Mengajar Sambil Belajar
Matius 28 : 20
Menjadi murid sepertnya tidak sesulit menjadi pengajar, sebab murid biasanya lebih banyak belajar tentunya dari pengajar. Orang tua dianggap paling bertanggung jawab dalam pendidikan anak-anak kerena mereka dalah orang yang terdekat, kerena itu orang tua adalah pengajar. “Mengajar” menurut ayat ini dipahami bukan hanya semata-mata menanamkan perintah atau ketetapan kepada para murid tapi juga berhubungan dengan belajar, artinya untuk bisa mengajar maka seorang pengajar perlu belajar. Jadinya ada proses belajar dan
mengajar untuk “melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintakan kepadamu”. Bagi Matius kata “melakukan” merupakan konsep yang sentral yang berhubungan dengan “Kehendak Allah” (lih 6:10; 7:21). Kita belajar bukan sekedar untuk mengetahui, melaikan untuk melakukan. Belajar bukan hanya menyangkut pikiran, tapi juga perasaan dan kesediaan untuk melakukan. Karena itu keberhasilan pengajaran pertama-tama terletak kepada kemampuan orang tua sebagai pengajar. Kemampuan selalu dipertajam dengan sambil mengajar orang tua harus terus belajar, terutama belajar “memuridkan diri” sehingga kamuridan orang tua pada akhirnya dapat “memuridkan” anak-anaknya.
Ketika orang tua menyelengarakan pendidikan keluarga dengan baik bertanggung jawab maka pasti menghasilkan anak-anak/generasi yang memiliki SDM berkualitas dalam berbagai segi, terutama rohaninya. “Mengajar” sebagai salah satu tindakan dalam rangka “menjadikan semua bangsa murid Yesus” (=amanat agung) dapa menghasilkan “buah-buah” yang berkualitas karena mampu “memuridkan” anak-anaknya. Anak-anak yang memiliki kualitas seorang “murid Kristus “ akan menjadi kesaksian yang hidup bagi banyak orang dan kesaksian hidup itu diyakini dapat juga memuridkan orang lain. Amin
Doa : Ya Tuhan, mampukan kami orang tua untuk mampu “memuridkan diri” sehingga menjadi berkat keluarga dan orang lain. Amin