Di tengah dinamika politik bangsa dan negara, peran profetis gereja dipandang makin penting untuk memberikan landasan etis sekaligus turut memberi arah bagi perkembangan negara dan bangsa Indonesia. Gagasan-gagasan inilah yang diangkat dalam seminar bertajuk “Peran Profetis Gereja di Tengah Masyarakat”. Acara bertaraf nasional kerjasama GPI (Gereja Protestan Indonesia) dan GMIM ini dilaksanakan pada 23-25 Juni 2014 di Gereja GMIM Imanuel Ranowangko Wilayah Tanawangko 2.
Para peserta datang dari perutusan 12 Sinode anggota GPI. Saat ini GPI memiliki 12 Gereja Bagian Mandiri, yakni : GMIM, GPM, GMIT, GPIB, GPIBT, GKLB, GPID, GPIG, GPIBK, GPI-Papua, IECC dan GERMITA. Para pembicara, Pdt. DR. Samuel B. Hakh (Ketua Umum GPI), Pdt. John Ruhulesin (Ketua Sinode GPM), Pdt. DR. Jan H. Rapar, Pdt. DR. Sientje Merentek-Abram, Pr. DR. Yong Ohoitimur, DR. Efendy Ghazali (UI), Jendral (Purn) Luhut Panjaitan, DR. Roy Maramis, SH, MH.
Melalui proses diskusi, telah dirumuskan beberapa hasil seminar, pertama, Gereja secara kritis dalam suara kenabiannya selalu berdasarkan hati nurani yang diterangi Roh Kudus. Kedua, Pelayan GPI mampu membaca perkembangan politik terakhir dalam lingkup pelayanan masing-masing gereja sehingga dapat memberikan tanggapan yang tepat. Ketiga, Gereja adalah umat Allah yang dipanggil Allah dalam suatu persekutuan, dan Gereja diutus bersaksi dalam Kristus untuk menjadi garam dan terang dunia. Keempat, dalam menghadapi Pilpres 2014 maka dihimbau janganlah karena Pemilu maka persaudaraan kita menjadi korban, melainkan bersama-sama kita kerjakan tugas kesaksian yang mencerminkan kita tetap bersaudara.
Kegaiatan diawali Ibadah yang dipimpin Sekretaris BPMS Pdt. Hendry C.M. Runtuwene, S.Th, M.Si dan Ibadah Penutup oleh Wakil Ketua Bidang APP Pdt. Arthur R. Rumengan, M.Teol. (ani/heski)