Allah Membenci Perceraian
Maleakhi 2:16
Perenungan kemarin menegaskan, bahwa pernikahan adalah suatu perjanjian (Covenant). Perjanjian di mana seorang laki-laki dan seorang perempuan bersepakat mengikat janji untuk menjadi suami-istri yang setia sampai maut memisahkan. Perjanjian pernikahan dipahami tidak sekedar perjanjian manusia, tetapi memiliki nilai keilahian. Karena prinsipnya pernikahan itu kehendak Tuhan. Tuhan Yesus mengatakan dalam Matius 19: 6 “Demikianlah mereka bukan lagi dua, melainkan satu. Karena itu, apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia”. Kata “perceraian” dalam bahasa ibrani adalah: שָׁלַח – SHALAKH, secara harfiah berarti “dia telah menyuruh pergi” “membebaskan” atau “membiarkan pergi”, “menghalau; mengusir”, dan “memutuskan”
Bacaan kita hari ini begitu keras mengecam mereka yang mengkhianati suatu perjanjian pernikahan. Kecaman itu me-nujuk pada upaya para suami orang Israel menceraikan isteri mereka. Dalam hal ini mereka tidak hanya kawin dengan perempuan asing, tetapi juga menceraikan istri mereka yang seiman. Tentang perceraian ini dengan tegas dikatakan oleh Maleakhi, bahwa Allah membenci perceraian. “sebab Aku membenci perceraian, firman Tuhan Allah Israel”.
Dewasa ini begitu banyak keluarga hancur oleh karena perceraian. Alasan-alasan klasik pemicu perceraian ada bermacam-macam. Seperti kekerasan dalam rumah tangga, masalah ekonomi di mana salah satu pihak apakah istri maupun suami yang merasa tidak cukup dengan penghasilan yang ada untuk memenuhi berbagai kebutuhan, masalah sexualitas di mana salah satu pihak apakah suami atau istri yang merasa tidak puas dengan pelayanan seksualitas istri atau suami, adanya pria idaman lain, adanya wanita idaman lain, masalah tidak memiliki keturunan dan begitu banyak lagi masalah lain. Apapun alasan itu firman Tuhan tegas meng-atakan, bahwa Allah membenci perceraian. Oleh karena itu marilah kita berupaya mengatasi masalah-masalah itu dengan menciptakan suatu kehidupan yang berkomitmen pada kesetiaan perjanjian pernikahan. Amin.
Doa: Ya, Tuhan, ajarkanlah kami untuk memelihara keutuhan keluarga. Kiranya sebagai suami-istri kami terus mengingat, bahwa perjanjian pernikahan tidak hanya janji setia secara manusiawi tetapi janji di mana Tuhan telah berkenan atasnya. Jauhkan kami sebagai suami-istri dari perceraian. Dalam nama Tuhan Yesus. Amin.
Terimakasih buat Renungan yg indah ini. Semoga TYM
Keberanian GMIM memusatkan pembritaan firman trkait PERNIKAHAN SAKRAL yg patut diapresiasi.
Namun menyisahkan pertanyaan besar…
Jika ALLAH membenci perceraian, apakah Gereja (GMIM) berada di posisi “membenci perceraian” atau justru “Gereja toleran perceraian”?
Fakta; Gereja (GMIM) banyak melakukan “ritual” pemberkatan ulang thadap banyak penganten warga jemaatnya yg menikah ulang pasca CERAI HIDUP.
Utk itu psti ada argumen pembenaran manusiawi mskipun brtentangan dgn FIRMAN TUHAN.
Smoga ada pemimpin Gereja yg brkenan membri pencerahan tanpa aroma pembenaran.
Keberanian GMIM memusatkan pembritaan firman trkait PERNIKAHAN SAKRAL yg patut diapresiasi.
Namun menyisahkan pertanyaan besar…
Jika ALLAH membenci perceraian, apakah Gereja (GMIM) berada di posisi “membenci perceraian” atau justru “Gereja toleran perceraian”?
Fakta; Gereja (GMIM) banyak melakukan “ritual” pemberkatan ulang thadap banyak penganten warga jemaatnya yg menikah ulang pasca CERAI HIDUP.
Utk itu psti ada argumen pembenaran manusiawi mskipun brtentangan dgn FIRMAN TUHAN.
Smoga ada pemimpin Gereja yg brkenan membri pencerahan tanpa aroma pembenaran