Allah Hadir Bagi Kita
Kisah 17 : 25 – 28
Di masyarakat pedesaan Minahasa, kita mungkin masi berjumpa dengan suatu warisan tradisi pertanian yang unik. Misalnya jika musim panen padi atau jagung tiba, para petani mengambil hasil pertama dari panen tersebut mengikatnya dan meletakkan ikatan padi atau jangung itu di tempat tertentu dari bangunan rumah sampai padi atau jangung itu di tempat tertentu dari bangunan rumah sampai sampai padi atau jangung tersebut kering dan rontok dengan sendirinya. Mereka juga akan memegang hari-hari tertentu berdasarkan posisi bulan di langit
atau menandai waktu menamam dan memanen yang tepat. Sambil menanam padi di sawah ibu-ibu akan mendendang lagu-lagu pengharapan dalam bahasa local mereka. Demikian juga saat petani menebar pupuk di sawah sambil membisikkan kata-kata tertentu agar panen berhasil. Inilah ritual petani dalam siklus budaya pertanian. Mereka berjumpa Tuhan dan menggantungkan seluruh harapannya keberhasilan kepada sang pemelihara kehidupan dalam siklus pertanian. Fenomena ini memang tidak umum lagi, tetapi masi ada.
Terhadap fenomena hidup demikian Paulus hadir memberikan penjelasan kepada orang-orang Atena. Bahwa Tuhan yang harus kita cari dan sembah adalah Allah yang mejadikan semua bangsa dan umat manusia. Dia-lah yang menentukan musim-musim bagi kita dan menentukan batas-batas keidaman. Dia tidak jauh dari kita, tetapi sering kita merasa jauh dari-Nya. Allah selalu hadir menyediakan semua yang keluarga butuhkan entah itu musim yan baik, kesukesan dalam karier dan keberhasilan dalam setiap usaha. Dia selalu ada dalam setiap aspek kehidupan kita, untuk melaksanakan rancangan-Nya melalui kita. Dia ada dalam seluruh ciptaan-Nya untuk memberkati kita. Amin
Doa : Ya Bapa, hadirlah terus dalam kehidupan kami, sehingga kelimpahan berkat-Mu menjadi bagian setiap saat. AMin