RHK Sabtu, 7 Juli 2018

0
1598

Hidup yang Mengucap Syukur

Efesus 5:18-21

Dalam tradisi di tanah Minahasa ada budaya bernilai teologi yang baik, dengan dimensi kerohanian yang menunjuk pada relasi Allah dan manusia. Tradisi-tradisi ini dijaga dan dipelihara dalam rangka memelihara kebersamaan hidup, di antaranya adalah pengucapan syukur.

Pengucapan syukur harus dirayakan dengan penuh sukacita, bukan terutama pada makan dan minum, tetapi terutama sebagai tanda terima kasih kepada Tuhan Allah, Sumber berkat. Namun seringkali pengucapan syukur menjadi kehilangan makna, disebabkan pembo-rosan pada aspek jasmani, yaitu makan, minum dan pakai; bahkan ada yang sampai mabuk oleh minuman keras; akibatnya ia dapat mencelakakan diri sendiri, bahkan orang lain. Sebab mabuk menjadi-kan seseorang kehilangan akal sehat dan pada akhirnya menimbul-kan hawa nafsu dan kehilangan penguasaan diri.

Paulus dalam bagian Alkitab ini, mengecam mereka yang mabuk oleh anggur karena mabuk menjadikan kesadaran seseorang tidak stabil. Firman Tuhan mengajar kita berpengucapan syukur dengan sukacita dan menghindari hal-hal yang menyebabkan kesusahan.

Firman Tuhan hari ini mengajarkan keluarga kita untuk berpengu-capan syukur sesuai kehendak Firman Tuhan, di dalamnya mem-bawa persembahan yang terbaik bagi Tuhan.

Di bulan pengucapan syukur ini, anak-anak akan masuk sekolah. Kita orangtua mempersiapkan kebutuhan pendidikan yang diperlu-kan dan anak-anak sekolah bae-bae, sebab anak-anak adalah pilar-pilar gereja masa kini dan masa depan serta menjadi harapan bang-sa.  Amin.

Doa: Roh Kudus, tuntunlah kami, hadirlah dalam hidup kami sebagai pemimpin pada jalan-jalan yang Bapa kehendaki. Pakailah kami untuk menjadi alat kesaksian-Mu dan kiranya kami terus menjadi keluarga yang terus mengucap syukur kepada-Mu, dalam segala hal. Amin.

Program Baca Alkitab Setahun – 7 Juli           Amsal 10-12