Jauhi kepura- puraan
Roma 12 : 9 – 12
Kepura-puraan identik dengan munafik. Sebuah institusi (lembaga) yang di dalamnya hadir pribadi-pribadi mnafik suda tentu kehilangan cirri otentik dari institusi itu. Menjauhkan kepura-puraan dari sebuah lembaga adalah suatu misi yang wajib karena itu tidak mengherankan apabila lembaga-lembaga swasta dan nasional dimana pun menempatkan intergritas, loyalitas dan kejujuran sebagai fondasi untuk maju ke depan. Sebuah relasi (hubungan) yang dibangun atas dasar kepura-puraan suda tidak akan lenggeng. Cirri utama dari pribadi yang didominasi oleh sikap pura-pura adalah pengkhianat. Tipikal pengkhianat muda ditemukan dalam dunia perpolitikan. Beberapa politisi rela
berganti warna demi tujuan temporal dari kekuasaan.
Pesan rasul Paulus untuk menjauhi kepura-puraan menjadi penting karena sikap ini mengarahkan umat manusia pada relasi yang didsarkan pada pamrih. Relasi yang demikian merupakan kebiasaan orang pada umumnya, namun itu bukan cirri pengikut Kristus. Dalam mempraktekan kasih, tidak boleh berpura-pura. Kasih bersumber dari Kristus. Kristus ketika berkorban untuk umat manusia telah melakukannya tanpa berpura-puraan. Dengan mengajarkan kasih tanpa pamrih, maka tidak ada kejahatan disana, sebaliknya kasih yang dilakukan secara pura-pura suda merupakan kejahatan. Pesan ini apabila dilakukan dengan tekun dan rajin oleh setiap orang Kristen, dan keluarga-keluarga Kristen akan member dorongan untuk mengasihi tanpa pamrih, dan saling menghormati. Di dalam diri pribadi yang tekun mengasihi, roh Allah diam, sehingga kepada mereka dianugerahkan pengharapan, kesabaran dan ketekunan. Amin
Doa : Tuhan Yesus, tolong kami agar kami mampu mempraktekkan kasih tanpa kepura-puraan. Amin