Kegirangan Memuliakan Tuhan
Lukas 1:44
Manusia pada hakikatnya bersifat utuh. Ia merupakan kesatuan, jasmani dan rohani. Walaupun memiliki keinginan, harapan, keyakinan yang beragam di dalam dirinya, namun semuanya berada di dalam satu kepribadian. Suatu totalitas diri. Kecuali pada keadaan yang tidak normal, manusia diciptakan dalam keserasian dan keutuhan pribadi. Jadi ketika Elisabet mendengar salam Maria, segenap keutuhan dirinya, termasuk bayi dalam kandungannya merespon. “… anak yang dalam rahimku melonjak kegirangan.” Tidak hanya asal merespon, melainkan merespon dengan kegirangan. Apa yang jarang kita mengerti bahwa janin bahkan anak di dalam kandungan pun memiliki bentuk relasi dan komunikasi dengan Tuhan. Sebab ia sendiri memelihara kita sejak dari dalam kandungan.
Tidak ada satupun bagian dari diri kita yang luput dari pandangan Tuhan, dari kuasa dan kendali-Nya. Saat tampil di hadirat Tuhan, dalam ibadah dan doa-doa kita, di tengah perjumpaan yang kita yakini Ia selalu ada, maka kita hadir seutuhnya, segenap diri kita, panca indera kita, semuanya. Oleh karena berilah respon atas kehadiran Tuhan. Janganlah kita mengabaikan kehadiran-Nya. Nyatakanlah sukacita dan kegirangan atas segala kebaikan-Nya bagi kita dan keluarga kita. Bersukacitalah dalam kegirangan menyambut Natal Yesus Kristus. Kegirangan yang kita nyatakan untuk kemuliaan nama Tuhan. Bukan dengan pesta pora, kemabukan, perjudian, dan perkelahian. dsb. Amin.
Doa: Mahabaik Engkau ya Tuhan, untuk sukacita yang kami alami karena anugerah keselamatan yang Engkau beri. Berikanlah kegirangan bagi kami dalam menyambut Natal-Mu yang kudus. Amin.