Supaya Mereka Menjadi Satu
Efesus 5:31
Kita tidak boleh mengartikan bahwa dengan perkawinan, maka seorang laki-laki harus memutuskan ikatan kekerabatan sebe-lumnya. Alkitab menekankan bahwa ikatan perkawinan lebih diutamakan daripada hubungan lainnya, karena di dalamnya ada persatuan yang lebih akrab, antara dua orang yang digagas oleh Allah sendiri, sehingga laki-laki lebih rela meninggalkan orang tua dan bersatu dengan isterinya. Laki-laki yang rela meninggalkan orang tuanya adalah bimbingan Allah sendiri, bukan keinginannya sendiri. Sebab hubungan suami isteri diteguhkan oleh Allah. Allah menolak keterasingan; jangan manusia terasing dengan sesamanya sekaligus terasing dalam persekutuan dengan-Nya. Ia pun memperkenalkan cara seperti apa memulai hubungan tersebut.
Tuntutan Allah dalam perkawinan bukan hanya bagi laki-laki yang akan meninggalkan orang tua, konsekuensinya juga ada pada seorang isteri. Tidak relevan kalau isteri tidak mau meninggalkan orang tuanya, tapi mau bersatu dengan sang suami. Relasi sosial ini diatur sedemikian rupa, agar tidak melahirkan masalah. Intinya bukan “siapa yang meninggalkan” dan “siapa yang ditinggalkan”. Tapi perlu dibangun pema-haman iman yang benar hingga melahirkan kesadaran terhadap semua pihak. Jika suami dan isteri rela meninggalkan orang tua, demikian juga orang tua harus rela ‘melepaskan’ anak-anaknya bahkan dengan sukacita mendukung mereka untuk mandiri dan semakin dewasa. Laki-laki yang pertama-tama meninggalkan orang tuanya, biarlah itu dipahami sebagai rancangan Allah yang patut dipatuhi. Amin.
Doa: Ya Tuhan, biarlah rancangan–Mu semakin digenapi dalam diri kami, ajarlah kami taat hingga layak hidup dalam anugerah–Mu. Amin.