Menanti Yesus dengan Hidup Rendah Hati
Matius 3:11-12
Dengan berpenampilan yang khas, kata-kata yang tajam, Yohanes telah menjadi pusat perhatian orang banyak yang datang di sungai Yordan. Tetapi pada situasi yang sama, Yohanes kembali pada inti kehadirannya. Ya, ia menunjuk pada Yesus yang berdiri di antara kerumunan. Tidak hanya itu, Yohanes menyatakan kerendahan hati sebagaimana seorang budak atau hamba yang biasa membuka kasut tuannya. Bahkan untuk pekerjaan hamba seperti itu, Yohanes merasa tidak layak untuk membuka tali kasut-Nya. Yesus Kristus sungguh agung, suci, dan mulia. Bagi Yohanes, Yesus berdaulat dan penuh kuasa untuk menghakimi, menghukum dan menyelamatkan. Alat penampi dan pengirikan adalah lambang dari otoritas penghakiman. Ia berhak memisahkan antara gandum dan debu jerami, yang diselamatkan dan dihukum. Ia adalah Mesias sekaligus Hakim bagi segala ciptaan-Nya.
Atas firman ini, sikap kita jelas, mengagungkan Yesus Kristus dan setia mengikuti kehendak-Nya. Kita bersyukur, Ia mengaruniakan kita keluarga sebagai tempat membina iman, pengharapan dan kasih. Melalui keluarga, tiada hentinya kita mengagungkan Dia yang sudah datang dan akan datang kembali pada akhir zaman. Di sini juga kita belajar kerendahan hati yang menuntun tiap orang percaya dapat melihat karya Tuhan di semua bidang kehidupan. Amin.
Doa: Ya Tuhan Yesus, kami mengagungkan kuasa kasih-Mu yang menyelamatkan segenap ciptaan. Kiranya karya-Mu senantiasa nyata membarui kami sampai akhir zaman ketika Engkau datang sebagai Hakim yang agung. Amin.