RHK Sabtu, 4 April 2015

0
2870

Bukti Kekeliruan Lainnya Dalam Menanggapi Solidaritas Kehambaan Sejati Yesus

Markus 15:29-32

             Berhubungan dengan pembacaan kita kemarin, maka hari ini sebagai hari terakhir Minggu sengsara Yesus yang ke VI, tetapi juga ketika kita sebagai umat Kristiani kemarin sudah merayakan Jumat Agung/Kematian Yesus Kristus, maka pembacaan hari ini, kitapun diperhadapkan dengan bukti lainnya dari pemahaman yang keliru dalam menanggapi solidaritas kehambaan sejati Yesus. Dengan kata lain seperti Yesus yang tidak bersalah dinyatakan bersalah, sehingga menjadi terhukum melalui kematian di kayu salib. Juga menyangkut: kata-kata hujatan dari orang banyak yang keliru atau salah menanggapi pernyataan Yesus tentang Bait Allah yang mampu dirobohkan oleh Yesus dan dapat dibangun kembali dalam waktu 3 hari. Padahal yang dimaksud oleh Yesus ialah pengandaian tentang diri-Nya sendiri yang mati tersalib untuk menebus dosa-dosa umat manusia tetapi pada 3 hari kemudian bangkit kembali, menjadi kemenangan bagi orang percaya. Makanya jalan salib harus Dia lewati untuk keselamatan umat manusia. Kekeliruan yang lebih fatal lagi datangnya dari pemuka agama yaitu imam-imam kepala dan ahli Taurat yang mengolok-olak Yesus dengan kata-kata yang keliru dalam menanggapi kehambaan/ke Mesiasan Yesus dalam solidaritas-Nya melalui penyaliban, apalagi Yesus disamakan dengan dua penjahat yang disalib.

            Belajar dari kisah ini, apalagi kita baru sehari secara khusyuk memperingati Jumat Agung/Kematian Yesus Kristus, maka janganlah kita sebagai satu keluarga Kristen yang adalah pengikut Kristus di dunia ini menanggapi keliru atau salah menanggapi makna penyaliban Yesus, bahkan kematian-Nya di bukit Golgota. Sebab kekeliruan pemahaman, hanyalah menumpuk dosa di hadapan Allah, ketimbang memaknai dalam kebenaran serta dihayati dengan sungguh-sungguh dalam kehidupan kita. Amin.

Doa: Ya Tuhan Yesus, kami sungguh-sungguh memahami dengan benar, bahkan bertekad untuk memaknai penyaliban dan kematian-Mu dalam kehidupan keluarga kami. Oleh sebab itu, karuniakanlah kami hikmat kebenaran agar kami tidak keliru dalam menyatakan solidaritas kehambaan-Mu yang sejati, dalam mengambil bagian bagi keselamatan sesama kami. Amin.