GMIM.or.id – Bersilahturahmi dengan para pejabat, tokoh masyarakat dan tokoh agama, terutama dengan masyarakat Nyiur Melambai di berbagai Kabupaten/Kota, intens dilakukan Pejabat Gubernur Sulut Soni Sumarsono.
Hal ini diakui Sumarsono ketika mengadakan Audiensi dengan jajaran BPMS GMIM pada Senin, (05/10/2015) di Aula Lantai 3 Kantor Sinode GMIM. Dalam Audiensi yang digelar sejak pukul 19.30 ini, Sumarsono mengungkap, sebagai pendatang di Sulawesi Utara, silahturahmi ini penting baginya. Ia menegaskan, tidak banyak yang dapat dilakukannya dalam waktu singkat sebagai Pejabat Gubernur. Tapi, satu hal yang sangat berkesan bagi Sumarsono adalah pluralisme. “Satu kekaguman saya, soal pluralisme di Sulawesi Utara. Pluralisme dan kerukunan bukan hanya tergambar dari bangunan Mesjid, Gereja Protestan, dan Gereja Katolik yang umumnya nampak berdiri di satu area. Hidup berdampingan dengan damai dan saling membantu, itulah bukti konkrit yang saya lihat,” ungkap Sumarsono.
Pesan penting yang disampaikan Sumarsono dalam Audiensi dengan BPMS GMIM adalah tentang integritas, kejujuran, dan kerja keras. Hal ini, menurut Sumarsono perlu digaris bawahi dan menjadi catatan bagi masyarakat Sulawesi Utara, terutama para tokoh-tokoh agama yang sangat menghargai nilai-nilai pluralisme.
Sumarsono menegaskan, tugas utamanya sebagai Pejabat Gubernur Sulut adalah memastikan Pilkada Serentak di Sulawesi Utara berjalan lancar. “Saya berada disini, dengan tugas utama untuk memastikan pelaksanaan Pilkada Serentak di Sulawesi Utara berjalan lancar. Oleh sebab itu, dalam kunjungan dan tatap muka dengan jajaran BPMS hari ini, saya meminta dukungan dan doa selama memimpin Sulut dalam beberapa bulan kedepan, dan tentunya sinergitas gereja dan pemerintah dalam mensukseskan pelaksanaan Pilkada Serentak pada 9 Desember mendatang,” tutur Sumarsono, seraya menyatakan kekagumannya terhadap budaya Mapalus yang ada di tanah Minahasa.
Dalam Audiensi ini, Sumarsono juga melakukan tanya-jawab dengan jajaran BPMS GMIM seputar Etos Kerja warga Nyiur Melambai. Dalam kesempatan ini, Sumarsono memaparkan, kekayaan alam yang bervariasi dan kaya potensi di Sulawesi Utara menjadi salah satu faktor menurunnya etos kerja masyarakat Sulawesi Utara. “Dibandingkan dengan pulau Jawa, mungkin warga Sulawesi Utara terlalu dimanjakan oleh alam dengan berbagai potensi dan sumber daya yang sangat mudah dikelola,” ungkapnya. Diakuinya, bangsa Indonesia sejak dulu dikenal sebagai bangsa pejuang dan pekerja keras. Contoh praktis adalah lewat kebudayaan masyarakat setempat, ungkap Sumarsono.
Selain itu, menurut Sumarsono, faktor lain adalah kemajuan teknologi, dimana pengaruhnya sangat terasa dalam setiap sendi-sendi kehidupan, baik di bidang keagamaan dan pemerintahan. Hal ini merata ke seluruh pelosok tanah air. Menghadapi semua situasi tersebut, menurut Sumarsono, diperlukan langkah-langkah strategis dari pemerintah setempat. Dinamika yang diakibatkan oleh menurunnya etos kerja di daerah ini perlu disikapi dengan bijak oleh Pemerintah, dan peran serta gereja tidak dapat diabaikan, apalagi di bumi nyiur melambai, yang sangat kental dengan aroma pluralitas, dibandingkan dengan daerah-daerah.
(Penulis dan Foto: Frangki Noldy Lontaan. Editor: Pdt. Janny Ch. Rende, M.Th)