilah yang diakui sejumlah pendeta dan vikaris mengenai sosok pendeta Marthen Karundeng. Tak salah, sosok low profile yang diteguhkan menjadi pendeta GMIM 17 Juni 1979 ini di setiap kesempatan berhadapan dengan para pendeta, guru agama, vikaris, selalu mengingatkan tentang Spiritual Formation seorang pelayan khusus.
Bukan cuma mengurus penugasan-penugasan ataupun mutasi pendeta dan para pekerja GMIM, ayah dari Pingkan dan Sandy Karundeng ini selalu memikirkan dan menggumuli keberadaan dan peranan pendeta-pendeta GMIM dewasa ini, terutama menyangkut spiritual formation. Sebab masa depan GMIM berada di puncak para pendeta. Meski zaman terus berubah dan pergumulan yang dihadapi gereja datang silih berganti tapi yang terpenting seorang pendeta harus selalu sadar diri sebagai figur eksemplaris.
Mulai dari aspek intelektual hingga penampilan, perilaku, tutur kata, pendeta mutlak menjadi pola anutan. Artinya penampilan pendeta secara langsung maupun tidak langsung memberikan pendidikan bagi siapa saja, termasuk jemaat yang dilayani.
Figur eksemplaris dalam diri dan kepribadian pendeta merupakan salah satu hal yang terpenting, di samping kecakapan memimpin ibadah, berdoa maupun berkhotbah. “Kalau spiritual formation itu baik dan prima, tentunya juga leluasa beradaptasi dalam setiap kesempatan dan kondisi”, kata pendeta Karundeng yang telah memiliki segudang pengalaman sebagai pendeta, ketua jemaat dean ketua wilayah.
Jiwa dan performa Spiritual formation menjadi wajib dan pegangan bagi pendeta, apalagi dalam tugas-tugas keseharian untuk memberikan inspirasi dan membangkitkan semangat sesama pelsus mapun jemaat yang sedang letih lesu karena pergumulan. “Apalagi ketika berhadapan dengan tugas pengembalaan dan pendekatan-pendekatan pastoral yang harus selalu dimaksimalkan oleh setiap pendeta, sebagaimana yang diingatkan terus oleh Ketua Sinode Pdt. Tampi”, kuncinya.
JEJAK TUGAS PELAYANAN PENDETA MARTHEN H. KARUNDENG, S.TH
Vikaris di jemaat Liwutung Ratahan 1 November 1978
Pendeta Jemaat Liwutung Ratahan
Ketua BPMJ Tenga 15 April 1985
Ketua BPMJ Taraitak Langowan II, 1 Juli 1991
Ketua BPMJ Likupang 1 November 1994
Ketua BPMJ Sendangan Kawangkoan 1 Januari 1999
Ketua BPMJ Haleluya Kayuuwi dan Ketua BPMW Kawangkoan II 1 Mare 2005
Anggota BPS GMIM Periode 2005-2010
Ketua BPMJ Bahtera Amongena dan Ketua BPMW Langowan I, 1 Desember 2009
Wakil Sekretaris BPMS, 18 April 2010 – sekarang
Sumber: Majalah DODOKU Edis No. XVII Maret 2012