Dilepaskan dari Beban dan Belenggu
Nahum 1:13
Dalam hidup ini ada beban memang yang harus dipikul dan ada belenggu yang memang harus mengikat. Beban apakah itu yang harus dipikul? Itulah beban tanggung jawab. Suami harus memikul beban tanggung jawab menafkahi keluarga, istri harus memikul beban tanggung jawab menolong suami, anak-anak harus memikul beban tanggung jawab menuntut ilmu dengan tekun. Orang Kristen harus memikul beban tanggung jawab pelayanan gereja. Warga negara harus memikul beban tanggung jawab membayar pajak. Lalu soal belenggu, belenggu apa yang memang harus mengikat? Itulah ikatan komitmen suami-istri (komitmen pernikahan), komitmen kerja, komitmen pelayanan dll. Semua beban dan ikatan (belenggu) yang disebut ini adalah beban dan ikatan yang wajar. Bahkan, bukankah semua beban yang wajar itu kita pikul dengan cinta dan semua ikatan yang wajar itu kita jalani dengan rela? Dan apakah kita merasa beban itu berat? Tidak kan, apakah kita merasa ikatan itu sakit? Tidak juga kan? Malah justru beban itu menyenangkan, ikatan itu menyukacitakan. Semua karena cinta. Dengan cinta, seberat apapun beban tanggung jawab dalam keluarga, dan sekuat apapun ikatan komitmen rumah tangga, justru membahagiakan. Betapa senangnya seorang suami menyaksikan anak-istrinya duduk mengitari meja makan bersamanya dan menikmati santapan hasil kerja kerasnya. Senang dan haru bercampur dalam hati. Betapa bahagianya seorang suami yang menjalani hidup bersama isteri yang setia, yang mengikatkan diri pada komitmen pernikahan, padahal sering ditinggal pergi demi menunaikan tugas. Dalam cinta, beban seberat apapun tak’kan pernah terasa berat dan ikatan komitmen sekuat apa pun justru makin menyenangkan.
Tapi ada beban dan belenggu yang tak perlu dipikul dan dijalani, tapi mau tidak mau kita harus memikul dan menja-laninya. Itulah beban pergumulan, dan belenggu ketakberdayaan. Pergumulan sakit payah yang sulit terobati, masalah pemimpin yang tidak adil dan suka menekan di kantor, masalah modal dagang yang raib ditipu orang, belenggu kemiskinan, kebodohan, penindasan dan lain sebagainya. Firman Tuhan yang kita baca ini berkata bahwa Tuhan akan mematahkan gandar (pikulan beban) yang memberati hidup kita, dan memutuskan belenggu-belenggu yang mengikat kita. Artinya dalam keadaan memikul beban pergumulan yang berat, dan terikat oleh kelemahan dan ketakberdayaan, Tuhan mau memberi kelepasan kepada kita. Mintalah dan percayalah kepada pertolongan-Nya. Berpasrahlah pada tangan kuasa-Nya yang sanggup menolong kita. Dia sang-gup melepaskan kita dari semua beban dan ikatan yang menyengsarakan, entah kelepasan itu dilakukan-Nya selagi kita menjalani hidup di dunia, atau saat kita di bawanya hidup bersama-Nya di sorga, di mana tak ada beban pergumulan dan belenggu penindasan.
Dan yang pasti, bagi orang percaya, ada beban dan belenggu yang kita tak akan pernah sanggup terlepas darinya. Itulah beban dosa dan penindasan Iblis. Beban dosa membuat kita melayani Iblis, dan belenggu penindasan Iblis membuat kita melayani dosa. Dosa dan Iblis membuat kita menjadi musuh Allah, dan menun-tun jalan hidup kita menuju penghukuman kekal. Tapi puji Tuhan. Allah yang telah menjadi manusia di dalam diri Yesus Kristus telah melepaskan kita dari beban pergumulan dan beleng-gu penindasan yang paling menakutkan ini. Apa yang Tuhan ka-takan dalam ayat yang kita baca ini bahwa Tuhan sudah lakukan bagi kita yang percaya pada-Nya. Syukur kepada Allah. Amin.
Doa: Tuhan tolonglah kami menjaga komitmen kami dalam satu rumah tangga ini. Lepaskanlah kami dari beban pergumulan dan belenggu ketidakberdayaan.