DASAR PEMIKIRAN
Remaja adalah mereka yang dikategorikan berada dalam kisaran usia 13-18 tahun, atau pada umumnya di Indonesia, yang disebut remaja adalah mereka yang tergolong sebagai pelajar di tingkat SLTP dan SLTA. Remaja sebenarnya tidak memiliki tempat yang jelas, mereka sudah tidak termasuk golongan anak-anak, tetapi belum juga dapat diterima secara penuh untuk masuk ke golongan orang dewasa. Remaja berada di antara anak dan orang dewasa, oleh karena itu remaja seringkali dikenal dengan fase “mencari jati diri” atau fase “topan dan badai”. Remaja masih belum mampu mengusai dan memfungsikan secara maksimal fungsi fisik maupun psikisnya. Namun fase remaja merupakan fase perkembangan yang berada pada masa amat potensial, baik dilihat dari aspek kognitif, emosi maupun fisik (Monks Dkk, 1989). Namun di sisi yang lain usia remaja tergolong dalam kelompok usia yang rentan mengalami berbagai persoalan sosial.
Berdasarkan proyeksi penduduk pada tahun 2015 menunjukan bahwa jumlah anak yang berusia antara10-24 tahun di Indonesia mencapai lebih dari 66,0 juta atau 25 % dari jumlah penduduk indonesia 255 juta (Bapenas, Bps, UNFPA 2013). Angka tersebut mengartikan jumlah ini sangat signifikan dalam menggambarkan wajah bangsa, negara dan gereja lima sampai sepuluh tahun mendatang. Seperti yang diketahui bersama, saat ini Indonesia tengah masuk dalam masa bonus demografi. Di mana jumlah penduduk usia produktif lebih banyak dibandingkan usia muda dan lanjut usia. Di Indonesia angkatan kerja usia produktif setiap tahun terus naik, dan proyeksi penduduk pada 2010-2035 menunjukkan bahwa, Indonesia kini memasuki era bonus demografi yang puncaknya diperkirakan akan terjadi sekitar tahun 2028-2030.
Bonus demografi menjadi suatu peluang sekaligus tantangan yang harus dikelola secara baik agar memberikan keuntungan maksimal di masa mendatang. Dalam bidang ketenagakerjaan, bonus demografi harus dimanfaatkan secara optimal melalui peningkatan kualitas sumberdaya manusia (SDM) yang berkualitas. SDM yang berkualitas, yaitu dengan mempersiapkan generasi muda sedini mungkin (sejak remaja) dengan memperkuat karakter diri, skill (keterampilan kerja) dan dilengkapi dengan daya inovasi dan kreatifitas yang baik.
Tantangan diatas tidak dapat dipandang sebelah mata terutama oleh gereja. Gereja perlu mengambil bagian secara aktif turut mempersiapkan generasi muda dalam hal ini remaja-remaja kristen di Indonesia. Di samping itu gereja tidak dapat memungkiri bahwa ada banyak persoalan yang dihadapi oeleh para remaja kristen selain tantangan bonus demografi. Remaja menjadi korban berbagai tindak kekerasan, perilaku beresiko seperti seks bebas, penyalah gunaan narkoba, penyalah gunaan media sosial, menurunnya kepedulian sosial di kalangan remaja, meningkatnya angka putus sekolah dan lain sebagainya. Gereja juga perlu mengambil peran secara aktif mempersiapkan remaja-remaja kristen dalam membangun kesadaran sedini mungkin akan berbagai persoalan yang dialami seperti radikalisme, terorisme, kerusakan lingkungan dengan cara-cara yang kreatif dan sederhana.
Dalam berbagai persidangan Persekutuan-gereja-gereja di Indonesia baik Sidang Raya, Sidang Majelis Pekerja Lengkap, berkali kali ditegaskan bahwa perlunya gereja secara serius memperhatikan generasi muda kristen termasuk para remaja sebagai kader-kader oikoumenis. Kader yang berkarakter oikoumenis, kader yang menyadari akan panggilannya di tengah bangsa baik sebagai warga gereja maupun sebagai warga negara yang baik.
Bagi gereja, eksistensi remaja pada satu pihak ditentukan oleh warga gereja yang berusia dewasa, namun pada pihak lain eksistensi gereja juga ditentukan oleh remaja itu sendiri. Gambaran kondisi dan situasi remaja sekarang ini adalah cermin dari kondisi dan wajah gereja pada masa kini. Remaja bukan sekedar penghias, atau sekedar ornament bagi dinamika pelayanan di gereja. Remaja adalah bagian dari warga gereja yang perlu mendapatkan bagian yang proporsional dalam proses bersekutu.
Selain bonus demografi yang menjadi tantangan bagi gereja dan remaja itu sendiri, ada pula berbagai tantangan lain yang juga masih perlu menjadi perhatian bersama misalnya, terjadinya degradasi moral, menurunnya kepedulian sosial, penyalahgunaan narkoba, pergaulan dan seks bebas, menjadi korban maupun pelaku kekerasan. Tantangan-tantangan ini tidak dapat dihadapi remaja bahkan gereja secara sendiri-sendiri, diperlukan kerjasama, kolaborasi antar gereja-gereja yang berada dibawah naungan PGI maupun dengan berbagai mitra yang concern pada pelayanan bagi remaja. Oleh karena itu, dirasa perlu untuk menyediakan wadah di mana para remaja ini bisa dapat saling belajar dari berbagai pengalaman, bisa saling membangun kerjasama dalam menghadapi tantangan-tantangan yang dihadapi, begitu pula wadah bagi para Pembina Remaja dari berbagai denominasi gereja untuk saling melengkapi. Dalam rangka itulah maka Perkemahan Kreatif PGI 2017 ini menjadi momentum di mana dengan semangat dan kesadaran akan pentingnya kerjasama Oikoumenis, gereja-gereja di Indonesia terkhusus anggota PGI dapat bekerjasama mempersiapkan generasi muda gereja yang kreatif, tangguh, serta mampu menjadi pelopor dalam mewujudkan semangat kebangsaan dan cinta tanah air.
TEMA PKR :
“Tuhan Mengangkat Kita dari Samudera Raya” (bdk. Mazmur 71:20)
SUBTEMA PKR :
“Kreatif, Tangguh, Inovatif Demi Indonesia Jaya”
TUJUAN :
- Memupuk solidaritas remaja gereja dalam menangani dan menghadapi tantangan
- Memandu remaja kristen Indonesia untuk mengenal identitas dan eksistensinya di tengah keluarga, gereja dan masyarakat.
- Memperlengkapi para remaja Kristen dengan nilai-nilai kepemimpinan Kristen, wawasan oikoumenis, dan wawasan kebangsaan dalam merawat keindonesiaan, baik di tingkat lokal, regional maupun nasional.
- Memperlengkapi para remaja Kristen dengan keterampilan yang kreatif dan inovatif untuk digunakan dalam tugas dan pelayanannya di tengah gereja, masyarakat, bangsa dan negara.
- Mengokohkan jejaring oikoumenis di kalangan remaja Kristen di Indonesia agar dapat bersinergi dalam upaya mengembangkan diri, baik di tingkat local, regional maupun nasional.
SASARAN
Hasil yang diharapkan :
- Remaja kristen mengenal dan terlibat aktif dalam pelayanan gereja di tingkat lokal, klasis/distrik, sinodal
- Remaja kristen mengenal dan menyadari identitas dan karakternya sebagai warga gereja namun juga sebagai warga negara Indonesia yang peduli pada lingkungan sekitar
- Remaja kristen menjadi kader-kader remaja kristen yang berintegritas, memiliki wawasan oikoumenis, dan memiliki wawasan kebangsaan
- Remaja kristen belajar menjadi pemimpin muda kristen yang memiliki keterampilan yang kreatif, dan inovative dalam mengembangkan dirinya di tengah tugas dan pelayanannya bagi gereja, masyarakat dan bangsa, baik di tingkat lokal, regional maupun tingkat nasional
- Remaja kristen mampu dan terbiasa berinteraksi dengan teman sebaya dan orang lain dalam rangka membangun jejaring oikoumenis dikalangan orang muda untuk kepentingan kerja-kerja oikoumenis di masa yang akan datang
WAKTU DAN TEMPAT
Hari/tanggal : 26-30 Juni 2017
Tempat : Bumi Perkemahan Lengkoan Lestari GMIM Imanuel Leilem Wilayah Sonder – Sulawesi Utara